Column
Oleh : Syarif Thayib, Dosen UINSA, Ketua Umum Yayasan Masjid Peneleh Surabaya

Hampir bisa dipastikan rumah tinggal dosen UINSA dekat dengan masjid. Bahkan tidak sedikit yang tembok rumahnya berdempetan dengan tembok masjid. Maka mudah bagi siapapun mencari alamat rumah dosen UINSA; bertanyalah pada jemaah yang sedang berada di masjid.

Selain karena mayoritas dosen UINSA adalah pegiat masjid, kebanyakan dari mereka juga problem solver, jujugan Curhat Masyarakat, dan creative solutionist: bagaimana menemukan solusi kreatif meledakkan atau melipatgandakan jumlah jemaah shalat di masjid ?

Tips memakmurkan masjid dalam tulisan ini murni hasil bincang/ sharing dengan pengurus masjid yang penulis kunjungi sepanjang perjalanan mudik ke Cirebon beberapa waktu lalu. Berangkat melewati jalur selatan (Solo Jogja), kembali ke Surabaya lewat pantai utara (Semarang Tuban), dan lain-lain.

Setidaknya ada lima hal yang harus diperhatikan untuk melipatgandakan jumlah jemaah shalat di Masjid.

Pertama, SDM yang terlibat dalam manajemen masjid harus ber-mindset pelayan rumah Tuhan. Tugasnya membantu “Tuan”nya melayani setiap tamu. Mua’dzin atau juru adzan ibarat front office, garda terdepan mengundang jemaah shalat. Suaranya harus lantang dan enak didengar. Imam juga benar-benar yang terpilih. Suaranya keras, bacaannya benar dan merdu, se-akan menjadi pemandu kita berbincang dengan Tuhan.

Marbot, security, atau siapapun pengabdi masjid harus berusaha praktek 3S (Senyum Salam Sapa) kepada jemaah yang ke masjid, termasuk kepada mereka yang sekedar numpang ke kamar mandi masjid, tidak ngisi kotak infak, tidak shalat, dan seterusnya.

Kedua, fasilitas masjid harus memberikan kenyamanan jemaah. Tidak hanya ketika mereka sedang shalat yang tempat sujudnya harus bersih dan harum, tetapi tempat wudlu, kamar mandi, dan semua ruas masjid terjaga kebersihan, aroma, dan estetikanya. Tidak harus bagus atau baru.

Mutlak di setiap masjid Surabaya terpasang AC dan CCTV, juga tersedia kulkas atau dispenser untuk penghilang dahaga dan penghangat tubuh. Lampu masjid baiknya terang benderang sepanjang malam, supaya jemaah nyaman dan aman. Full WiFi, tersedia stop kontak dan charger HP. Jangan sekali-kali melarang jemaah rebahan di Masjid. Justru masjid selayaknya menyediakan “zona” khusus untuk istirahat/ tidur jemaah, apalagi untuk musafir dan seterusnya.

Ketiga, masjid harus memiliki peta dakwah (profil umat) untuk mengetahui berapa jumlah rumah berpenghuni muslim di sekitar. Berapa jumlah warga muslim Lansia, dewasa, remaja, dan anak-anak yang sudah aktif shalat berjamaah di masjid, yang rajin shalat tapi di rumah, shalatnya bolong-bolong, belum shalat sama sekali karena belum bisa praktek shalat, dan/ atau karena malas shalat dst.

Ini penting, untuk menetapkan strategi persuasif gerakan shalat berjamaah di masjid. Jangan sampai ada umat Islam sekitar yang minder shalat berjamaah ke masjid karena tidak paham praktek shalat atau karena merasa tidak pandai bersosialisasi. Tim imam masjid, atau guru ngaji, atau tim mu’adzin bersama takmir bertugas seperti sales-marketing masjid.

Keempat, inovasi kegiatan sosial, ekonomi, dan lain-lain. Masjid harus menjadi pusat kegiatan masyarakat hablun minannas, selain sebagai tempat ibadah hablun minallah. Masjid bisa menginisiasi kegiatan bakti sosial, penyuluhan kesehatan, tempat pembelajaran ekonomi dan teknologi para pelajar, mahasiswa, dan umum, sehingga masjid berperan sebagai madrasah dan kampus semua warga.

Kelima, apresiasi atau memberi penghargaan kepada jemaah. Takmir masjid memelopori dakwah “tangan di atas lebih terhormat dari tangan di bawah”. Jangan ragu untuk memberi apresiasi kepada jemaah belia dan remaja dengan makanan, minuman, atau uang jajan jika mereka shalat di masjid berjamaah Maghrib, Isya, dan Shubuh beruntun dalam sehari.

Jika perlu, buatlah semisal hadiah khusus bagi yang berjamaah di masjid lima waktu dalam 40 hari beruntun tanpa udzur: Tiket umroh, tiket pesawat PP Surabaya – Jakarta, atau menginap di hotel berbintang semalam dengan pasangannya, dan seterusnya.

Jangan ragukan Allah SWT sebagai tuan rumah semua masjid. Dholim, jika abdi masjid takut kehabisan uang kas masjid karena ikhtiar “memanjakan” jemaah masjid yang notabene adalah tamu-tamu An-Nashir, Yang Maha Menolong.

“Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad: 7)

Maka ikuti saja tradisi masjid-masjid yang membagi nasi kotak Jum’at berkah, juga sarapan gratis setiap selesai kuliah shubuh, dan lain-lain. Kita harus adaptif dengan era kompetitif fastabiqul khairat zaman now. Masjid yang sering memberi makanan – minuman enak, atau hadiah akan dikerumuni jemaah.

Soal hidayah niat lillahi ta’ala jemaah, serahkan saja kepada Allah SWT. Hanya Dia yang berhak menilai dan Maha Memberi Hidayah. Kelak, anak-anak dan jemaah yang suka berebut/antri Jum’at berkah, shubuh berkah di Masjid akan menjadi saksi, bahwa kita pernah berjibaku melayani mereka sebagai tamu-tamu Allah SWT di masjid, aw fi baitillah.
Wallahu a’lam bis-shawab.