Column UINSA

MEWASPADAI MYCOPLASMA PNEUMONIA
Oleh: Dr. dr. Siti Nur Asiyah, M.Ag.
Kepala Klinik Pratama UINSA Surabaya

Beberapa waktu terakhir ini, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, menghimbau kepada fasilitas kesehatan dan seluruh masyarakat untuk mewaspadai berbagai penyakit, terkait dengan peningkatan kasus di berbagai negara. Diantara penyakit yang perlu diwaspadai adalah covid-19 dan mycoplasma pneumonia. Perlu diketahui bahwa Mycoplasma pneumoniae bukan jenis bakteri baru. Bakteri ini merupakan kuman yang paling sering menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan, terutama sebelum pandemi COVID-19.

Mycoplasma pneumonia adalah infeksi bakteri pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri Mycoplasma pneumoniae. Mycoplasma pneumonia kadang dianggap sebagai infeksi yang agak ringan, dan memerlukan waktu yang lama untuk menyebar, sehingga  disebut juga dengan walking pneumonia. Namun demikian, gejala penyakit ini dapat berlangsung lama dan dapat berlanjut pada pneumonia berat jika radang paru-paru tidak segera diobati dengan benar dan cepat.
Mycoplasma pneumoniae bisa menginfeksi siapa saja, tetapi lebih sering menyerang orang yang:

  • Berusia antara 5–40 tahun
  • Merokok
  • Menderita penyakit kronis pada saluran pernapasan, seperti asma, cystic fibrosis, kanker, atau penyakit paru obstruksi kronik
  • Mengonsumsi obat penekan sistem kekebalan tubuh (imunosupresan) dalam jangka panjang, misalnya karena penyakit autoimun atau menerima transplantasi organ
  • Tinggal dalam area yang padat dan terbatas, seperti asrama, sekolah, perguruan tinggi dan lain-lain.

Gejala infeksi Mycoplasma pneumoniae biasanya ringan, berbeda dengan gejala pneumonia pada umumnya, sehingga disebut juga dengan atypical pneumonia. Meski demikian, gejalanya dapat berlangsung dalam hitungan minggu atau bulan. Mycoplasma pneumoniae bisa menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan atas maupun saluran pernapasan bawah dengan gejala berupa:

  • Sakit tenggorokan
  • Lelah atau lemas
  • Demam ringan
  • Batuk-batuk, dimulai dari batuk kering yang dapat berkembang menjadi batuk berdahak kuning kehijauan
  • Nyeri dada karena batuk yang sulit berhenti
  • Sakit kepala

Sedangkan pada anak usia di bawah 5 tahun, penyakit infeksi Mycoplasma pneumoniae dapat menyebabkan sejumlah gejala berikut ini:

  • Pilek atau hidung tersumbat
  • Mata berair
  • Sakit tenggorokan
  • Bersin-bersin
  • Mengi atau bengek
  • Muntah-muntah
  • Diare

Jika gejala ringan, tidak perlu perawatan khusus, namun dapat dilakukan beberapa hal untuk memperbaiki gejala, diantaranya:

  • Memperbanyak minum air putih untuk mengencerkan dahak di tenggorokan agar mudah dikeluarkan.
  • Konsumsi obat pereda demam dan nyeri.
  • Hindari polusi udara.
  • Istirahat cukup.

Umumnya, infeksi Mycoplasma pneumoniae dapat sembuh dengan sendirinya dengan perawatan mandiri di rumah. Namun, apabila gejalanya berat, pasien perlu mendapatkan penanganan dokter, baik dengan rawat jalan maupun rawat inap, sesuai kondisi masing-masing pasien.

Penyakit ini dapat menular melalui droplets (percikan dahak) saat penderitanya batuk atau bersin. Untuk itu,perlu dilakukan upaya pencegahan sebagai berikut:

  • Mencuci tangan dengan air dan sabun atau menggunakan hand sanitizer yang mengandung alkohol jika tidak ada air dan sabun.
  • Menggunakan masker, terutama saat batuk pilek.
  • Menghindari kontak atau berdekatan dengan orang yang sedang sakit, terutama yang menunjukkan gejala flu.
  • Menjaga daya tahan tubuh dengan mengonsumsi makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup.
  • Membersihkan secara rutin mainan atau barang-barang yang sering dipakai anak.

Bagi penderita infeksi Mycoplasma pneumonia, langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mencegah penularan penyakit ini kepada orang lain adalah:

  • Menerapkan etika batuk dan bersin yang benar, yaitu dengan menutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin, kemudian membuang tisu ke tempat sampah.
  • Membatasi keluar rumah jika sedang mengalami gejala flu, seperti batuk, pilek, atau bersin-bersin.
  • Memakai masker dan menerapkan etika batuk bersin apabila perlu keluar rumah.
  • Mencuci tangan secara rutin.
  • Mengkonsultasikan keluhan kepada dokter dan minum obat yang dianjurkan sesuai dengan aturan pakai.

Kewaspadaan terhadap penyakit ini perlu dilakukan secara bersama-sama untuk menghindari terjadinya lonjakan kasus, serta meningkat derajat kesehatan bersama.

Daftar pustaka

  1. Bharat Bajantri, Sindhaghatta Venkatram , Gilda Diaz-Fuentes , Mycoplasma pneumoniae: Infeksi yang Berpotensi Parah, Jurnal Penelitian Kedokteran Klinis, Vol.10, No. 7, Juli 2018, 535-544
  2. Dewi Wijaya1 , Diah Handayani1 , Cahyarini , Feni Fitriani Taufik, Pneumonia Atipik Akibat Mycoplasma Pneumoniae. J Respir Indo Vol. 35 No. 2 April 2015, 124-134
  3. Lin Tong, Shumin Huang, Chen Zheng, Yuanyuan Zhang and Zhimin Chen, Refractory Mycoplasma pneumoniae Pneumonia in Children: Early Recognition and Management, J. Clin. Med, Vol.11, No. 2824, 2022,1-13
  4. Peng Wen, Min Wei, Xue Guo1 and Yu-Rong Xu1, Mycoplasma pneumoniae infection mimicking tuberculous pleurisy in a young woman: a case report and literature review, Journal of International Medical Research, Vol.48, No. 4, 2020, 1–9