Berita

Pada tahun ini, jumlah jamaah haji Indonesia yang besar telah mendorong pemerintah Indonesia dan Kerajaan Arab Saudi (KSA) untuk berinovasi dalam memberikan pelayanan. Pada tahun 2024, Indonesia menerima kuota haji sebanyak 241.000 jamaah, angka tertinggi dalam sejarah.

Salah satu inovasi yang mendapat banyak apresiasi adalah layanan fast track (Mecca Road). Layanan ini adalah fasilitas pre-clearance, yaitu pemeriksaan dokumen jamaah haji oleh Keimigrasian Pemerintah Arab Saudi di Indonesia. Dengan kata lain, proses imigrasi yang biasanya dilakukan di Arab Saudi dipindahkan ke Indonesia. Melalui layanan fast track, proses pengecekan dokumen seperti visa dan paspor dapat dilakukan sebelum keberangkatan jamaah haji dari Indonesia.

Pada awalnya, layanan fast track hanya tersedia di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng. Namun, tahun ini KSA menambahkan dua jalur fast track di embarkasi dengan jumlah jamaah haji terbesar, yaitu Embarkasi Solo dan Embarkasi Surabaya. Dengan layanan ini, jamaah haji tidak perlu lagi menjalani proses imigrasi setibanya di Arab Saudi. Dahulu, jamaah haji harus menunggu berjam-jam untuk pemeriksaan dokumen saat tiba di bandara Arab Saudi. Kini, jamaah haji dari Embarkasi Solo, Surabaya, dan Jakarta tidak perlu antre panjang di imigrasi Bandara Madinah dan Jeddah. Inovasi ini sangat menguntungkan, terutama bagi jamaah haji lansia dan berkebutuhan khusus yang memerlukan perhatian khusus dari segi kesehatan.

Indonesia menjadi istimewa karena mendapatkan kuota layanan fast track yang lebih besar dibanding negara lain. Dari kuota haji Indonesia tahun ini, yang terdiri atas 213.320 jamaah haji reguler dan 27.680 jamaah haji khusus, layanan fast track diberikan kepada 128.450 jamaah (60,21% jamaah haji reguler) yang berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta, Adi Soemarmo-Solo, dan Juanda-Surabaya.

Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya, Prof. Akh. Muzakki, M.Ag., Grad.Dip., SEA., M.Phil., Ph.D, memuji langkah ini dengan antusias. “Dalam prinsip manajemen layanan, kecepatan adalah salah satu elemen penting dalam memberikan layanan kepada customer. Implementasi fast track ini tidak hanya menunjukkan peningkatan efisiensi dan efektivitas pelayanan, tetapi juga mencerminkan komitmen untuk memberikan pengalaman yang lebih baik kepada jamaah haji,” ungkapnya. Menurut Prof. Muzakki, inovasi ini sejalan dengan teori manajemen modern yang menekankan pentingnya service excellence dan customer satisfaction.

“Ini adalah bentuk investasi jangka panjang untuk membranding kualitas layanan Kementerian Agama dalam mengelola haji. Kecepatan dalam pelayanan adalah bagian dari strategi untuk meningkatkan daya saing dan reputasi institusi di mata publik,” tambahnya. Prof. Muzakki juga menyoroti bahwa pendekatan ini dapat menjadi contoh bagi layanan publik lainnya di Indonesia. “Dengan adanya layanan fast track, jamaah haji dapat lebih fokus pada ibadah mereka tanpa terganggu oleh proses administratif yang memakan waktu. Hal ini sangat penting dalam konteks haji, di mana aspek spiritual sangat dominan,” jelasnya.

Inovasi ini, lanjut Prof. Muzakki, juga mencerminkan adaptasi terhadap kebutuhan dan tantangan zaman modern. “Kita hidup di era di mana kecepatan dan efisiensi sangat dihargai. Layanan fast track adalah respons tepat terhadap kebutuhan tersebut, dan semoga ke depan bisa diterapkan di embarkasi-embarkasi lain, sehingga seluruh jamaah haji dapat merasakan manfaatnya,” tutupnya.

Semoga layanan fast track ini bisa diterapkan di embarkasi-embarkasi lain di tahun-tahun mendatang, sehingga pelayanan ibadah haji menjadi lebih baik, nyaman, dan jamaah bisa fokus mendekatkan diri kepada Allah.

Penulis:

Aun Falestien Faletehan, MHRM., Ph.D.
Dosen FDK UINSA, dan Ketua Pusat Studi Haji Umrah dan Bisnis Syariah UINSA