Surabaya, 27 Mei 2025 Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA) kembali menyelenggarakan The 3rd International Conference on Islamic Civilization and Humanities (ICONITIES). Tahun ini, konferensi yang sudah menjadi agenda tahunan tersebut mengusung tema “Expanding Cross-Cultural Perspectives on History, Language, and Literature in an Era of Global Uncertainty.” Tema tersebut menjadi cerminan tantangan sekaligus peluang dalam membangun koneksi dan pemahaman antarbangsa melalui pendekatan keilmuan lintas budaya.

Acara dibuka dengan penuh semarak melalui penampilan seni budaya dari mahasiswa. Mahasiswa Program Studi Sastra Arab membawakan syair “Al-Quds” yang sarat nilai religius dan semangat pembebasan, disusul dengan Tari “Mojang Priangan” oleh mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia yang memperkenalkan kekayaan budaya Nusantara kepada para tamu undangan. Penampilan ini menjadi simbol harmonisasi budaya Timur Tengah dan Nusantara yang menjadi landasan semangat konferensi.
Pembukaan acara secara resmi dilakukan oleh Dr. Mirwan Achmad Taufiq, M.A., M.Ed., selaku Kajur di Fakultas Adab dan Humaniora. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan harapannya agar ICONITIES bukan hanya menjadi ruang akademik, tetapi juga menjadi penguat jejaring keilmuan internasional yang inklusif dan berdampak nyata.

Rangkaian konferensi utama diisi oleh sejumlah akademisi dari berbagai negara, baik yang hadir secara langsung maupun melalui platform daring. Salah satu pemateri yang tampil secara luring adalah Prof. Dr. Abdul A’la, M.Ag. dari UIN Sunan Ampel Surabaya. Dalam presentasinya yang berjudul “Utilizing Islamic Historical Perspectives in Managing Global Uncertainty to Win the Future,” beliau menyoroti pentingnya menggali hikmah dari sejarah peradaban Islam sebagai bekal dalam menghadapi ketidakpastian zaman modern. Ia menekankan bahwa Islam tidak hanya sebagai ajaran spiritual, tetapi juga sebagai warisan intelektual yang kaya solusi untuk problem global masa kini.
Materi berikutnya disampaikan oleh Dr. Mowafg Masuwd, M.A. dari Universitas Zawia, Libya, secara daring. Dalam materinya yang berjudul “Translating the Meaning of the Quran in a Multicultural World: Challenges of Faith, Language, and Cultural Nuance,” ia menyoroti tantangan dalam menerjemahkan makna Al-Qur’an ke dalam berbagai konteks budaya, serta risiko terjadinya distorsi makna dalam proses tersebut. Menurutnya, penerjemahan bukan hanya soal bahasa, melainkan juga pemahaman konteks sosial, nilai budaya, hingga nuansa spiritual yang melekat di dalamnya.
Dari Australia, Imam Malik Ridwan, M.A., Ph.D. yang merupakan akademisi di Sydney University, turut memberikan kontribusi penting dalam diskusi melalui materinya “Thaghut: From Linguistic Discourse to Political Intrigue.” Ia memaparkan bagaimana istilah “thaghut” mengalami perkembangan makna dari ranah linguistik teologis ke dalam diskursus politik kontemporer, yang kerap digunakan sebagai alat legitimasi ideologi dalam berbagai konflik global.
Masih dari jalur daring, Abdul Wahab Naf’an, Lc., M.A., juga turut serta dalam menyampaikan gagasan kritis yang memperkaya perspektif keilmuan para peserta. Disusul oleh Dr. H. Thoriqul Haq, M.ML., Ph.D. dari Universitas Malaya, Malaysia, yang menutup sesi pleno dengan pembahasan yang komprehensif terkait pengelolaan identitas keislaman, peran intelektual Muslim, serta tantangan globalisasi yang kian mengaburkan batas-batas budaya dan agama.
Seluruh sesi konferensi dipandu dengan cermat dan dinamis oleh moderator Dr. Kusumajanti, M.Hum., dosen Fakultas Adab dan Humaniora UINSA. Keberadaan moderator yang handal memastikan jalannya diskusi tetap kondusif, komunikatif, dan kaya interaksi akademik.
Konferensi yang dilaksanakan di Amphitheater Lantai 9 Twin Towers UINSA ini dihadiri oleh ratusan mahasiswa dan akademisi dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Delegasi mahasiswa datang dari berbagai wilayah seperti Banjarmasin, Yogyakarta, Jakarta, dan kota-kota lainnya. Para peserta tampak antusias mengikuti jalannya presentasi, bahkan turut aktif mengajukan pertanyaan dan berdiskusi langsung dengan para pemateri, baik yang hadir secara langsung maupun daring.

Setelah rangkaian pleno usai, ICONITIES dilanjutkan dengan sesi paralel (Parallel Session) yang dilangsungkan di sejumlah ruang kelas di lingkungan Fakultas Adab dan Humaniora. Dalam sesi ini, mahasiswa dari berbagai institusi mempresentasikan hasil kajian mereka, yang mencakup tema-tema seputar sejarah, sastra, linguistik, budaya, dan peradaban Islam. Sesi ini menjadi ajang pertukaran gagasan yang sehat dan memperkuat semangat kolaborasi lintas kampus.

Penyelenggaraan ICONITIES ke-3 ini kembali menegaskan posisi UINSA sebagai rumah besar akademik yang terbuka bagi dialog global. Konferensi ini bukan hanya mencerminkan keunggulan intelektual, tetapi juga komitmen untuk menjadikan keilmuan sebagai medium menjembatani keberagaman dan membangun masa depan yang lebih toleran, adil, dan berkeadaban.
