Artikel

Oleh: Fitrana Wahyunita (Mahasiswa Ilmu Kelautan)

Apakah kamu tahu fenomena batas garis pertemuan antara dua lautan atau dua Samudra? Mungkin kamu sudah pernah mendengar atau pernah melihat fenomena tersebut tapi masih bingung kenapa hal tersebut bisa terjadi.

Mungkin jika kamu melihat dari peta, hanya terdapat satu Samudra luas yang membentang di seluruh permukaan bumi yang saling bercampur satu sama lain dan salah satu hal yang menjadi pembeda hanya pada namanya saja.

Faktanya dibalik nama yang berbeda ternyata memiliki karakteristik air yang berbeda pula, yang menyebabkan adanya pembatas diantara kedua lautan yang saling berdampingan.

Fenomena adanya perbedaan warna air laut

Garis pembatas antara dua Samudra sangat terlihat jelas seperti pada gambar tersebut. Seperti halnya batas antara Samudra pasifik dengan Samudra atlantik dan selat Gibraltar. Kedua Samudra ini seperti dibatasi oleh dinding tak kasat mata yang tidak membiarkan airnya saling mengalir dan bercampur.

Lantas apa yang membuat keduanya tidak bisa bercampur?

Pendekatan Sains

Jenis air di Samudra pasifik dan atlantik memiliki kerapatan, komposisi kimia, salinitas, dan kualitas air yang berbeda yang tampak dari warna kedua perairan. Batas antara dua perairan dan sifat biologis yang berbeda disebut klin laut.

Secara fisika, fenomena tidak bercampurnya kedua air laut salah satunya disebabkan oleh haloklin. Haloklin adalah perbedaan salinitas yang mencolok pada badan air yang menjadi batas antar perairan. Haloklin akan muncul apabila air Samudra atau air lautan paling tidak 5x lebih asin daripada perairan sebelahnya.

Termoklin adalah peristiwa terjadinya penurunan suhu yang cepat dalam perairan laut. Hal ini dapat menyababkan air di kedua lautan tidak saling bercampur, seperti halnya air yang memiliki suhu hangat dari arus teluk dengan air yang lebih dingin dari Samudra atlantik utara. 

Pada dasarnya cairan yang lebih rapat seharusnya berada di bawah, yang kurang rapat akan berada di atas. Namun hal ini tidak terjadi pada lautan, karena batas antara lautan Nampak seperti garis vertikal. Mengapa tidak horizontal?

  1. Perbedaan kerapatan di dua lautan tidak terlalu besar. Jadi tidak membuat salah satu air itu turun atau naik. Namun perbedaan kerapatan ini cukup untuk mencegah keduanya bercampur.
  2. Inersia atau kelembaman. Inersia adalah suatu bentuk perlawanan terhadap gaya atau kelembaman untuk mempertahankan posisisnya. Salah satu gaya inersia adalah gaya Coriolis, yang mempengaruhi objek apabila objek itu bergerak dalam pergerakan sistem poros. Sederhananya, objek-objek yang ada di bumi ini menyimpang dari jalurnya yang menyebabkan objek tidak bergerak lurus, tapi menyimpang searah jarum jam di belahan bumi utara dan berlawanan dengan arah jarum jam di belahan bumi selatan. Efek Coriolis pada lautan menyebabkan arah arus air laut di Samudra pasifik dan atlantik berbeda.
  3. Memiliki ikatan molekul atau kekuatan tarik permukaan yang menyebabkan molekul-molekul benda saling terikat. Kedua Samudra memiliki tarik permukaan yang berbeda yang dapat menghalangi airnya saling bercampur.

Pembatas Dua Perairan Dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an menerangkan tentang barzakh (pembatas) dalam beberapa surah dalam Al-Qur’an, yakni dalam surah Al-Rahman [55]: 19-20;

مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ. بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَّا يَبْغِيَانِ

Artinya: “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya Kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.” (Al-Rahman [55]: 19-20).

Dalam Al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an al-Karim Tanthawi Jauhari menfsirkan “maraj al-bahrain” aliran air yang bertemu. Dua air tersebut adalah air laut yang asin dan air laut yang tawar rasanya. Keduanya tidak tidak saling mempengaruhi satu sama lain. Menurut Tantawi Jauhari penyebab kedua lautan tersebut tidak saling bercampur satu sama lain dikarenakan adanya pembatas yang bersifat illahiyah.

ihwal pertemuan dua jenis laut (Maraj al-Bahraîni) adanya pembatas (barzakh) pada surah al-Furqan: 53;

 وَهُوَ الَّذِيْ مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ هٰذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ وَّهٰذَا مِلْحٌ اُجَاجٌۚ وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخًا وَّحِجْرًا مَّحْجُوْرًا

Artinya: “Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Al-Furqan [25]: 53).

Tantawi Jauhari menjelaskan wahuwa ladzî marajal Bahraîni artinya keduanya tidak saling melampaui dan tidak bercampur. Hadza adzbun furâtun yang bisa menghilangkan dahaga dari tawar dan menyegarkannya wahâdza milhun ujâzun artinya sangat asin atau rasa pahit yang menyengat yang tidak bisa digunakan menghilangkan dahaga. wa jaala baînahumâ barjakhan artinya sebuah batas atas kekuasaan Allah. Wahijran mahjûran artinya batas atau tutup yang bisa mencegah, sehingga keduanya tidak saling melampaui atas yang lain dan tidak saling merusak (rasa airnya antara tawar dan asin).

Penjelasan lebih mutakhir dalam menafsirkan surat Ar-Rahman ayat 19-20 dapat ditemukan dalam tafsir kemenag yang bercorak tafsir bil’ilmi karena mengutip penelitian ilmiah disiplin keilmuuan fisika, kimia, dan oceanografi. Fenomena ini dijelaskan penyebab terpisahnya dua lautan yang disebabkan oleh faktor yang kompleks seperti tekanan angin, rotasi bumi, topografi dasar laut, densitas, temperatur, perbedaan iklim dan material lain yang berhubungan.

Fenomena ini dapat ditemukan di selat Gibraltar (selat yang memisahkan Spanyol dan Benua Eropa dan Maroko di Benua Afrika). Penjelasan al-bahrain dalam tafsir kemenag memiliki makna dua lautan yang bertemu seperti Selat Gibraltar yaitu di Samudra atlantik dan laut mediterania yang airnya tidak menyatu. Beberapa Samudra lain seperti Samudra pasifik, Atlantik, dan Hindia terdapat arus yang bergerak melawan permukaan laut (Pacific Equatorial Undercurrent). Arus ini bergerak ke timur melawan arus selatan pasifik yang bergerak ke barat yang menyebabkan lautan di Selat Gibraltar terdapat Batasan antar lautan yang saling berdampingan.

Referensi:

Maulidi, A. (2019, Mei 16). Fenomena Laut Dalam Pandangan Al-Qur’an (Studi Tafsîr Al-Jawahir dan Tafsîr Mafatihul Ghaib Berdasarkan : Qs.Al-Rahman:19-20, Qs.Al-Furqan:53, Qs. Al-Thur:6). Retrieved from repository.radenintan: http://repository.radenintan.ac.id/id/eprint/6551

Prakoso, T. J. (2017, Desember). Gejala Dan Fenomena Bahr Dalam Al-Qur’an: Relasi I’Jaz Al-Qur’an Terhadap Ilmu Pengetahuan. Retrieved from ejournal.radenintan: https://doi.org/10.24042/al-dzikra.v11i2.4379

Sisi Terang. Air Di Dua Samudra Tidak Saling Tercampur, Mengapa? Retrieved from youtu.be: https://youtu.be/QhgDzxq7e4s

Ulumiyah, M. S. (2020, Desember 13). Tafsir Surat Ar-Rahman Ayat 19-21: Fenomena Pertemuan Dua Lautan. Retrieved from tafsiralquran: https://tafsiralquran.id/tafsir-surat-ar-rahman-ayat-19-21-fenomena-pertemuan-dua-lautan/

edited by: ASw