Column

WORK-LIFE BALANCE (Seri 2): IMPLEMENTASI UU PERPUSTAKAN NO 43 TAHUN 2007 DALAM MANAJEMEN PERPUSTAKAAN UINSA

Oleh: Prof. Dr. Hj. Evi Fatimatur Rusydiyah, M.Ag.
Guru Besar Bidang Ilmu Teknologi Pembelajaran/ Kepala Perpustakaan UINSA 2022-2026

Mengelola lembaga tidak hanya memerlukan pengetahuan namun juga memerlukan skill seni menjadi dirigent. Demikian juga mengelola perpustakaan, ketrampilan memadukan pengetahuan dan senin akan menjadi irama yang menarik dan akan terwujud sebuah harmoni organisasi. Perpaduan pengetahuan dan seni tersebut terkait dalam mengatur ritme terwujudnya perpustakaan secara fisik agar menarik minat kunjung para pemustaka.  Tulisan ini merupakan tulisan ke-2 tentang manajemen work-life balance Perpustakaan UINSA dalam mengimplementasikan amanah Undang-Undang Perpustakaan No. 43 Tahun 2007 Pasal 3 yang menyatakan bahwa perpustakaan memiliki peran multifungsi: sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian budaya, sumber informasi, dan rekreasi  untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa.

Representasi dari work-life balance Perpustakaan UINSA mari kita bahas satu per satu fungsinya.

Fungsi Pertama dan Kedua adalah fungsi wahana pendidikan dan penelitian. Perpustakaan UINSA telah berupaya memberikan yang terbaik untuk optimalisasi fungsi ini. Berbagai layanan sudah disesuaikan dengan kebutuhan dan standar yang diharapkan oleh para pemangku kepentingan internal UINSA. Di antaranya, layanan sirkulasi, pengecekan tingkat kesamaan (similarity check), koleksi tandon, koleksi khusus, literasi informasi, dan yang terbaru pada tahun 2024, layanan Grammarly akan ditambahkan di akhir 2024 ini.

Selain itu, koleksi e-resource yang tersedia juga sangat beragam, mulai dari repository, digilib, hingga akses ke e-book dari platform internasional seperti Springer, ProQuest, dan Emerald. Perpustakaan UINSA juga telah menyediakan e-journal dari penerbit besar seperti Springer, Cambridge, Wiley, dan Taylor & Francis. Pada tahun 2025 nanti, perpustakaan UINSA menambah akses ke Science Direct, sehingga semakin memperkaya referensi yang bisa diakses oleh pemustaka.

Sedangkan untuk layanan indeksasi, perpustakaan UINSA sejak 2024 telah berlangganan Scopus. Sedangkan pada 2025 Scopus akan dilengkapi dengan fitur kecerdasan buatan (AI) yang akan semakin mempermudah para pemustaka untuk melakukan pencarian data dalam penelitian. Semua layanan ini dihadirkan untuk memberikan pengalaman yang menyeluruh dan memudahkan para pengguna perpustakaan dalam belajar dan meneliti. Selengkapnya, segala macam jenis layanan yang tersedia sebagaimana disebutkan itu dapat diakses pada laman https://uinsa.ac.id/perpustakaan.

Fungsi Ketiga adalah fungsi Informasi. Bagaimanakah dengan layanan untuk mendorong fungsi sumber informasi? Perpustakaan UINSA tentu telah melakukan beberapa upaya. Salah satunya yang saat ini sedang giat dilakukan adalah layanan literasi informasi, yang memberikan edukasi dan sosialisasi kepada para pemustaka. Layanan ini tidak hanya terbatas pada pertemuan langsung secara luring, tetapi juga dikembangkan dalam bentuk digital. Perpustakaan memanfaatkan berbagai platform media sosial untuk menjangkau lebih banyak pengguna, seperti Instagram, Facebook, TikTok, dan lainnya. Upaya ini terbukti efektif, terutama pada tahun 2023 dimana indeks literasi di lingkungan UINSA meningkat secara drastis. Salah satu indikator keberhasilannya adalah meningkatnya pemanfaatan platform e-resource seperti Springer yang telah dilanggan perpustakaan. Melalui perpaduan layanan luring dan digital, perpustakaan UINSA semakin memperluas jangkauannya dalam memberikan informasi berkualitas kepada masyarakat akademik.

Bukti dari peningkatnya fungsi informasi tersebut adaah meningkatnya jumlah indeks literasi warga UIN Sunan Ampel Surabaya dalam memanfaatkan e-resources yang dimiliki Perpustakaan UINSA. Dibawah ini adalah Journal metrics layanan perpustakaan UINSA 2019-2024.

Tabel 1. Journal metrics layanan perpustakaan UINSA 2019-2024

YearArticles InvestigatedArticles Viewed
20191.8903.030
20202.0732.864
20211.7712.621
20224.6207.126
202327.37330.628

Berdasarkan data journal metric diatas, terlihat adanya trend peningkatan yang signifikan baik pada article investigated maupun yang article viewed dari tahun 2019 hingga 2023. Pada periode 2019 hingga 2021, jumlah article investigated dan article viewed cenderung stabil dengan sedikit fluktuasi. article investigated berkisar antara 1.771 hingga 2.073, sementara article viewed berada di kisaran 2.800-an. Stabilitas ini mencerminkan bahwa upaya literasi informasi Perpustakaan UINSA masih dalam tahap pengembangan dan adaptasi.

Namun, pada tahun 2022 terjadi lonjakan yang signifikan, dimana article investigated i mencapai 4.620 dan article viewed mencapai 7.126. Lonjakan ini dapat dikaitkan dengan peningkatan layanan digital yang lebih aktif, termasuk penggunaan media sosial dan upaya sosialisasi literasi informasi baik pada level dasar, intermediate dan advance yang lebih intensif sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Lonjakan ini menunjukkan bahwa perpustakaan mulai berhasil menjangkau pemustaka secara lebih luas.

Tahun 2023? Tahun ini merupakan tahun yang sangat penting. Indikatornya adalah peningkatan drastis hingga 27.373 article investigated dan 30.628 article viewed. Lonjakan luar biasa ini dapat dikaitkan dengan keberhasilan kampanye literasi informasi perpustakaan, akses yang lebih mudah ke e-resource seperti Springer, perbaikan web, perbaikan system data based layanan, serta peningkatan yang signifikan pada layanan digital perpustakaan lainnya. Data ini menunjukkan bahwa perpustakaan telah berhasil meningkatkan relevansi dan peranannya sebagai sumber informasi utama, dengan layanan literasi informasi yang semakin berkembang dan berdampak pada peningkatan pemanfaatan koleksi digital perpustakaan yang berujung pada peningkatan indeks literasi warga UINSA.

Fungsi keempat adalah fungsi pelestarian. Nah berikutnya adalah apa yang telah perpustakaan UINSA lakukan untuk mendorong fungsi pelestarian budaya?. Perpustakaan UINSA mewujudkannya melalui pelestarian gubug wayang hasil kerja sama dengan Museum Gubug Wayang dan manuskrip kuno hasil kerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Melalui upaya pelestarian ini, perpustakaan tidak hanya menyimpan pengetahuan tetapi juga menjaga warisan budaya lokal agar tetap hidup dan dikenal generasi selanjutnya. Demikian juga pengembangan corner seperti Gus Dur, KIDS, Gender dan Inklusi, Language, Santri Sunan Ampel, Indonesia Islamic, dan Australia Banget Corner juga hadir dalam rangka mewujudkan pelestraian dengan menyesuiakan karakteristik nama-nama corner tersebut. Fungsi corer-corner ini disamping sebagai fungsi pelestarian, juga secara inline berfungsi dalam konteks P3IR.

Terakhir adalah fungsi rekreatif yang merupakan fungsi promotif terhadap ide work-life balance oleh Owen. Perpustakaan UINSA sejauh ini telah berupaya untuk memberikan kenyamanan bagi pemustaka, sehingga aktivitas membaca dan belajar tidak terasa membosankan. Ada ruang lesehan yang nyaman untuk bersantai, kantin kecil untuk pemustaka menikmati waktu me-time, dan interior yang memikat dengan mural 3D. Selain itu, berbagai literasi motivasi juga dipajang di tempat-tempat strategis untuk memberi semangat kepada pengunjung. Tahun 2025 ini akan hadir layanan Neflix buat relaksasi bagi para pemustaka yang suntuk membaca dan mencari ide baru untuk mengembangkan produktivitas dan kreativitasnya. Demikian juga jika pemustaka hanya ingin menikmati secangkir kopi hangatnya Bu Jam saat suntuk mencari ide juga bisa.

So, siapa yang belum datang ke Perpustakaan UINSA. Yang belum pernah datang ke Perpustakaan UINSA, jangan ngaku warga UINSA yaaa…..:😊