Berita

Dalam upaya untuk memajukan praktik pengelolaan zakat secara global, Program Studi Manajemen Zakat dan Wakaf Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) di Surabaya, Indonesia, menggelar seminar internasional dengan tema “Best Practice Penerapan Zakat di Indonesia dan Malaysia.” Acara yang diadakan pada 21 Mei 2024 ini menghadirkan dua narasumber terkemuka: Muhammad Zakki, Wakil Ketua II BAZNAS Provinsi Jawa Timur, dan Rafisah Mat Radzi, Dosen Universiti Sains Malaysia (USM).

Seminar ini bertujuan untuk membagikan praktik terbaik dalam penerapan zakat di kedua negara, mengidentifikasi tantangan, serta mengeksplorasi solusi inovatif dalam pengelolaan zakat. Diikuti oleh lebih dari 150 peserta dari berbagai latar belakang, termasuk akademisi, praktisi zakat, dan mahasiswa dari berbagai negara, acara ini menjadi platform penting untuk pertukaran pengetahuan dan pengalaman di bidang zakat.

Muhammad Zakki membuka sesi dengan membahas praktik terbaik dalam pengelolaan zakat di Indonesia. Zakki menguraikan strategi-strategi yang diterapkan oleh BAZNAS Provinsi Jawa Timur untuk meningkatkan efektivitas pengumpulan dan distribusi zakat. “Kami telah menerapkan sistem manajemen berbasis teknologi yang memungkinkan kami untuk memantau dan melaporkan pengumpulan zakat secara transparan. Ini tidak hanya meningkatkan kepercayaan masyarakat tetapi juga memungkinkan kami untuk merespons kebutuhan penerima zakat dengan lebih tepat,” jelas Zakki.

Zakki juga menyoroti pentingnya pendekatan berbasis data dalam merancang program-program zakat. “Dengan menggunakan data analitik, kami dapat mengidentifikasi tren dan kebutuhan masyarakat yang berubah, sehingga program-program kami bisa lebih relevan dan berdampak,” tambahnya. Ia juga menjelaskan upaya BAZNAS dalam meningkatkan literasi zakat di kalangan masyarakat melalui kampanye edukasi dan pelatihan.

Sesi selanjutnya menghadirkan Rafisah Mat Radzi, yang berbicara mengenai best practice dalam penerapan zakat di Malaysia. Rafisah memaparkan berbagai inisiatif yang dilakukan oleh lembaga zakat di Malaysia, termasuk pendekatan berbasis komunitas dan pemanfaatan teknologi dalam pengelolaan zakat. “Di Malaysia, kami fokus pada pemberdayaan komunitas lokal melalui program zakat yang melibatkan masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan. Pendekatan ini membantu memastikan bahwa zakat didistribusikan dengan cara yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka,” ujar Rafisah.

Rafisah juga menguraikan metode fundraising zakat yang sukses di Malaysia. “Kami menggunakan berbagai platform digital untuk memfasilitasi donasi zakat, termasuk aplikasi mobile dan situs web yang memungkinkan masyarakat untuk melakukan kontribusi dengan mudah dan cepat. Selain itu, kami melibatkan sektor korporasi melalui program corporate social responsibility (CSR) yang mendukung pengumpulan zakat,” katanya.

Selain itu, Rafisah menambahkan bahwa di Malaysia, kerajaan-kerajaan negeri memiliki peran signifikan dalam pengelolaan zakat. “Di bawah struktur sistem pemerintahan Malaysia, setiap kerajaan negeri memiliki lembaga zakat mereka sendiri yang mengelola dan mendistribusikan zakat. Kerajaan-kerajaan ini berperan penting dalam memastikan bahwa zakat dikumpulkan dan disalurkan sesuai dengan kebutuhan lokal,” jelas Rafisah. Ia menjelaskan bahwa sistem ini memungkinkan fleksibilitas dan penyesuaian terhadap kebutuhan khusus setiap wilayah, serta meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan zakat.

Dalam praktiknya, kerajaan-kerajaan negeri seperti Selangor dan Johor telah menerapkan inisiatif inovatif, termasuk program-program zakat berbasis komunitas dan kemitraan dengan sektor swasta untuk meningkatkan efektivitas pengumpulan dan distribusi zakat. “Misalnya, beberapa kerajaan negeri telah meluncurkan inisiatif ‘Zakat Corporate Challenge’ yang melibatkan perusahaan-perusahaan lokal dalam pengumpulan zakat melalui kompetisi dan kolaborasi, yang efektif dalam meningkatkan kesadaran dan partisipasi zakat di kalangan sektor bisnis,” tambah Rafisah.

Selama sesi diskusi panel, peserta seminar berkesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan berbagi pengalaman terkait tantangan dan solusi dalam pengelolaan zakat di negara mereka masing-masing. Diskusi ini menghasilkan ide-ide baru tentang bagaimana praktik-praktik terbaik dari Indonesia dan Malaysia dapat diadaptasi dan diterapkan di negara lain untuk meningkatkan efektivitas zakat secara global.

Acara seminar ini ditutup dengan penyerahan sertifikat kepada peserta dan rencana tindak lanjut berupa kolaborasi antara Prodi Manajemen Zakat Wakaf dengan lembaga zakat internasional untuk terus berbagi praktik terbaik dan memperkuat jaringan profesional di bidang zakat. Melalui seminar ini, diharapkan akan tercipta sinergi yang positif dan inovatif dalam pengelolaan zakat di berbagai belahan dunia.

Dengan pelaksanaan acara ini, Prodi Manajemen Zakat dan Wakaf menegaskan komitmennya untuk berperan aktif dalam meningkatkan kualitas dan dampak pengelolaan zakat global, serta memfasilitasi pertukaran pengetahuan yang bermanfaat bagi masyarakat di seluruh dunia.