Column UINSA

Wa laa taquulanna lishai’in innii faa’ilun zaalika ghadaa (Dan jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, “Aku pasti melakukan itu besok pagi”.  (al-Kahfi :23)

Penggalan ayat di atas dibacakan oleh Qori’ saat Yudicium FISIP, 17 Mei 2022. Ayat tersebut langsung dikomentari dan menjadi bahan sambutan Dekan Prof. Akh. Muzakki dan sekaligus tausiyah terakhir pada calon alumni Fisip setelah dua periode mengabdikan diri sebagai Dekan. Inti dari sambutan Dekan, “jangan menunda-nunda waktu untuk menjadi orang hebat dan sukses. Lakukan sekarang juga karena waktu dan kesempatan itu mahal”. Makna lainnya, jangan menunda pekerjaan dan tanggung jawab, jika bisa diselesaikan hari ini jangan ditunda besok.

Tidak seperti biasanya, Dekan memberikan sambutan cukup panjang dan bahkan acara Yudicium yang  biasanya formal diselingi hiburan menyanyi dari Dekan dan unsur pimpinan lain di sela-sela prosesi. Seolah menjadi pertanda perpisahan dengan keluarga besar FISIP. Dugaan tersebut benar, tepat 20 hari sesudahnya, Menteri Agama melantiknya sebagai Rektor. Selamat datang   Prof. Akh. Muzakki, M. Ag. Grad. Dipl. SEA. M. Phil. Ph. D sebagai Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya/UINSA (2022-2026).

Rektor 11-12

Saya mengenal Prof. Akh. Muzakki sejak menjadi mahasiswa. Kelasnya bersebelahan. Bedanya, ia angkatan 1992 sementara saya angkatan 1991. Ia jurusan PBA, saya jurusan PAI. Sejak dulu saya memanggilnya mas Zakki. Kecuali di acara formal. Ia juga menjadi bagian majalah Edukasi, majalah yang ngetop di eranya, sama seperti yang saya lakukan.

Saya juga bekerja dalam tim yang cukup lama sama beliau. Ketika lulus ANU S2, ia diminta bergabung di Kopertais IV menjadi tim ahli dari 2006-2010. Tahun 2010-2018, ia juga menjadi bagian tim ahli Lembaga Penelitian. Di saat yang sama (2009-2013) juga bersama-sama dalam tim konversi IAIN ke UIN di mana ia menjadi ketuanya. Di sisi lain, pada waktu yang bersamaan ketika menjadi PIC SILE-Cowater, kami selalu berada dalam pekerjaan yang sama. Terakhir saya diminta untuk menjadi bagian dari tim FISIP ketika ia menjadi Dekan di periode 2018-2022. 

Satu hal dalam catatan saya bahwa ia seorang pekerja keras dan ulet. Tidak gampang menyerah. Berfikirnya lurus. Cara kerjanya efektif dan efisien. “Kita selalu menggunakan prinsip pesan makanan, GPL (Gak Pake Lama). Kalau bisa hari ini, jangan ditunda besok,” itu kata-kata yang selalu diulang-ulang saat memimpin rapat tim penyusunan rangkaian kegiatan internasional dalam rangka menyambut gelaran G20, khususnya kedatangan Presiden China Xi Jinping di Indonesia, Rabu  11 Mei 2022 lalu.

Sementara, rasa cinta terhadap kampus UINSA sangat membara, persis kayak anak muda yang merasakan cinta pertama. “UIN ini kampus besar dan diisi oleh orang-orang besar. Tidak boleh kalah dengan kampus lain di Indonesia,” itu kata-kata yang selalu muncul dalam berbagai kesempatan. “Untuk bisa mencapai reputasi internasional kita tidak cukup dengan langkah biasa, tetapi perlu  melompat,” jelasnya.

Sangat dimaklumi mengapa rasa cintanya pada kampus UINSA membara. Selain dari kampus ini cikap bakal tradisi intelektualnya terasah, ia juga komandan perumus konversi IAIN ke UIN. Ia sangat paham seluk-beluk kampus ini, baik masalah dan potensinya. Apa, mengapa dan harus bagaimana sudah tuntas dalam diskusi penjang dan sudah dirumuskan dalam kajian dan proposal konversi dari tahun 2009-2013. Visi dan misi UINSA untuk  menjadi universitas internasional adalah salah satu mimpinya.

Sangat tepat ketika ia ditunjuk oleh Gus Men untuk kepemimpinan Rektor sebelumnya. Mas Zakki dan Cak Dar (panggilan akrab saya sejak mahasiswa), saya menyebut dengan tokoh 11-12.  Keduanya memiliki kapasitas yang mumpuni sebagai pemimpin, sudah teruji, reputasi intelektualnya yang diakui internasional, dikenal sebagai pribadi yang humble,  santun serta hormat pada siapapun terutama orang tua dan guru. Di balik itu, keduanya juga memiliki hubungan emosional yang sangat kuat. Saling hormat dan menjaga satu sama lain. Cak Dar dari berasal dari fakultas yang sama, dia dua tingkat di atas Mas Zakki, angkatan 1990. Yang berbeda keduanya cuma soal rokok dan kopi. Cak Dar seorang perokok sejak mahasiswa. Rokok dan kopi bagian dari hidupnya. Sementara Mas Zakki tidak merokok, tetapi tidak elergi pada orang di sekitar ketika sedang merokok. Gaya khasnya, ia juga pegang rokok tetapi tidak pernah disumet aliar diputer-puter saja. 

Prof.  Masdar Hilmy, MA. Ph. D.  Rektor dengan segudang prestasi selama memimpin UINSA meskipun terhalang oleh pandemi selama dua tahun lebih. Rektor dengan catatan gemilang dengan membawa UINSA menjadi kampus terakreditasi A, mengantar Prodi yang sebelumnya belum terakreditasi dan sebagian terakditasi C menjadi terakreditasi B dan A. Rektor yang mampu memotong angka drop-out dari 12 % di awal kepemimpinannya menjadi 4 %. Begitu pula prestasi di bidang lain yang  luar biasa. Sementara Prof. Muzakki selama memimpin FISIP juga tak kalah mentereng. FISIP memiliki tata kelola yang mapan, kerjasama nasional dan internasional serta mengantarkan alumni FISIP mampu bersaing pada bidang pekerjaan bergengsi seperti diplomat. (Abdul Chalik, Dosen FISIP. bersambung)