Column
Oleh: Prof. Dr. Wiwik Setiyani, M.Ag.
Wakil Rektor Bidang AUPK UINSA Surabaya

Indonesia memiliki beragam agama dan keyakinan. Sebagaimana telah diakui di Negara kita, terdapat enam (6) agama di Indonesia yakni: Hindu, Budha, Kristen, Islam, Katolik dan Khonghucu. Keragaman agama tersebut menggambarkan masyarakat yang multikultur. Masing-masing agama memilki cirikhas ketika, bertemu dalam satu forum atau mengawali komunikasi dengan orang lain yang menganut agama berbeda.

Berikut beberapa ucapan salam yang digunakan oleh masing-masing agama;

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.

            Ucapan tersebut selalu disampaikan di forum terbuka, dan peserta yang hadir dari berbagai penganut agama. Pejabat negara mulai Presiden hingga bupati atau tokoh masyarakat sering menggunakan salam tersebut. Ada apa dengan salam toleransi? Yukk kita cek.

Kata salam dalam bentuk ucapan adalah berupa kata atau frasa yang bersifat ritual. Kata ini digunakan untuk memperkenalkan diri atau menyapa orang lain. Bentuk ucapan salam sangat beragam, seperti saat baru bertemu; “hallo, Hai dan yang agak kasar ‘he’. Kata salam memiliki implikasi menunjukkan keluhuran akhlak seseorang. Dalam Bahasa Jawa memiliki unggah ungguh atau budi pekerti yang baik. Bahkan, bentuk perhatian secara khusus kepada penganut agama lain.

Mengapa perlu ucapan salam ketika bertemu dalam satu forum dengan penganut agama lain. Ini adalah bentuk penghormatan atau apresiasi atas kehadiran seseorang diawali dengan salam. Sapaan salam telah mentradisi pada masyarakat Indonesia, yang disampaikan para pejabat negara di berbagai pertemuan. Masyarakat merasakan kehangatan dari pimpinan tertinggi yang membuat suasana semakin menyejukkan.

Toleransi sebuah kata yang sering diungkapkan tapi bagaimana mengimplementasikan dalam kehidupan. Kata toleransi memiliki arti sikap saling menghormati, menghargai dan menerima perbedaan antara individu dan kelompok. Hal ini berkaitan dengan keyakinan atau pendapat seseorang. Tujuan dari toleransi adalah pertama, menciptakan kerukunan sosial. Kedua, meningkatkan pemahaman antara individu dan kelompok. Ketiga, mendorong dialog dan komunikasi yang konstruktif. Keempat, membangun keadilan dan kesetaraan. Kelima, menciptakan lingkungan yang inklusif.

Ucapan salam yang disampaikan seseorang dengan beragam kata sesuai dengan Bahasa masing-masing agama menunjukkan bahwa, pimpinan memiliki cara untuk menciptakan lingkungan yang inklusif. Disana menerima perbedaan sebagai sebuah keragaman. Islam hadir dengan mengajarkan Rahmatan lil ‘alamin sebagaimana Fethulen Ghulen menjelaskan love and tolerance.

Salam tidak hanya bermakna sapaan atau sambutan singkat yang ditujukan kepada penganut agama lain. Tetapi, bentuk toleransi untuk menghormati, mengapresiasi, dan menerima keberadaan yang lain khususnya dalam forum-forum resmi keagamaan. Salam adalah do’a yang mengandung harapan, yakni mengharapkan semua makhluk agar, senantiasa diberikan keselamatan dan kesejahteraan.

Ucapan salam yang berdimensi do’a khusus agama lain oleh umat Islam merupakan bentuk ibadah ghairu mahdhah. Ghairu mahdhah banyak bentuknya, misalnya; menolong sesama, memberi yang membutuhkan, menuntut ilmu, bertegur sapa dan seterusnya yang mendatangkan kebaikan bagi sesama tanpa mendiskreditkan suku, etnis, warna kulit, dan agamanya. Jadi, salam lintas agama adalah salah satu bentuk ibadah dalam membahagiakan orang lain.

Dalam ajaran Islam Ibadah tidak hanya terbatas pada sholat lima kali sehari (sujud dan ruku’) atau ritual-ritual khusus lainnya. Ibadah juga tidak hanya soal hubungan interpersonal manusia dengan Allah SWT (Madhah khassah), tetapi diperlukan ibadah sosial. Hubungan antar manusia  yang melahirkan kesalehan individu dan sosial. Karena itu, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik, sebagaimana alquran surat al Baqaroh:195

Salam lintas agama adalah bentuk terkecil dari implementasi toleransi. Apalagi dalam ruang lingkup resmi yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah, universitas, dan lembaga-lembaga publik lintas agama. Mendo’akan sesama makhluk  mendatangkan kerukunan sosial. Menciptakan lingkungan yang inklusif, menerima perbedaan agama dan kekayaan keragaman bangsa Indonesia.

Beberapa kampus PTKIN memiliki program studi khusus dalam berbagai bidang seperti: agama dan lintas budaya, teologi dan studi agama-agama. Bidang keilmuan tersebut terdapat bermacam-macam agama dan kepercayaan diantaranya; Hinduisme, Budhisme, Katolik, Islam, Khonghucu. Aliran kepercayaan seperti; Kejawen, sunda wiwitan, dharmo gandul, kaharingan dan masih banyak lagi. Ragam agama dan kepercayaan tersebut diajarkan di program studi agama-agama.

Mengenal agama lain menumbuhkan rasa empati untuk saling memahami individu dan kelompok penganut agama. Berbagai bentuk ucapan salam dari masing-masing agama menjadi perekat antar umat beragama. Berikut pandangan mahasiswa studi agama-agama (SAA) semester 4 (empat) tentang salam toleransi:

Salam toleransi itu dianjurkan untuk diucapkan diawal acara tetapi, ketika didalam acara tersebut terdapat beragam orang beragama yang berbeda-beda, jadi salam toleransi itu dianjurkan supaya agama lain juga merasa dihargai. Misalnya disuatu acara terdapat beragam orang beragama yang berbeda tetapi yang diucapkan salam hanya salam agama islam saja maka orang yg selaian beragama islam berada disitu akan merasa tersinggung karna yang diucapkan hanya salam agama islam saja padahal disitu terdapat banyak orang yang beragama selain agama islam. (leliya eka kuriniati)

Menurut saya penyampaian salam toleransi ini sangat penting dalam menebarkan kedamaian antar umat beragama di indonesia. sesuai dengan pancasila sila pertama, maka tidak ada hak untuk kita membuat umat yang agamanya minoritas merasa tidak dianggap dengan hanya mengucap “assalamualaikum”, mengingat mayoritas di indonesia umat muslim. jadi menurut saya adanya “moderasi beragama” yang semakin berkembang di indonesia bagian dari bentuk komitmen untuk hidup rukun bersama. menurut saya ini bukan upaya mencampuradukkan ajaran agama, tetapi secara sosiolologis, salam lintas agama perkuat kerukunan dan toleransi (Addina Safira Nurillah).

Salam lintas agama tersebut yaitu munculnya sebuah sikap atau praktik yang baik dalam upaya menjaga sebuah kerukunan umat beragama di Indonesia khususnya, yang mana terdiri dari enam agama resmi, yaitu islam, Kristen, Katolik, hindhu, budha dan Konghucu. Dengan demikian, salam lintas agama mencerminkan keberagaman dan toleransi atau pluralisme antar umat beragama di negara ini. Namun di garis bawahi bahwa salam lintas agama tidak berarti menggantikan sebuah keyakinan pribadi atau harus diucapkan dengan cara yang tidak mengandung kalimat atau makna yang diharamkan. (Alifah Murobiyatul Fatah)

Salam lintas agama atau salam toleransi perlu disampaikan di awal pertemuan pada acara-acara tertentu, seperti seminar nasional atau upacara kemerdekaan, untuk mencerminkan dan menghormati keberagaman yang ada di Indonesia. Negara ini dikenal dengan keragaman agama, suku, dan budaya, dan dengan menyampaikan salam lintas agama, panitia acara menunjukkan pengakuan dan penghargaan terhadap keberagaman tersebut. Hal ini juga membantu menciptakan suasana yang inklusif dan ramah bagi semua peserta, tanpa memandang latar belakang agama mereka, sehingga setiap individu merasa dihargai dan diterima. Selain itu, salam lintas agama menumbuhkan nilai-nilai toleransi dan saling menghormati di antara berbagai kelompok agama, yang sangat penting untuk memajukan kerukunan antarumat beragama. Dalam konteks acara nasional, salam lintas agama juga memperkuat rasa kebersamaan dan solidaritas antar peserta, mengingatkan bahwa meskipun berbeda, kita tetap menjadi bagian dari satu bangsa. Dengan demikian, menyampaikan salam lintas agama di awal pertemuan mendukung persatuan, kerukunan, dan kedamaian.( Haena Mawardah Emha)

Respon mahasiswa tentang salam toleransi menjelaskan bahwa, pemahaman agama lain harus dilihat dari agamanya, bukan agama kita. Dalam perjumpaan-perjumpaan resmi antara mahasiswa dan dosen, yang berasal dari berbagai macam latar belakang keyakinan yang berbeda, salam lintas agama menjadi pengingat sekaligus merekatkan tali silaturahmi dan toleransi untuk mitigasi konflik sosial.

Dalam kaidah ke-indonesiaan, salam menjadi bagian penting untuk berikhtiar membangun harmoni dan kerukunan antar umat bergama. Dan (pemimpin) agama dapat menjadi jembatan yang mengakomodasi perjumpaan tersebut secara positif, bukan melahirkan kegaduhan-kegaduhan yang tidak berarti. Negara, telah menjamin kerukunan dan harmoni umat bergama, dan setiap pemimpin lembaga publik memiliki kewajiban yang sama.