Column UINSA

Oleh : Dr. Dwi Rukma Santi, SST., M.Kes
Dosen Kesehatan pada Fakultas Psikologi & Kesehatan
UIN Sunan Ampel Surabaya

Tema Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-59 Tahun 2023 yang diperingati setiap tanggal 12 November telah dirilis melalui laman resmi Kemenkes RI, dengan mengusung tema “Transformasi Kesehatan Untuk Indonesia Maju”.

Pembangunan kesehatan periode 2020-2024 diarahkan pada peningkatan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta, terutama dengan melakukan penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care) dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif, dan didukung oleh inovasi dan pemanfaatan teknologi. Tema besar ini akan menjiwai pelaksanaan strategi prioritas nasional, yang meliputi 5 (lima) strategi yaitu: 1) Peningkatan kesehatan ibu, anak, KB, dan kesehatan reproduksi; 2) Percepatan perbaikan gizi masyarakat; 3) Peningkatan pengendalian penyakit; 4) Pembudayaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat; serta, 5) Penguatan sistem kesehatan dan pengawasan obat dan makanan.

Kesehatan reproduksi erat kaitannya dengan pencapaian target prioritas penurunan Angka Kematian Ibu, sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Selain itu, kesehatan reproduksi merupakan isu global yang dituangkan dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals dan strategi global PBB untuk kesehatan perempuan, anak dan remaja.

Capaian pembangunan kesehatan reproduksi masih menghadapi tantangan yang besar, mengingat rendahnya angka prevalensi penggunaan kontrasepsi modern (Modern Contraceptive Prevalence Rates) sebesar 57,2 persen dan angka kebutuhan ber-Keluarga Berencana yang masih sebesar 10,6 persen pada 2017. Di sisi lain, angka kelahiran pada remaja usia (Age-specific Fertility Rate) 15-19 tahun angkanya menurun cukup signifikan, menjadi 36 per 1.000 perempuan pada kelompok umur   15-19 tahun. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan kesempatan pendidikan, pekerjaan, dan ekonomi bagi para remaja perempuan, serta peningkatan usia perkawinan. Namun faktanya, angka kelahiran di usia remaja tercatat semakin muda usia kelahirannya karena terdapat 0,179 kelahiran per 1.000 perempuan usia 10-14 tahun.

Kesehatan reproduksi memegang peran yang sangat strategis dan merupakan kunci dalam rangka mewujudkan generasi yang unggul dan Indonesia maju. Fokus langkah promotif dan preventif diantaranya berupa edukasi kesehatan reproduksi untuk mencegah perkawinan anak, kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi yang tidak aman, Infeksi Menular Seksual, HIV/AIDS, kekerasan seksual, hingga risiko kematian ibu yang bersumber dari kehamilan yang tidak ideal atau yang sering di sebut empat terlalu, yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat, dan terlalu banyak. Pengetahuan kesehatan reproduksi perlu diberikan sejak usia dini, dengan pendekatan dari berbagai sektor, termasuk pendidikan, sosial, budaya dan agama. Diskusi, knowledge sharing, jejaring kemitraan, dan kajian evidence-based untuk penyusunan kebijakan juga menjadi strategi andalan.

Upaya untuk memperbaiki kondisi ini mendapat tantangan yang besar dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi digital dan gaya hidup plural dan dinamis yang didukung oleh keterbukaan informasi publik. Namun demikian, kondisi tersebut juga dapat menjadi peluang untuk menciptakan inovasi dan kreasi baru dalam menjalankan program-program pemerintah dengan memanfaatkan platform digital.