Column

SHUMMUN, BUKMUN, ‘UMYUN (BUDEK, BISU, BUTA)

Oleh: Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag.
Guru Besar/Ketua Senat Akademik UINSA Surabaya

صُمٌّۢ بُكْمٌ عُمْىٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ

“(Mereka) budek (tuli), bisu, dan buta. Maka, mereka tidak akan kembali (ke jalan yang benar) (QS. Al Baqarah [2]: 18)

Pada ayat-ayat sebelumnya, Allah menjelaskan perilaku orang-orang kafir. Hati mereka, semakin hari, semakin sakit mendengar firman Allah. Mereka menyumbat telinga setiap mendengar kebenaran, tak mau menggunakan lidahnya untuk bertanya tentang keimanan yang benar, apalagi bersyahadat. Mereka juga tidak mau melihat tanda kekuasaan Allah, serta memandang bodoh orang-orang mukmin. Sebagai kelanjutan, ayat ini menyatakan lebih tegas, mereka itulah orang-orang yang budek (shummun), bisu (bukmun) dan buta (‘umyun). Secara biologis, tiga indra itu bekerja, tapi secara spiritual, tak berfungsi. Sebab, ketiganya tak tersambung dengan hati

Kata shummun, bukmun, ‘umyun atau B3: budek, bisu, buta itu diulang sekali lagi dalam surat yang sama,

وَمَثَلُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ كَمَثَلِ ٱلَّذِى يَنْعِقُ بِمَا لَا يَسْمَعُ إِلَّا دُعَآءً وَنِدَآءً ۚ صُمٌّۢ بُكْمٌ عُمْىٌ فَهُمْ لَا يَعْقِلُونَ

 “Dan perumpamaan mereka yang mengajak orang-orang kafir itu seperti gembala yang memanggil hewan. (Hewan itu) tidak mendengar kecuali panggilan atau teriakan belaka. Mereka budek (tuli), bisu, dan buta. Oleh sebab itu, mereka tidak mengerti” (QS. Al Baqarah [2]: 171).

Kecaman Allah dalam ayat ini ditujukan kepada orang-orang kafir. Sama sekali bukan kepada orang-orang mukmin. Tapi, ingat, penyakit B-3 ini bisa menyasar siapa saja, muslim atau bukan, juga berpendidikan tinggi atau rendah. Oleh sebab itu, tak ada salahnya, kita mengambil pelajaran dari dua ayat ini, bahwa selama kita tidak menyambungkan telinga, lidah dan mata dengan hati, maka jangan berharap kita menjadi orang cerdas (ya’qilun) dan mau bertobat (yarji’un).

Tanda muslim yang budek, antara lain, (1) tidak peka terhadap suara azan. Pura-pura tak mendengarnya. Shalat tidak segera dikerjakan tanpa alasan yang masuk akal, atau ditinggalkan dengan berbagai alasan, (2) tidak peka terhadap peringatan Allah dan Rasul-Nya. Sama saja diingatkan atau tidak, bahkan kadang melawan karena tidak sesuai dengan kepentingannya, (3) tidak peka terhadap keluhan pasangan hidup, orang tua, anak cucu, lingkungan, rakyat, dan orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya. Ia bertindak semaunya sendiri, seperti di hutan belantara. Ia benar-benar budek.

Sedangkan tanda-tanda muslim bisu antara lain (1) jarang berzikir, dan jarang pula bershalawat, (2) jarang mengucapkan terima kasih disertai doa terindah untuk pasangan hidup, orang tua, anak, dan siapa saja yang berbuat baik kepadanya. Ia diam atau mbidek (dalam bahasa Jawa), dan benar-benar persis orang bisu. Padahal, Nabi telah mengajarkan untuk pandai bersyukur dan berterima kasih (3) tidak membagikan ilmunya kepada orang lain. Ilmunya dimiliki sendiri dan dibawa ke kuburnya.

Adapun tanda muslim yang buta, antara lain (1) tidak menyempatkan waktu membaca buku-buku agama, sehingga ia hidup dalam kekeliruan, bahkan tak berorientasi akhirat dalam banyak kegiatannya, (2) tidak mau pula membaca aneka peristiwa di alam raya, sehingga dangkal imannya dan sempit wawasannya, (3) tidak bisa membedakan uang halal atau haram, uang milik negara atau milik pribadi. Semuanya sama saja disikat habis. Tidak bisa membedakan, apakah seseorang itu pasangannya yang sah atau bukan. Perselingkuhan telah dijadikan kebiasaan.

Mereka inilah yang digambarkan Allah dalam ayat yang lain,

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالإِنسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لاَّ يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لاَّ يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لاَّ يَسْمَعُونَ بِهَا أُوْلَئِكَ كَالأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُوْلَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

 “Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam dengan banyak jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai” (QS. Al A’raf [7]: 179)

            Nabi SAW mengajarkan doa, yang sebaiknya kita baca sungguh-sungguh ketika kita bersujud, atau kapan saja, agar kita tidak terserang penyakit B-3, yaitu,

اَللّٰهُمَّ اجْعَلْ فِي قَلْبِيْ نُوْرًا وَّفِي لِسَانِيْ نُوْرًا وَّاجْعَلْ فِي سَمْعِيْ نُوْرًا وَّاجْعَلْ فِي بَصَرِيْ نُوْرًا وَّاجْعَلْ مِنْ خَلْفِيْ نُوْرًا وَّمِنْ أَمَامِيْ نُوْرًا اَللّٰهُمَّ أَعْطِنِيْ نُوْرًا

Wahai Allah, berikanlah cahaya-Mu di hatiku, cahaya-Mu di lidahku, cahaya-Mu pada telingaku, cahaya-Mu pada mataku, cahaya-Mu di belakang dan depanku. Wahai Allah, berilah aku pancaran cahaya-Mu.”

Semoga Allah mengabulkan doa cahaya ini, sehingga hati, telinga, dan mata kita selalu terbuka, serta kita selamat dari predikat shummun, bukmun, dan umyun.

Sumber: (1) Hamka, Tafsir Al Azhar, juz 1, Pustaka Panjimas, Jakarta, 1985, p.143 (2) Qureish Shihab, M, Tafsir Al Misbah, Vol. 1, Penerbit Lentera Hati, Jakarta, 2012, p. 135, (3) Moh. Ali Aziz, Doa-Doa Keluarga Bahagia, Penerbit Kun Yaquta Foundation dan PT Duta Aksara Mulia, Surabaya, 2014, cet. III, p.33.