Berita

Sabtu (13/7) mahasiswa KKN 34 UINSA adakan pelatihan pengolahan pelepah pisang menjadi kripik. Ini merupakan salah satu program kerja (proker) KKN 34 dengan mengambil tema besar yaitu UMKM. Bertempat di desa Burno, Lumajang, yang terkenal dengan hasil olahan pisangnya yang berupa kripik pisang. Proker ini sangat cocok untuk direalisasikan karena dapat menciptakan inovasi baru bagi masyarakat Desa Burno, khususnya bagi pelaku UMKM.

Demonstrasi pembuatan kripik pelepah pisang kepada ibu-ibu PKK. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Pelatihan pembuatan kripik pelepah pisang diadakan di rumah pak Emput selaku ketua Kelompok Tani (Koptan) Dusun Mlambing (salah satu dusun di Desa Burno). Bersama ibu-ibu PKK, mahasiswa KKN 34 melakukan demonstrasi terkait bagaimana cara mengolah pelepah pisang dengan tepat sehingga dapat dibuat menjadi camilan kripik yang enak dan gurih.

Ibu-ibu PKK terlihat antusias mengikuti pelatihan ini dan merasa tertarik untuk mencobanya. “Saya tertarik untuk mencoba membuat di rumah, bahan-bahannya juga gampang didapat,” ujar salah satu anggota PKK Dusun Mlambing. Di samping itu, ada juga yang berminat untuk mencoba membuka usaha kripik pelepah pisang ini, karena belum ada masyarakat di desa Burno yang mengolah pelepah pisang menjadi kripik untuk dijualbelikan. 

“Kripik gedebog dari KKN UINSA merupakan ide yang bagus dan kreatif. Belum ada produsen makanan dari Dusun Mlambing yang mencoba untuk mengolahnya. Bisa menjadi daya tarik tersendiri untuk para pelanggan, ditunjang dengan rasanya yang enak di lidah, cara pembuatannya yang terbilang mudah, ditambah lagi bahan-bahannya sangat mudah ditemukan,” ucap ibu Ani, salah satu anggota PKK Dusun Mlambing.

Bahan utama yang dibutuhkan adalah pelepah pisang yang masih muda. Disarankan pelepah pisang kepok karena kualitasnya lebih bagus dibandingkan jenis pisang lainnya. Hindari menggunakan pelepah pisang Ambon karena dikhawatirkan pahit rasanya. Jumlah pelepah untuk sekali olahan biasanya membutuhkan 10-12 lembar pelepah pisang. 

Sementara bahan lain yang diperlukan antara lain garam (untuk menghilangkan racun pada pelepah), kapur sirih (untuk menghilangkan getah), air bersih, tepung terigu, tepung kanji, tepung beras, baking soda (untuk membuat lebih kriuk), garam, lada dan kaldu bubuk, serta bisa juga ditambahi dengan bumbu-bumbu agar lebih gurih, seperti bumbu balado, keju, sapi panggang, dan lain sebagainya.

Mengenai cara pembuatannya terbilang mudah, hampir sama seperti membuat jamur krispi. Akan tetapi, dibutuhkan kesabaran dalam proses pembuatannya, karena pelepah pisang harus direndam terlebih dahulu dengan rendaman air garam dan kapur sirih selama 24 jam untuk menghilangkan racun dan getah yang terkandung pada pelepah.

Tampilan kripik pelepah pisang dalam kemasan. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar di atas merupakan real pict dari kripik pelepah pisang yang sudah dikemas. Terlihat pada kemasan, label bergambarkan pohon pisang yang melambangkan olahan kripik dari batang pisang, warna hijau yang menggambarkan wilayah desa Burno yang dominan hutan dan di bawah pohon pisang bertuliskan B’Bogss yang merupakan akronim dari Burno Debogs (kripik gedebog khas Burno). 

Tidak hanya membagikan edukasi terkait pembuatan kripik, mahasiswa KKN 34 juga turut memberikan edukasi mengenai management marketing. Berapa total modal yang dibutuhkan, berapa harga jualnya, serta bagaimana cara menghitung untung bersih dari setiap penjualan. Edukasi ini sangat bermanfaat bagi masyarakat agar tidak sembarangan ketika menjalankan usaha, harus dilandasi dengan ilmu pengetahuan.

Terlaksananya pelatihan oleh mahasiswa KKN 34 bermula dari melihat kebiasaan masyarakat Desa Burno yang menjadikan limbah pisang hanya sebagai pakan hewan ternak. Ada juga yang menjualnya untuk pakan hewan ternak, itupun tidak banyak hasilnya, sehingga belum memiliki nilai ekonomis yang tinggi. 

“Saya sangat mendukung dan berterima kasih atas partisipasi dan bantuannya dalam memberikan tips cara mengolah pelepah pisang menjadi kripik dengan baik dan benar serta enak rasanya. Semoga masyarakat dusun Mlambing bisa mengembangkan pembuatan kripik tersebut menjadi lebih inovatif dan inspiratif untuk menambah nilai jual dari produk B’Bogss”, ucap ibu Ani ketika diwawancarai via WA. (20/7)

Dengan adanya pelatihan dari mahasiswa KKN 34 UINSA ini, diharapkan dapat memajukan UMKM Desa Burno yang hebat dan bermartabat dengan menjadikan pelepah pisang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.


Penulis: Nadya Sa’adatur Rohmah
Editor: Khalimatu Nisa