Prodi Sosiologi
Sunday, 16 October 2022
Tulisan ini ditulis saat penerbangan pesawat dari Ende menuju Kupang. Membunuh waktu dengan menulis, cukup untuk menghilangkan rasa bosan dalam penerbangan, walau durasi penerbangan hanya sekitar 55 menit saja.
Setelah 5 hari berada di Waturaka, Kelimutu, Ende untuk melakukan observasi lapangan dan wawancara, tim riset harus kembali ke Surabaya untuk melanjutkan aktifitas di kampus tercinta, UIN Sunan Ampel Surabaya. Proses kembali ke Surabaya hari ini diputuskan setelah diskusi cukup panjang terkait rute penerbangan, apakah tim mengubah rute yang semula Ende-Kupang-Surabaya menjadi Ende-Labuan Bajo-Surabaya atau dibagi dua, 1 dengan rute Ende-Kupang -Surabaya dan 1 lagi Ende-Labuan Bajo-Surabaya. Diskusi tersebut terjadi karena ada informasi penting mengenai keberadaan seseorang di Labuan Bajo yang menurut tim adalah key informan dari studi yang sedang dilakukan.
Informan tersebut adalah Gregorius Manao, seorang pegiat INGO bernama Swiss Contact. Data awal yang diperoleh di lapangan menyebutkan bahwa LSM internasional ini menjadi bagian penting dari perubahan yang terjadi di Desa Waturaka. Untungnya, tim riset bak mendapat durian runtuh, dengan kesediaan Pak Greg, demikian ia biasa dipanggil, diinterview melalui zoom meeting. Sebelum melakukan proses check in di Bandara pagi ini tim riset mempersiapkan diri untuk bisa mendapat informasi penting mengenai apa saja yang dilakukan oleh Swiss Contact di Waturaka melalui tangan dingin seorang Gregorius Manao.
Sosok Greg adalah orang yang sangat penting dalam perubahan desa Waturaka menjadi desa wisata berbasis komunitas (baca komunitas Adat). Tanpa ada Greg, mungkin tidak ada penghargaan sebagai juara pertama desa wisata alam bagi desa Waturaka, Kecamatan Kelimutu Ende.
Tentu Greg, bukan satu-satunya orang yang berjasa. Namun ia adalah “Global Champion” yang menggugah masyarakat, menyadari potensi yang mereka miliki dan kemudian melakukan langkah-langkah perubahan yang memberi dampak luar biasa pada masyarakat.
Dalam proses pemberdayaan masyarakat, live-in, hidup bersama masyarakat, memberikan peluang keberhasilan proses pendampingan jauh lebih besar, bahkan bisa jadi menjadi kunci paling penting.
Memilih hidup bersama masyarakat ini bukan perkara mudah. Namun Pak Greg mau dan mampu melakukan hal tersebut. Namun, tentu live in tanpa cara dan strategi yang tepat juga tidak akan berarti apa-apa. Maka menentukan strategi adalah kesadaran utama yang akan mempermudah proaes. Maka yang dilakukan adalah mendekati local champion, tokoh lokal.
Dipetakanlah siapa saja tokoh-tokoh lokal yang memiliki visi kuat, tidak dibatasi oleh jabatan tertentu, namun dipercaya masyarakat, netral, dan lain-lain. Tokoh lokal ini diakui sebagai bagian paling penting dalam upaya memberikan kesadaran pada masyarakat, lebih-lebih di Kelimutu, Ende, Nusa Tenggara Timur. Mengenalkan pariwisata pada masyarakat agraris yang hidup dari hasil pertanian agar mereka mau menyiapkan perangkat pendukung wisata alam bukan pekerjaan mudah. Namun nyatanya itu tidak menyurutkan langkah untuk menggugah kesadaran masyarakat untuk bisa berkembang dan hidup mandiri dengan potensi lokal yang mereka miliki.
Maka bagaikan botol menemukan tutupnya, Pak Greg bertemu dengan Pak Blasius (Pak Sius) yang dilihat sebagai tokoh penting yang memiliki kriteria seperti yang disebutkan di atas.
Pendekatan Pak Greg, semangat Pak Sius dan penerimaan warga terhadap gagasan-gagasan perubahan tersebut kemudian diperkuat juga dukungan Mosalaki, tetua adat yang bahkan menjadi penentu akhir dari eksekusi sebuah perencanaan. Instrtusi adat yang dikepalai oleh seorang mosalaki punya power sangat luar biasa untuk mengatakan iya dan tidak. Jika seorang Mosalaki memberi restu terhadap apapun yang terkait dengan wilayahnya, maka hal itu dipastikan bisa terwujud, sebaliknya jika tidak direstui, mustahil akan terwujud.
Keberhasilan waturaka menjadi destinasi yang menarik bagi wisatawan tidak lepas dari dukungan tokoh-tokoh dari unsur internal dan eksternal tersebut. Unsur internal adalah para tokoh kunci semacam local champion, yokoh masayarakat, pemerintahan desa, dan juga mosalaki sebagai representasi masyarakat adat.
Terdapat sinergi yang cukup kuat antar unsur-unsur tersebut dalam mewujudkan mimpi menjadikan kehidupan masyarakat lebih baik.
Yuk, sinergi bersama. (Zaky)