Oleh: Dr. Ali Mustofa, M. Pd. (Ketua LPM UIN Sunan Ampel Surabaya, 2022-2026)
Tulisan ini sudah agak lama, namun perlu disajikan sebagai wujud tahaddus bi nikmah kampus tercinta kita, UINSA. Penulis awali sebagai berikut. Tiga bulan lalu, Ramadhan karim 1466 H., awal Maret 2025, dua kado indah untuk kampus tercinta. Terdapat 2 prodi telah terakreditrasi unggul, prodi Perbandingan Mazdhab Fakultas Syariah dan Hukum serta prodi Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Usia prodi ini sudah memasuki periode matang dan sebuah keharusan bagi institusi untuk mencapai status unggul sebagai wujud penjaminan mutu jasa layanan Pendidikan tinggi serta kepuasan pelanggan. Kado terindah tersebut ditambah dengan keberkahan Ramadhan, yang luar biasa, super istimewa, dengan terbitnya izin operasional Izin Pembukaaan Program Studi Kedokteran Program Sarjana dan Program Studi Pendidikan Profesi Dokter Program Profesi itu berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Nomor 139/B/O/2025 tertanggal 7 Maret 2025.
Makna Mutu
Predikat marwah mutu ini harus terus dijaga guna menjaga kemuliaan UINSA yang harapannya berdampak juga kepada prodi-prodi yang belum memasuki predikat unggul. Unggul dan mutu ini jika ditelisik secara mendalam mempunyai makna dan historis. Mutu asal kata Bahasa sangsekerta mula: akar, sumber, utama. Dalam Bahasa inggris, mutu diartikan quality. Makna dasar mutu adalah tingkat kebaikan, tataran/ukuran baik dan buruk. Ukuran mutu dapat diartikan sebagai ukuran atau penilaian terhadap suatu benda atau proses berdasarkan beberapa kriteria yang relevan, seperti kekuatan, kehandalan, daya tahan, fungsi, dan aspek lainnya yang dapat menunjukkan kualitas keseluruhan. Tokoh mutu diawali dan ditemukan 1924, oleh Walter A. Shewhart dengan temuannya berupa diagram kontrol (Control Chart). Shewhart mengembangkan alat statistik untuk mengendalikan variabilitas dalam proses produksi. Joseph M. Juran (1951) dengan konsep teoritiknya, Juran’s Quality Control Handbook. Dilanjutkan W. Edwards Deming, temuan teori mutu dipublis tahun 1982, yakni Siklus PDCA (Plan-Do-Check-Act), berlanjut Total Quality Control (1950, Kaoru Ishikawa), Manajemen Kualitas Total (1960, Armand Feigenbaum). Tokoh modern beberapa pelopor yang diantaranya R. Edward Freeman dengan temuan stakeholder management, Elon Musk (Era 2010-2025) pengujian kualitas berbasis AI, Dr. Jeffrey Liker, teori mutu Lean Thinking.
Kontribusi Unit Kerja: Penebalan Marwah Mutu
Marwah mutu dapat terjaga dan terus meningkat maka memerlukan penebalan dalam segala tindakan manajemen pada semua level di organisasi. Tindakan tersebut harus menjadi budaya sistem kerja organisasi. Dalam lingkup lebih operasional tindakan budaya sistem ini berujung pada etos kerja lintas unit kerja berdasarkan tusi masing-masing harus memenuhi target dan akan lebih sempurna mampu melampui target. Contoh teknis, unit kerja LPM (Lembaga Penjaminan Mutu), akan berupa sekuat tenaga selama 1 tahun bekerja dan bersifat mandatory yakni wajib memastikan, mengelola, mengkontrol, mengevaluasi semua tagihan-tagihan eksternal (SN-DIKTI, BAN-PT, LAM) berupa maturity data PD-DIKTI. Jika hal ini tidak terpenuhi maturiti datanya maka akan berdampak kepada ketahanan dan status akreditasi selama 5 tahun yang akan datang. Salah dalam mendeteksi dini, salah dalam melakukan mitigasi resiko maka dampaknya sangat fatal pada keberlangsungan Lembaga Pendidikan tinggi.
Bagi unit kerja lain di perguruan tinggi dapat instropeksi diri dengan cara seberapa besar kontribusi produktif yang berbasis tusi (tugas pokok dan fungsi) memberikan sumbangsih untuk ketahanan dan kekokohan institusi dalam jasa layanan Pendidikan tinggi. Semakin tidak sadar dan abai akan kontribusi produktif sesuai tusi, lamban laun dan pasti, maka stabilitas marwah mutu akan terkoreksi dan goyah sehingga sangat memberatkan pada tata Kelola keberlangsungan perguruan tinggi. Kita harus sadar sesadarnya, kompetisi perguruan tinggi merupakan harga mati. Memang era sekarang adalah kolaborasi, namun kolaborasi dapat berjalan, fundasi internal perguruan tinggi harus kokoh tegak berdiri dan fundasi itu sangat tergantung pada ketahanan dan kekokohan kontribusi produksi unit kerja-unit kerja dalam satuan organisasi Pendidikan tinggi. Selama kontribusi itu tidak terukur, tidak memiliki target capaian serta tidak diiringi kesadaran kolektif semua civitas akademik yang ditambah lagi tidak ada kontrol yang kuat dan ketat, marwah mutu jangan diharapkan apalagi diimpikan, mustahil akan didapat untuk kemuliaan dan kejayaan Lembaga.
Dalam perspektif manajemen modern, mutu tidak lagi melihat dan fokus pada hasil akhir, akan tetapi memfokuskan ekosistem nilai yang harus dibangun secara, terarur, terarah, terukur, penuh inovasi, sistemik, berkelanjutan dan bahkan ekspansi. Capaian mutu sangat tergantung akselerasi unit kerja. unit kerja menjadi elan vital dari kekuatan organisasi kampus. Unit kerja, dalam konteks ini, berfungsi sebagai value center, penggerak utama dalam orkestrasi mutu kelembagaan. Kontribusi nyata tiap unit kerja terlihat dari kemampuannya membangun process excellence, mengintegrasikan standar operasional dengan budaya kerja berkinerja tinggi, serta menghadirkan evidence-based impact yang terukur secara konsinsten dan terus produktif. Penebalan marwah mutu tercermin dalam tiga kata kunci, konsistensi, relevansi, dan akuntabilitas. Lebih dari sekadar pemenuhan indikator, kontribusi unit kerja adalah bentuk konkret dari organizational citizenship behavior, di mana setiap elemen berperan aktif dalam membangun sistem mutu yang tidak hanya patuh pada standar, tetapi juga mencerminkan etos transformasi dan keunggulan. Penebalan marwah mutu tidak akan bermakna tanpa etos transformasional yang menjadikan setiap unit kerja sebagai katalisator perubahan yang berdampak luas. etos menjadi ruh dan mrwah mutu harus ditopang oleh kesadaran kolektif bahwa kualitas bukan kebetulan, melainkan hasil dari desain, eksekusi, eksekusi, eksekusi dengen cepat (GPL: gak pakai lama) dan evaluasi yang terstruktur dan kontinyu. Akhirnya setiap program, inisiatif, dan inovasi dari unit kerja menjadi leading indicator dari kapasitas institusi untuk tidak hanya bertahan, tetapi tumbuh, bersaing, dan memimpin untuk menjadi unggulan dalam jasa layanan pendidikan terbaik untuk dipersembahkan kepada kampus tercinta.(alto)