Berita

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (FISIP UINSA) terus berkomitmen untuk meningkatkan nilai kebermanfaatan perguruan tinggi melalui kegiatan tridharma. Komitmen ini antara lain diwujudkan melalui rangkaian kegiatan pengajaran (lecturer exchange), penelitian bersama (joint research), serta penandatanganan kerja sama Implementation of Arrangement (IoA) dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji (FISIP UMRAH) Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau pada 3 hingga 5 Juni 2024.

Rangkaian kegiatan ini merupakan implementasi dari Memorandum of Understanding (MoU) yang telah terjalin sebelumnya antara kedua fakultas. Kegiatan diawali dengan pengajaran (guest lecture) oleh dua dosen FISIP UINSA kepada para mahasiswa FISIP UMRAH. Muhammad Qobidl ‘Ainul Arif, S.I.P., M.A., CIQnR. dari Program Studi Hubungan Internasional FISIP UINSA memberikan kuliah dengan topik “Perspektif Islam dalam Studi Hubungan Internasional Kontemporer” sementara Dr. Amal Taufiq S.Pd., M.Si. dari Program Studi Sosiologi FISIP UINSA menyampaikan materi tentang “Asset Based Community Driven Development sebagai Metode dalam Community Engagement.” Perkuliahan dilaksanakan pada 4 Juni 2024 dari pagi hingga waktu dzuhur, diikuti oleh para mahasiswa dari Program Studi Sosiologi dan Ilmu Hubungan Internasional, serta didampingi dosen pengampu mata kuliah dan beberapa pejabat di lingkungan FISIP UMRAH.

Wakil Dekan I FISIP UMRAH, Dr. Nanik Rahmawati, S.Sos., M.Si., menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada FISIP UINSA atas terlaksananya kegiatan tersebut. Dr. Nanik berharap kerja sama dalam bentuk pengajaran, penelitian bersama, serta pengabdian kepada masyarakat (PKM) dapat memberikan manfaat bersama, meningkatkan kualitas tridharma, serta bermanfaat bagi masyarakat, khususnya warga Tanjungpinang di sekitar pesisir dan kawasan perbatasan.

Pada 5 Juni 2024, kegiatan dilanjutkan dengan riset pendahuluan dan observasi lapangan ke Pulau Penyengat. Observasi lapangan dilakukan oleh dua dosen FISIP UINSA, seorang dosen Program Studi Sosiologi FISIP UMRAH, serta tujuh mahasiswa. Selain mengamati dan merasakan langsung kehidupan masyarakat di Pulau Penyengat, para peneliti juga berkesempatan mewawancarai budayawan dan sejarawan Melayu, Raja Malik bin Raja Hamzah, yang merupakan Ketua Yayasan Melayu Indera Sakti Pulau Penyengat.

Dalam kunjungan tersebut, kedua lembaga memperdalam kerja sama yang telah disepakati. Program Studi Sosiologi FISIP UMRAH memusatkan perhatian pada kajian tentang suku laut di perairan Sumatera Timur Kepulauan Riau dan di Selat Malaka. Suku laut hidup dengan cara khas yaitu melakukan seluruh aktivitas di lautan, berpindah dari pulau ke pulau secara nomaden, dan hanya mengenal sampan sebagai rumah serta simbol persatuan.

Program Studi Hubungan Internasional menjajaki kemungkinan kerja sama lintas lembaga dengan menggandeng kedua universitas beserta Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) terkait isu Laut Cina Selatan (LCS). Selama ini, Kemenlu Republik Indonesia telah mempercayakan kajian mengenai LCS kepada Program Studi Hubungan Internasional FISIP UMRAH karena spesialisasi dan lokasi mereka yang dekat dengan topik tersebut. Sementara Program Studi Hubungan Internasional FISIP UINSA memiliki jalinan kerja sama erat dengan Pemerintah Tiongkok serta memiliki Pusat Kajian Indonesia Tiongkok (PUSKIT). Kolaborasi ini diharapkan dapat memperkuat kajian tentang LCS, sehingga hasil kajian lebih bermanfaat bagi masyarakat luas dan kepentingan negara.

Untuk memperjelas area kerja sama, Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP UMRAH dan Prodi Hubungan Internasional FISIP UINSA menandatangani naskah IoA. Area kerja sama yang disepakati dalam IoA ini meliputi bidang pengajaran, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, serta penulisan jurnal akademik.

Pelaksanaan kuliah tamu dan observasi riset ke Pulau Penyengat merupakan bentuk konkret dari kerja sama yang telah dijalin secara formal oleh kedua lembaga. Dari riset pendahuluan, terungkap bahwa belum ada peneliti yang secara serius mendalami pemikiran Raja Ali Haji tentang hubungan internasional atau politik internasional. Secara sosiologis, terungkap pula bahwa masyarakat Pulau Penyengat memiliki kekhasancollective consciousness dalam perspektif Gramsciandalam melakukan kritik sosial dan politik. Mereka lebih memilih perlawanan intelektual daripada fisik, karena adanya intelektual organik yang mampu menggerakkan.

Melalui serangkaian kegiatan pengajaran, penelitian, dan observasi yang dilakukan bersama UMRAH Tanjungpinang, FISIP UINSA telah menunjukkan komitmen nyata dalam memperkuat tridharma perguruan tinggi. Kolaborasi ini tidak hanya memperkaya wawasan akademik para mahasiswa dan dosen, tetapi juga membuka peluang untuk penelitian-penelitian yang relevan dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman. Dengan mengeksplorasi isu-isu kritis seperti kehidupan suku laut dan dinamika geopolitik di Laut Cina Selatan, kedua lembaga berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan yang aplikatif dan berdaya guna. Kerja sama ini membuktikan bahwa sinergi antar institusi pendidikan tinggi, dengan dukungan pemerintah dan masyarakat, berpeluang menghasilkan solusi inovatif dan berkelanjutan yang bermanfaat bagi bangsa. Semoga kedua lembaga dapat terus bersinergi dalam mengembangkan tridharma perguruan tinggi yang lebih dirasakan masyarakat luas. (MQ/WD)