Berita

Ujian tertutup atas nama Nurul Hidayati berlangsung penuh dinamika di Program Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya, Kamis (5 Juni 2025). Mengangkat tema yang sarat nilai tradisi dan keilmuan, disertasi bertajuk “Sanad Keilmuan dan Implikasinya dalam Pembelajaran Tahfiz Al-Qur’an di Kabupaten Gresik” ini mendapat perhatian serius dari para penguji, khususnya penguji eksternal Prof. Dr. HM. Turhan Yani, MA dari Universitas Negeri Surabaya, yang menyatakan ketertarikannya pada topik yang jarang disentuh secara akademik ini.

Dalam disertasinya, Nurul mengupas secara mendalam pentingnya keberlanjutan sanad keilmuan dalam menjaga orisinalitas bacaan dan otentisitas jalur transmisi Al-Qur’an di pesantren tahfiz. Lewat pendekatan kualitatif dan studi kasus multi-kasus, ia berhasil mengklasifikasikan pesantren di Gresik dalam dua tipologi: kejelasan sanad dan orientasi transmisi keilmuan—antara yang konservatif dan progresif.

Ujian yang dipimpin oleh Prof. Dr. Hj. Husniyatus Salamah Zainiyati, M.Ag ini tidak hanya menyoal substansi disertasi, tetapi juga mengkritisi kerangka teoritik yang digunakan. Beberapa penguji menyoroti perlunya memperkuat pisau analisis, salah satunya dengan memasukkan teori Bandura agar landasan teoritis disertasi ini semakin kokoh. Selain itu, meski sudah menyebutkan lima temuan kebaruan (novelty), para penguji meminta agar aspek ini ditampilkan lebih eksplisit dalam penulisan.

Salah satu diskusi menarik muncul ketika Nurul menyebut bahwa sanad Kyai Husain Ilyas Menganti tidak berlanjut. Hal ini memunculkan masukan dari dewan penguji agar dilakukan klarifikasi langsung—sowan ke Kyai Basori—untuk memastikan validitas klaim tersebut. “Sanad tidak hanya persoalan keilmuan, tapi juga relasi spiritual dan sosial,” ujar salah satu penguji.

Nurul yang dibimbing oleh Prof. Dr. H. Moh. Ali Aziz, M.Ag sebagai promotor dan Prof. Dr. H. Isa Anshori, M.Si sebagai ko-promotor ini juga dianggap telah cukup berani mengkritik teori-teori yang digunakan dalam kajian. Ia mengembangkan reinterpretasi atas teori jaringan sosial Granovetter dan berhasil menyuguhkan model tipologi baru pesantren tahfiz berbasis sanad.

Secara umum, ujian berlangsung dengan atmosfer akademik yang intens namun bersahabat. Beberapa catatan perbaikan diberikan, terutama terkait konsistensi penggunaan bahasa asing serta perbedaan antara uraian proses pembelajaran dengan implikasi teoritis dari sanad itu sendiri. Meski demikian, Nurul Hidayati dinilai mampu mempertahankan argumentasinya dengan baik. Disertasi ini diharapkan menjadi kontribusi penting dalam kajian pendidikan tahfidz dan transmisi keilmuan Islam di Indonesia.