Surabaya, 28 Februari 2025 – Observatorium Astronomi Sunan Ampel (OASA) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya kembali menyelenggarakan kegiatan rukyat hilal dalam rangka penentuan awal Ramadan 1446 H. Kegiatan ini dilaksanakan pada Jumat, 28 Februari 2025, bertempat di lantai 10 Tower KH. Mahrus Aly, Kampus UIN Sunan Ampel, Jalan Ahmad Yani 117 Surabaya, mulai pukul 16.00 WIB hingga selesai. Sebagai salah satu pusat pengamatan astronomi Islam di Indonesia, OASA memiliki peran strategis dalam mendukung proses verifikasi hisab yang menjadi dasar bagi pemerintah dalam menetapkan awal bulan hijriah, termasuk Ramadan. Kegiatan ini menjadi bagian dari jejaring pengamatan nasional yang hasilnya akan dilaporkan dalam sidang isbat Kementerian Agama Republik Indonesia.

Kegiatan rukyat hilal ini dihadiri oleh berbagai kalangan, termasuk mahasiswa Program Studi Ilmu Falak, dosen, peneliti, serta masyarakat umum yang tertarik dengan ilmu astronomi. Dengan adanya keterlibatan langsung mahasiswa, rukyat hilal ini juga berfungsi sebagai laboratorium alam yang memungkinkan mereka untuk mengaplikasikan teori hisab dan rukyat yang telah mereka pelajari dalam perkuliahan. Selain itu, pengamatan ini juga menjadi kesempatan bagi para penggiat astronomi Islam untuk berkolaborasi dalam mengkaji berbagai metode observasi yang terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi.
Untuk menunjang keberhasilan pengamatan, OASA telah menyiapkan berbagai peralatan astronomi canggih yang dapat membantu dalam proses rukyat hilal. Beberapa di antaranya adalah dua teleskop pintar Seestar S30 dan Seestar S50, satu teleskop MEADE LX600, satu teleskop portabel otomatis, dua teleskop portabel manual, serta dua theodolite dan beberapa binocular. Peralatan ini memungkinkan observatorium untuk melakukan pengamatan secara lebih presisi dan menghasilkan data yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Selain itu, tim OASA juga telah melakukan serangkaian persiapan teknis, termasuk setup dan alignment teleskop, guna memastikan seluruh perangkat dapat berfungsi optimal dalam mendeteksi hilal di langit Surabaya.

Berdasarkan hasil perhitungan astronomi, pada saat Matahari terbenam di Surabaya pada 28 Februari 2025, hilal diprediksi berada pada ketinggian 3,7 derajat di atas ufuk dengan elongasi sebesar 5,8 derajat. Dengan kondisi ini, berdasarkan pengalaman empirik, hilal diperkirakan sangat sulit, bahkan mustahil, untuk bisa diamati, baik dengan mata telanjang maupun dengan bantuan teleskop. Kendati demikian, pelaksanaan rukyat tetap dilakukan sebagai bagian dari tanggung jawab ilmiah dan akademik dalam memberikan data faktual bagi proses penentuan awal Ramadan. Data ini juga menjadi bagian penting dalam kontribusi OASA terhadap sidang isbat yang dilakukan oleh pemerintah guna memastikan ketepatan dalam penetapan awal bulan hijriah di Indonesia.
Selain sebagai kegiatan ilmiah, rukyat hilal ini juga memiliki dimensi edukatif yang sangat penting, terutama bagi mahasiswa dan masyarakat yang ingin memahami lebih dalam tentang metode penentuan awal bulan dalam kalender Islam. Melalui kegiatan ini, mahasiswa Ilmu Falak memiliki kesempatan untuk mengasah kemampuan mereka dalam mengoperasikan alat-alat astronomi, memahami prinsip-prinsip dasar pengamatan hilal, serta menganalisis hasil pengamatan secara sistematis. Dengan demikian, mereka tidak hanya memperoleh wawasan teoretis tetapi juga pengalaman praktis yang dapat meningkatkan kompetensi mereka dalam bidang astronomi Islam. Di sisi lain, bagi masyarakat umum, kegiatan ini menjadi ajang sosialisasi yang membantu mereka memahami pentingnya ilmu falak dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam konteks penentuan waktu-waktu ibadah.
Keberadaan OASA sebagai pusat observasi astronomi di lingkungan perguruan tinggi Islam juga menunjukkan peran strategis akademisi dalam mendukung kebijakan pemerintah terkait penetapan awal bulan hijriah. Dengan fasilitas pengamatan yang terus berkembang dan metode observasi yang semakin canggih, OASA berupaya memberikan data yang lebih akurat dan terpercaya. Hal ini penting mengingat perbedaan metode dalam penentuan awal bulan hijriah sering kali menjadi faktor yang menyebabkan perbedaan dalam awal Ramadan maupun hari-hari besar Islam lainnya. Oleh karena itu, rukyat hilal yang dilakukan oleh OASA tidak hanya bertujuan untuk mengamati hilal secara langsung, tetapi juga untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil oleh otoritas terkait memiliki dasar ilmiah yang kuat.
Secara visibilitas, hilal di Surabaya berada di bawah kriteria Neo MABIMS, yang mensyaratkan tinggi minimal 3 derajat dan elongasi minimal 6,4 derajat agar dapat teramati dengan jelas. Dari seluruh wilayah Indonesia, hanya Sabang (Aceh) yang memenuhi kriteria tersebut, sementara daerah lain masih berada di bawah standar visibilitas yang memungkinkan pengamatan hilal dengan mata telanjang. Dengan kondisi ini, masih terdapat potensi perbedaan dalam penentuan awal Ramadan 1446 H di Indonesia. Oleh karena itu, keputusan resmi mengenai awal Ramadan masih harus menunggu hasil sidang isbat yang akan digelar oleh pemerintah pada sore hari Jumat, 28 Februari 2025.
Reportase: George As’ad Haibatullah El Masnany
Redaktur: George As’ad Haibatullah El Masnany
Desain Foto: Annisa Rahma Fadila