Komunikasi Dakwah dalam Peristiwa Wafatnya Jemaah Haji
oleh
Luluk Fikri Zuhriyah
Pada musim haji tahun 2025, masyarakat dikejutkan oleh peristiwa wafatnya seorang jemaah haji asal Sidoarjo, NF (45), di dalam pesawat yang membawa rombongan Kloter 20 Embarkasi Surabaya menuju Madinah. NF meninggal sekitar satu jam sebelum pesawat mendarat di Bandara Internasional Pangeran Mohammad bin Abdul Aziz Madinah. Peristiwa ini tentu membawa dampak emosional yang besar bagi para jemaah yang turut dalam satu rombongan. Pemberitaan ini juga menjadi viral di media sosial, dengan jumlah engagement dalam salah satu akun IG saat ini mencapai lebih dari 5 ribu.
Peristiwa ini meninggalkan kesan mendalam bagi rekan-rekan jemaah haji yang turut serta dalam penerbangan tersebut. Meskipun tidak semua jemaah dapat diidentifikasi secara individu, reaksi dan perasaan mereka terhadap kepergian NF mencerminkan kompleksitas emosi yang muncul dalam situasi seperti itu.
Penulis sebagai teman yang berada dalam satu regu kelompok ibadah haji dengan NF merasakan kompleksitas emosi antara keterkejutan, kesedihan, keharuan, empati dan kekawatiran menjadi satu perasaan yang tidak bisa dihindari. Betapa tidak, selain satu regu, di asrama haji Sukolilo NF merupakan teman satu kamar, dan posisi seat kami di pesawat pas di belakangnya adalah toilet di mana NF tak sadarkan diri. Karena posisi seat tersebut, kami mendengar bagaimana pintu toilet pesawat ketika NF masuk kamar mandi dan diketuk teman-teman jemaah haji berkali kali, sampai akhirnya dibuka secara paksa oleh pramugari.
Kematian yang terjadi di dalam ruang tertutup seperti pesawat menimbulkan potensi kepanikan, kecemasan, dan tekanan psikologis di antara jemaah lain. Dalam konteks ini, komunikasi dakwah menjadi krusial untuk mengelola situasi secara tepat, manusiawi, dan berempati. Penanganan komunikasi yang buruk dapat memperburuk keadaan, sementara komunikasi yang baik dapat meredakan ketegangan dan memfasilitasi pemaknaan yang konstruktif terhadap peristiwa.
Dalam situasi seperti ini, peran komunikasi dakwah menjadi sangat vital sebagai upaya transformasi nilai dan pesan keagamaan kepada mitra dakwah dengan tujuan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Petugas dan pembimbing kloter yang dalam hal ini bisa disebut sebagai pendakwah memiliki peran kunci dalam menyampaikan informasi secara persuasif, menenangkan jemaah, dan membantu mereka memahami situasi. Penyampaian yang tepat mencegah kepanikan, memperkuat makna religius dari peristiwa, dan membantu jemaah menjaga kestabilan emosi.
Mengadopsi teori komunikasi krisis -yang merujuk bagaimana pihak yang berwenang menyampaikan informasi, dan mengelola persepsi publik selama krisis untuk mengurangi kerusakan psikologis, menjaga kepercayaan, dan menenangkan situasi (Coombs, 2007)-, komunikasi dakwah atas peristiwa ini dapat dilakukan menggunakan beberapa prinsip, antara lain: kejelasan informasi, kecepatan dalam merespons, empati terhadap pihak terdampak, koordinasi antarpihak yang terlibat, transparansi dan konsistensi dalam penyampaian pesan.
Kecepatan dan kejelasan informasi dalam peristiwa ini telah nampak. begitu diketahui bahwa jemaah pingsan, petugas kesehatan mengambil langkah medis dan pertolongan darurat, dibantu dengan petugas kloter dan teman jemaah haji. Sementara pembimbing ibadah berkoordinasi dengan pembimbing dari KBIH mengajak para jemaah untuk berdoa bersama agar NF segera dipulihkan kesadarannya, diberikan kesehatan, serta kondisi terbaik oleh Allah agar bisa bersama sama beribadah haji dengan kita semua. KH. Rafiq Siradj sebagai pembimbing dari KBIH memimpin doa tersebut. Setelah diketahui bahwa pertolongan yang dilakukan tidak memenuhi keberhasilan, petugas kesehatan dan ketua kloter segera melaporkannya ke Daker Madinah. Pembimbing ibadah mengumumkan berita duka kepada penumpang pesawat bahwa jemaah wafat, Informasi ini disampaikan ke jemaah secara terbatas namun jelas. Hal ini menghindari munculnya spekulasi dan kepanikan.
Pada kesempatan ini pembimbing KBIH menyampaikan kabar duka dengan empati dan membingkainya dalam narasi religius bahwa wafat dalam perjalanan ibadah haji merupakan husnul khotimah, akhir yang baik, Allah lebih menyayangi ibu Hj. NF, insyaallah ibu Hj. NF tergolong ahli surga. Pesan yang disampaikan pembimbing tersebut menciptakan pemaknaan spiritual yang menenangkan jamaah.
Koordinasi lintas otoritas dengan komunikasi secara terkoordinasi antara petugas dan pembimbing ibadah kloter, maskapai, Daker Madinah, suami almarhumah yang juga jemaah haji, serta keluarga almarhum di Tanah Air telah dilakukan. Koordinasi ini penting untuk memastikan semua pihak menerima informasi yang sama dan akurat. Sebagai bagian dari manajemen emosi kolektif para petugas dan pembimbing, mengadakan tahlil dan tausiah di pesawat yang dipimpin oleh pembimbing ibadah, ini menjadi bagian dari ritual kolektif yang membantu meredam kesedihan dan memperkuat solidaritas kelompok.
Pada waktu berbeda ketika sampai di Madinah, tampak petugas haji yang lain seperti Dr. Imam Nahrawi berupaya melakukan komunikasi kepada Suami NF dengan pesan memberikan dukungan dan penguatan mental agar dirinya bersabar menerima kenyataan, tetap bersemangat dan konsentrasi menjalankan ibadah haji sebagai tujuan utama dari perjalanan ini. Komunikasi dengan narasi spiritual juga diberikan oleh konsultan haji Indonesia Prof. Dr. H. Aswadi, M. Ag. Ia memberikan pesan komunikasi dakwah kepada suami NF agar tetap sabar, karena ini adalah ujian dari Allah, semua ujian dari Allah yang kita hadapi dengan kesabaran maka Allah akan menggantinya kegembiraan, dengan mencontohkan beberapa ujian yang pernah dihadapinya secara beruntun. Prof Aswadi menguatkan hati suami NF melalui pesan yang ada dalam Alquran surat al-Baqarah 155 yang artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
Komunikasi dakwah yang dilakukan oleh para petugas, pembimbing melalui pesan-pesan dan informasi yang jelas, menciptakan pemaknaan spiritual yang menenangkan jamaah, meredam kesedihan melalui kerja sama dan kolaborasi dengan pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi.