Berita

Dari sudut kelas di pesantren hingga ke studio televisi, terdapat kisah alumni yang menginspirasi. Imam Fawaid membagikan perjalanannya yang penuh warna. Ia yang biasa disapa Imam merupakan alumni mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (AFI) Prodi Aqidah dan Filsafat Islam (AFI) angkatan 2018. Imam lulus pada 2022 dan sejak semester 7 telah menjadi presenter SCTV yang merupakan stasiun televisi ternama di Indonesia.

Imam memulai kisahnya sebagai seorang santri yang mengabdi di pesantren. Saat kuliah, ia mengikuti beberapa organisasi seperti Himpunan Mahasiswa Prodi (HMP AFI) dan Lembaga Pers Mahasiswa Solidaritas (LPM Sol). Pada waktu itu ia juga merangkap pekerjaan sambilan dari tukang cuci sepeda motor hingga takmir di sebuah mushola di Surabaya.

Dengan gaji yang minim, Imam tidak pernah melihat hal tersebut sebagai hambatan, melainkan sebagai proses pembelajaran yang berharga. “Setiap orang punya fase jatuh bangun, namun yang terpenting adalah bagaimana kita menghadapi proses tersebut,” ujarnya.

Imam yang asli Sumenep awalnya tidak pernah berpikir menjadi seorang presenter. Dialeknya yang terlalu kental membuatnya tidak memiliki rasa percaya diri. Namun, ketika ada kesempatan Imam tak berhenti belajar dengan meminimalisasi logat kedaerahan.

“Nah itu yang menjadi salah satu (alasan) kenapa aku gak pernah berpikir bakalan bisa tembus karena orang Madura itu aksentuasinya, dialeknya itu selalu kelihatan sekali. Ya aku gak punya rasa percaya diri, cuma ketika aku dikasih kesempatan, ya udah aku pelajari semaksimal mungkin untuk meminimalisasi itu,” jelasnya.

Imam Fawaid saat wisuda. (Sumber: dokumentasi pribadi)

Menurut Imam, kesuksesan bukanlah tentang pujian dari orang lain, melainkan tentang  bagaimana seseorang dapat mengatasi egonya sendiri dan menjadikan setiap proses sebagai sahabat. “Kompetitor sejati adalah diri kita sendiri,” katanya. Imam juga membagikan pengalamannya dalam menghadapi kegagalan, seperti ketika ia tidak pernah juara dalam lomba presenter, namun hal itu tidak pernah membuatnya berhenti mencoba dan belajar dari setiap kesalahan.

Perjalanan karir Imam menarik disimak bagaimana ia terjun ke dunia broadcasting, sebuah dunia yang awalnya asing baginya. Awal mula Imam melamar di SCTV ternyata satu bulan tidak ada informasi. Tanpa putus asa Imam melamar di stasiun TV lain, MetroTV.

“Habis itu aku lamar di Metro TV namun gagal. Ternyata yang keterima itu yang di SCTV. Awalnya aku mendapatkan informasi tentang lowongan pekerjaan di SCTV dari seorang teman,” kenang Imam. Proses panjang penuh ketekunan tersebut akhirnya membuahkan hasil, membawanya ke posisi sekarang sebagai presenter di salah satu stasiun televisi terkemuka.

Imam berpesan kepada para alumni, khususnya dari alumni FUF untuk tidak pernah merasa insecure dengan masa depan. “Jangan pernah berhenti mencari dan menggali setiap potensi diri. Kita yang menentukan masa depan, bukan jurusan atau bidang studi kita,” tegasnya. Ia juga menekankan pentingnya menjaga shalat dan tidak pernah meninggalkannya, sebagai prinsip dasar dalam menjalani kehidupan.

Perjalanan Imam Fawaid menjadi bukti bahwa setiap proses, tidak peduli seberapa kerasnya, adalah bagian dari perjalanan menuju keberhasilan. Baginya, setiap tantangan adalah teman yang mendewasakan dan setiap kegagalan adalah guru terbaik. Kini, sebagai presenter SCTV, ia tidak hanya membagikan informasi, tetapi juga inspirasi dan motivasi bagi banyak orang, terutama bagi para alumni yang mungkin masih mencari jati diri mereka di dunia luas. (Siti Khoirun Nisa – Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat)