Artikel

Rudianto, seorang pengusaha kelahiran Sampang, Madura, pada 16 Juni 1970, telah menempuh perjalanan panjang dan penuh tantangan hingga menjadi salah satu pengusaha restoran terkemuka di Perth. Sejak tahun 2005, ia telah mengoperasikan Bintang Cafe, sebuah restoran yang menyajikan masakan Indonesia dengan cita rasa autentik. Perjalanan karirnya tidaklah mudah, dan kisah kegigihannya menjadi inspirasi bagi banyak orang, termasuk perwakilan dari empat universitas ternama di Indonesia.

Pada makan malam tanggal 1 Juli 2024, kegiatan Roundtable forum Indonesian University bersama Curtin University di Perth, perwakilan dari Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, UIN Sunan Ampel Surabaya, Universitas Jember, dan UIN Walisongo Semarang berkumpul untuk mendengarkan kisah hidup Rudianto.

Mereka adalah Achmad Room Fitrianto, Ph.D., Wakil Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Sunan Ampel Surabaya; Elis Zuliati Anis, Ph.D., Dosen Universitas Ahmad Dahlan; Prof. Isti Fadah, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember; Dr. Regina Niken Wilantari, Wakil Dekan Bidang Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember; Dr. Markus Apriono, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember; Mr. Bayu Aprillianto, Divisi Kantor Internasional Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember; Dr Ignatia Martha, Ketua Senat Akademik FEB UPN Veteran Jawa Timur, Dr. Ahmad Ismail, Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan UIN Walisongo Semarang; serta Prof. Rahardjo, M.Ed.St., Kaprodi S3 Studi Islam Pascasarjana UIN Walisongo. Termasuk Dosen Universitas Airlangga yang sedang menyelesaikan studi doktoralnya di Universitas Western Australia

Di hadapan para akademisi ini, Rudianto menceritakan bagaimana ia memulai usahanya dari nol. Sebagai seorang imigran di Australia, ia harus beradaptasi dengan budaya, bahasa, dan sistem bisnis yang berbeda. Awalnya, ia bekerja serabutan di berbagai restoran untuk mengumpulkan modal dan mempelajari cara mengelola bisnis kuliner. Kegigihannya dalam bekerja keras dan belajar dari kesalahan akhirnya membuahkan hasil.

Pada tahun 2005, Rudianto berhasil membuka Bintang Cafe di Perth. Namun, tantangan yang dihadapinya belum berakhir. Ia harus memperhatikan berbagai aspek dalam pengelolaan restoran. Mulai dari sistem penggajian, pengelolaan sampah, hingga suplai bahan baku. “Setiap hari selama tujuh hari seminggu, saya harus turun tangan langsung di lapangan,” kata Rudianto.

 Ia tidak hanya berperan sebagai pemilik, tetapi juga sebagai manajer, koki, dan kadang-kadang pelayan. Dedikasi dan kerja kerasnya ini yang membuat Bintang Cafe dikenal sebagai restoran yang menyajikan masakan Indonesia berkualitas tinggi di Perth.

Rudianto juga berbagi pengalaman tentang pentingnya persiapan yang matang dalam menjalankan bisnis. Terutama bagi mereka yang ingin belajar dan bekerja di luar negeri. Ia menekankan pentingnya dokumentasi yang lengkap, dukungan asuransi, dan kepatuhan terhadap regulasi pemerintah setempat. “Pemerintah Australia sangat memperhatikan kinerja dan keselamatan pekerja serta legalitas usaha,” ujarnya.

Ia mengingatkan, bahwa checklist dari petugas pemerintah mencakup banyak aspek. Mulai dari kebersihan dapur, keselamatan kerja, hingga kondisi bangunan.

Ketika ditanya tentang saran untuk program belajar bersama komunitas di luar negeri, Rudianto memberikan beberapa poin penting. Pertama, ia menyarankan agar para peserta program mempersiapkan dokumentasi yang lengkap, termasuk visa, paspor, dan dokumen lain yang diperlukan. “Dokumentasi yang tidak lengkap bisa menjadi hambatan besar,” katanya.

Kedua, dukungan asuransi sangat penting untuk melindungi diri dari berbagai risiko yang mungkin terjadi. Ketiga, memahami regulasi dan hukum setempat adalah hal yang wajib. “Pastikan kalian memahami dan mematuhi semua aturan yang berlaku di negara tersebut,” tambahnya.

Selain itu, Rudianto juga menekankan pentingnya membangun jaringan dan hubungan yang baik dengan komunitas setempat. Ia bercerita bagaimana hubungan baik dengan komunitas Indonesia di Perth membantunya dalam berbagai aspek bisnis, termasuk mendapatkan bahan baku dan tenaga kerja. “Jaringan yang kuat akan sangat membantu dalam menjalankan usaha,” ujarnya.

Di akhir cerita, Rudianto menginspirasi para akademisi untuk terus berjuang dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi tantangan. “Kegigihan, kerja keras, dan ketekunan adalah kunci sukses,” kata Rudianto dengan penuh semangat.

Kisahnya memberikan motivasi bagi para akademisi untuk menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dan karier mereka. Perwakilan universitas yang hadir merasa sangat terinspirasi oleh kisah Rudianto. Mereka melihat bahwa dengan kerja keras dan dedikasi, tidak ada hal yang tidak mungkin dicapai.

“Kami sangat terkesan dengan kegigihan Mas Rudianto, dan ini bisa menginspirasi para mahasiswa kami,” kata Achmad Room Fitrianto, Wakil Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Sunan Ampel Surabaya. “Kisahnya memberikan pelajaran berharga bagi kami semua tentang pentingnya tekad dan kerja keras,” imbuhnya.

Acara tersebut ditutup dengan sesi tanya jawab di mana para akademisi bertanya lebih dalam tentang berbagai aspek pengelolaan bisnis dan pengalaman Rudianto. Mereka berharap dapat menerapkan pelajaran yang mereka dapatkan dalam program-program pengembangan komunitas dan kerjasama internasional di universitas masing-masing.

Kisah Rudianto adalah contoh nyata bahwa dengan tekad yang kuat dan kerja keras, siapa pun bisa meraih sukses. Dari seorang imigran yang memulai dari nol, ia berhasil membangun sebuah restoran yang dikenal luas di Perth.

Kegigihannya dalam menghadapi berbagai tantangan menjadi inspirasi bagi banyak orang, termasuk para akademisi yang hadir dalam acara tersebut. Melalui cerita ini, Rudianto tidak hanya membagikan pengalaman dan pelajaran berharga, tetapi juga menunjukkan bahwa mimpi bisa dicapai dengan kerja keras dan ketekunan.

Reportase: A. Room
Redaktur: Nur Hayati
Foto: MN Cahaya