Berita

Surabaya, 11 Juni 2025 — Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya menggelar kegiatan Public Lecture bertema “Bonus Demografi dan Pembangunan Keluarga”. Acara yang berlangsung di Auditorium Lantai 5 FISIP UINSA ini menghadirkan Dr. Nyigit Wudi Amini, S.Sos, M.Sc yang saat ini menjabat sebagai Direktur Analisa Dampak Kependudukan Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN. Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan isu-isu kependudukan dan keluarga, khususnya yang ada di Jawa Timur kepada paramahasiswa.

Public Lecture ini berlangsung, dari pukul 11.00 hingga 13.00 WIB. Acara dimulai dengan sambutan pembuka oleh Prof. Dr. H. Abd. Chalik, yang memberikan pengantar mengenai posisi strategis perguruan tinggi dalam mendidik generasi muda menyambut bonus demografi.

Kegiatan ini adalah salah satu bentuk implementasi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam rangka meningkatkan SDM di FISIP melalui kerjasama dengan BKKBN. Kerjasama dengan BKKBN sudah dirintis FISIP UINSA Surabaya sejak tahun 2024 dengan gagasan mengumpulkan tokoh-tokoh agama dalam rangka pembentukan forum untuk mendorong masyarakat untuk tidak melakukan pernikahan dini. Prof. Abd. Chalik dalam sambutannya menekankan bahwa mahasiswa FISIP sebagai calon pemimpin dan penggerak masyarakat harus memiliki pemahaman mendalam tentang isu-isu kependudukan. “Ilmu sosial dan politik tidak bisa lepas dari dinamika demografi. Akademisi  harus siap menjadi bagian dari solusi, bukan hanya pengamat,” tegasnya. Selain itu

Tema “Bonus Demografi dan Pembangunan Keluarga” diangkat sebagai bagian dari upaya meningkatkan kesadaran mahasiswa dan masyarakat akademik terhadap tantangan dan peluang yang dihadapi Indonesia dalam satu dekade ke depan. Bonus demografi adalah kondisi yang tidak akan berlangsung selamanya, sehingga penting bagi generasi muda terutama mahasiswa untuk memahami peran mereka dalam menyikapinya.

Bonus demografi merupakan isu yang sering disinggung dalam perbincangan publik dewasa ini. Isu ini mencerminkan struktur kependudukan Indonesia yang saat ini berada dalam fase krusial. Dalam pemaparannya, Dr. Nyigit Wudi Amini menjelaskan bahwa bonus demografi adalah kondisi di mana jumlah penduduk usia produktif (15–64 tahun) lebih besar dibandingkan usia non-produktif. Diperkirakan bahwa puncak bonus demografi yang tengah terjadi di Indonesia akan berakhir  pada tahun 2040.

Salah satu poin utama dalam kegiatan tersebut adalah bonus demografi masih sebatas peluang. Bonus demografi ini dapat menjadi “jendela peluang” untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi jika dikelola dengan baik, tegas Dr Nyigit. Pengelolaan penduduk biasanya dilakukan melalui perencanaan keluarga dan pembangunan sumber daya manusia yang tepat. Apabila kedua hal tersebut tidak berjalan dengan baik bonus demografi justru berisiko menjadi beban demografi.

Beliau menekankan akan pentingnya pembangunan keluarga sebagai basis dari pembangunan nasional. “Keluarga merupakan unit terkecil masyarakat, namun keluarga memiliki peran penting dalam membentuk kualitas SDM. Tanpa keluarga yang tangguh dan terencana, kita tidak bisa berharap banyak dari bonus demografi ini,” ujarnya. (BR/ ed. FyP)


Untuk informasi lebih lanjut mengenai kegiatan dan program FISIP UINSA, silakan kunjungi dan ikuti media sosial kami di Instagram.