Phatthalung, 15 Juli 2025 — Tim student mobility FSH UINSA mengawali pengalaman mengajar perdana mereka di Bamrung Islam School, sebuah sekolah Islam yang terletak di Provinsi Phatthalung, Thailand Selatan. Sekolah ini berada di kawasan strategis, sekitar 80 Kilometer dari Hat Yai, dengan akses mudah melalui jalur bypass yang menghubungkan berbagai daerah di provinsi tersebut.
Pada Rabu pagi, 9 Juli 2025, pukul 09.00 waktu setempat, tiga peserta delegasi UINSA yakni Nur Cholilah, Garnetta Liya Widyanti, dan Rani Sufanah dijemput dari Yayasan Waqaf Al Hidayah di Hat Yai oleh Ustadz Arifin, Kepala Sekolah Bamrung Islam School, bersama Ustadz Sulaiman yang bisa berbahasa Melayu. Mereka kemudian melanjutkan perjalanan menggunakan van sekolah menuju Bamrung Islam School, yang memakan waktu sekitar 1 jam 20 menit melewati rute bypass.
Bamrung Islam School memiliki jumlah siswa-siswi sekitar 150 peserta didik yang berasal dari jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Sekolah ini menerapkan sistem pemisahan kelas antara putra dan putri, kecuali untuk kelas 12 SMA yang digabung. Selain fokus pada akademik dan pembelajaran agama, siswa dan siswi di Bamrung Islam School sangat antusias dalam kegiatan olahraga, khususnya voli dan sepak bola, yang menjadi aktivitas favorit mereka setelah jam pelajaran selesai.
Setibanya di asrama putri Bamrung Islam School, para peserta student mobility beristirahat sejenak di kamar yang telah disiapkan. Selanjutnya, mereka diajak berkeliling sekolah oleh para guru setempat untuk mengenal lingkungan dan fasilitas pendidikan yang ada. Minggu pertama ini dimanfaatkan untuk memperkenalkan diri kepada siswa dengan menggunakan bahasa Inggris dan bahasa Arab sebagai media komunikasi utama.
Dalam program pengajaran, Garnetta Liya dan Rani Sufanah bertugas mengajar bahasa Inggris, sementara Nur Cholilah mengampu pelajaran bahasa Arab. Ustadzah Salamah, pengurus asrama putri sekaligus guru bahasa Inggris di Bamrung Islam School, memberikan arahan khusus untuk meningkatkan kemampuan berbicara (speaking) siswa dan siswi. Menyambut tantangan tersebut, Garnetta dan Rani menyiapkan materi pembelajaran berbasis presentasi PowerPoint 2 bahasa (Inggris dan Thai) yang dikemas dalam berbagai bentuk permainan edukatif bertajuk “English Learning Activities” guna menciptakan suasana belajar yang interaktif dan menyenangkan.
Salah satu permainan edukatif yang menarik perhatian adalah tongue twister, di mana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk membaca kalimat sulit dengan pelafalan yang benar. Tantangannya, peserta terakhir dalam kelompok harus mampu mengucapkannya tanpa kesalahan, sehingga melatih ketepatan dan keberanian berbicara.
Selain itu, ada permainan speaking cards yang dikombinasikan dengan Simon says. Dalam permainan ini, siswa harus menyebutkan warna dari sebuah kata, bukan kata itu sendiri. Peserta yang kalah dalam permainan harus menjawab pertanyaan dari speaking cards, sehingga sekaligus melatih kemampuan berbicara secara spontan. Tidak hanya itu, siswa juga diajak mengenal budaya Indonesia melalui latihan membaca dan berbicara dengan materi tentang budaya Indonesia, yang sekaligus memperkaya wawasan mereka.
Kegiatan pengajaran selama minggu pertama ini berjalan lancar dan mendapat sambutan positif dari para siswa. Harapannya, pengalaman ini dapat mempererat kerja sama antar lembaga pendidikan serta meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa asing di Bamrung Islam School.
lampiran foto:

(Foto bersama dengan para guru di Bamrung Islam School)


(Foto pembelajaran bahasa Inggris bersama siswa kelas menengah pertama)