Column UINSA

MERAYAKAN TAHUN ‘UNGGUL’;

Refleksi Perjalanan FISIP 2023 (1)

 

Oleh:

Prof. Abdul Chalik

Dekan FISIP UIN Sunan Ampel Surabaya

Hari itu Kamis, 11 Mei 2023 jam 10.00 pagi saya dan teman-teman sedang menerima kunjungan tim dari Indikator Indonesia Jakarta untuk penandatangan MoA. Saat memulai memberikan pengantar, tiba-tiba pesan singkat Whatsapp berbunyi. “Selamat Prodi Sosiologi Unggul”, begitu isi pesan dari Mas Lubab LPM UIN Sunan Ampel Surabaya. Konsentrasi saya pecah antara memberikan pengantar dengan suasana batin yang sedang berkecamuk karena kegirangan. Pesan tersebut langsung saya forward ke Wadek-1 Dr. Iva Yulianti, M.Si yang berada di ruangannya. Sontak dia berteriak, ‘terima kasih pak Dekan, Unggul, Unggul’, begitu suara riuh menyelimuti ruang rapat yang sedang ada acara. “Kalau saja di ruangan ini perempuan semua langsung saya peluk”. Itu ekspresi spontan Wadek-1 menerima pesan yang penuh kegirangan.

Sangat masuk akal mengapa suasana batin begitu emosional saat menerima informasi tersebut. Perjalanan Prodi Sosiologi menuju tahapan ini tidak mudah dan penuh liku. Tahun 2021 saat pandemi, Sosiologi menerima surat ‘cinta” begitu kata teman-taman yang isinya ‘hukuman’ dari BAN-PT melalui apa yang disebut PEPA. Hukuman tersebut sebagai akibat dari ketidaksingkronan beberapa data di PD-Dikti dan ketidaktertiban laporan sehingga berakibat pada perintah untuk membuat laporan perkembangan.

Sosiologi merupakan Prodi pertama di UINSA yang menerima hukuman PEPA. Dalam waktu dua bulan, tim UPPS yang dipimpin Dekan waktu itu Prof. Akh. Muzakki menyiapkan segala sesuatu untuk memenuhi tagihan yang dituangkan dalam IPEPA. Tidak mudah untuk melalui waktu yang hanya 60 hari untuk menyelesaikan semua tagihan. Tiap hari tanpa bekerja dan menyelesaikan IPEPA. Semua tidak mudah karena bersamaan dengan pandemi yang berada di puncak. Perjalanan dan pengalaman penyusunan IPEPA dituangkan dalam bentuk buku, ‘Jangan Takut PEPA’ yang terbit beberapa bulan sesudahnya.

Hanya berlangsung dua bulanan setelah submit IPEPA, BAN-PT mengeluarkan SK yang menyatakan Sosiologi lolos dan tetap terakreditasi ‘A’. Dengan lolosnya Sosiologi, UPPS secara cepat menyiapkan tim konversi dari ‘A’ ke Unggul dengan mengisi ISK (Instrumen Suplemen Konversi). Meski tidak seberat isian IPEPA, mengisi ISK memerlukan waktu, ketelitian dan tenaga-fikiran ekstra. Akhir 2022 proses submit ISK ke BAN-PT. Tujuh bulan kemudian ada kabar apabila Sosiologi sukses konversi dari ‘A’ ke Unggul.

Cerita kebahagiaan Unggul tidak berhenti pada Sosiologi. Pada tanggal 24 Oktober 2024 Prodi Ilmu Politik juga menerima kenaikan peringkat dari ‘B’ ke Unggul. Ceritanya hampir sama dengan Sosiologi. Saya menerima kabar Unggul di saat sibuk menerima tamu Komisoner Bawaslu RI yang akan memberikan acara seminar BEM FISIP. Tepat jam 13.00 tiba-tiba pesan singkat melalui aplikasi Whatsapp masuk. Kling. Juga dari orang yang sama, Mas Lubab. “Selamat Prodi Ilmu Politik Unggul”, begitu pesan singkat tanpa ada kata-kata lain. Sontak suasana lantai satu ramai. Tim menejemen berpelukan. Wadek 1, 2 dan 3 tidak hentinya mengucapkan syukur. Bu Kabag dan tim teknis berpelukan, tidak terkecuali tim Prodi. Air mata mereka muntah seketika. Penuh haru kebahagiaan.

Bagi Prodi Ilmu Politik meraih Unggul adalah kejutan. Ya kejutan. Perlu waktu 8 bulan dari waktu AL (Asesmen Lapangan) menuju keputusan akhir dewan eksekutif BAN-PT. AL dilakukan pada 11 Maret 2023. Satu bulan berikutnya atau tepatnya pada April 2023, atau tiga minggu setelah submit diminta untuk merevisi beberapa poin tagihan dalam 9 kriteria. Pada Juli 2023, tagihan tersebut disubmit ulang ke BAN-PT. Pada masa-masa tersebut suasana batin UPPS terus berkecamuk. Beragam spekulasi muncul, antara balik ke B atau A atau sekaligus Unggul.

Beda dengan Sosiologi. Ilmu Politik merupakan Prodi yang baru lahir, belum genap 10 tahun. Ia lahir bersamaan dengan konversi IAIN ke UIN tahun 2014. Masih muda sekali. Prodi yang sama-sama lahir bersamaan dengan Ilmu Politik belum ada yang Unggul. Bahkan beberapa Prodi yang usianya lebih tua dan berada di bawah naungan Kemendikbud juga tidak ada yang Unggul. Maka ketika Ilmu Politik Unggul merupakan prestasi luar biasa dan sulit untuk dipercaya. Unbelieveable!

Prestasi Unggul merupakan peringkat tertinggi. Menurut Perban-PT No. 1 tahun 2020 terdapat tiga peringkat akreditasi yakni Baik, Baik Sekali dan Unggul. Titik tekan penilaian didasarkan pada proses dan outcome dengan 9 kriteria atau dikenal dengan penilaian 4.0. Kriteria tersebut sekaligus merubah pola penilaian sebelumnya yang berbasis pada input dan out put yang menggunakan 7 kriteria atau penilaian 3.0. Bagi Prodi untuk mencapai peringkat Unggul harus memenuhi semua kriteria yang ditetapkan sehingga mencapai akumulasi nilai minimal 361 untuk dapat menuju peringkat Unggul.

Berdasarkan BAN-PT, penilaian akreditasi Unggul pada capaian kinerja tridharma perguruan tinggi (outcome-based accreditation), peningkatan daya saing, dan wawasan internasional (international outlook). Outcome-based accreditation yang dimaksud di sini adalah ketercapaian visi, misi, dan tujuan perguruan tinggi. Penilaian akreditasi dilakukan secara uji tuntas dan komprehensif yang mencakup elemen pemenuhan (compliance) terhadap Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN-Dikti), Standar Pendidikan Tinggi yang ditetapkan oleh perguruan tinggi, dan peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan pendidikan tinggi, serta konformasi (conformance) yang diukur melalui kinerja mutu (performance) dalam konteks akuntabilitas publik.

Saya menyebut tahun 2023 sebagai tahun Unggul. Tahun dimana FISIP sedang menuju pada titik yang dicita-citakan. Unggul adalah impian bagi pengelola UPPS. FISIP pantas merayakannya. Karena capaian ini akan berdampak pada masa depan lulusan, akreditasi universitas, reputasi, kepercayaan diri dan daya saing.

Capaian tertinggi Prodi Sosiologi dan Ilmu Politik bukan semata karena prestasi UPPS FISIP saat ini. Ada peran pimpinan dan pengelola UPPS sebelumnya saat Prof. Akh. Muzakki sebagai perintis dan Dekan dua periode dari 2014-2019 dan 2019-2022. Tentu bersama jajarannya. Tidak akan ada cerita hari ini bila tidak didahului oleh keringat para pendahulu yang dengan segala susah payah, berkorban tenaga dan fikiran serta melakukan terobosan luar biasa. Begitu pula peran pendamping dari Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) yang berkontribusi besar pada capaian FISIP.

Tugas hari ini dan ke depan adalah mempertahankan dan mengembangkan tata kelola akademik. Kata banyak orang, mempertahankan lebih sulit dari pada meraihnya. Tapi kami yakin dan optimis FISIP akan terus berkembang. (Tulisan berikutnya, ‘Kepak Saya Internasional’)