Column

Komunikasi Sehat Menuju Equilibrium Sosial

Oleh
Dr. Nikmah Hadiati Salisah, S.IP., M.Si.
(Ketua Jurusan Komunikasi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Ampel)

Komunikasi merupakan elemen dasar yang tidak dapat dipisahkan dari interaksi sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia bergantung pada komunikasi untuk menciptakan keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi sosial. Equilibrium dalam konteks ini berarti keseimbangan dalam hubungan interpersonal yang memungkinkan adanya pertukaran informasi, pengetahuan, dan emosi secara efektif dan komunikasi berperan penting sebagai alat utama untuk mencapai keseimbangan dalam interaksi sosial, baik dalam konteks personal maupun dalam konteks masyarakat yang lebih luas.

Dalam interaksi sosial, komunikasi pada dasarnya merupakan proses pertukaran informasi dan pemahaman antara individu atau kelompok. Dalam interaksi sosial, komunikasi bertindak sebagai jembatan yang memungkinkan individu memahami satu sama lain, mengurangi ketidakpastian, dan mengelola konflik. Tanpa komunikasi yang efektif, interaksi sosial dapat terganggu, yang pada gilirannya mempengaruhi keseimbangan dalam hubungan tersebut. George Herbert Mead, seorang tokoh penting dalam teori interaksi simbolik, menjelaskan bahwa komunikasi memungkinkan individu untuk memainkan peran sosial mereka, yang merupakan inti dari hubungan sosial yang stabil dan seimbang.

Dalam kehidupan bermasyarakat, melalui komunikasi, norma dan nilai sosial dapat ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Norma dan nilai ini berfungsi sebagai panduan yang mengatur bagaimana individu harus bertindak dalam berbagai situasi sosial. Dimulai dengan interaksi dalam keluarga, juga dalam kelompok sampai dalam masyarakat luas, Komunikasi membentuk perilaku para pelakunya sesuai dengan nilai-nilai yang diterima dalam budaya tertentu. Dengan demikian, komunikasi berperan penting dalam menjaga equilibrium sosial melalui pembentukan dan pemeliharaan norma-norma yang diterima bersama.

Konsep komunikasi yang menuju keseimbangan dan kesehatan di tempat kerja
Komunikasi yang sehat adalah komunikasi yang terbuka, jujur, transparan, serta menghargai pendapat dan pandangan semua pihak yang terlibat Elemen kunci dari komunikasi sehat meliputi mendengarkan secara aktif, memberikan umpan balik konstruktif, dan mengelola emosi selama berkomunikasi. Menurut Robbins dan Judge (2017), komunikasi yang sehat di tempat kerja membantu menciptakan kepercayaan dan keterbukaan antara anggota tim. Ketika karyawan merasa dihargai dalam komunikasi, mereka lebih mungkin untuk berbagi pemikiran dan ide secara bebas, yang pada akhirnya dapat mendorong inovasi dan peningkatan produktivitas.

Beberapa elemen komunikasi yang sehat dalam interaksi kerja antara lain meliputi

1. Mendengarkan aktif
Mendengarkan secara aktif adalah salah satu aspek paling penting dari komunikasi yang sehat. Mendengarkan aktif berarti fokus pada pembicara tanpa menginterupsi dan memberikan perhatian penuh pada pesan yang disampaikan.  Dalam konteks kerja, ini dapat diterapkan saat pertemuan tim atau diskusi satu lawan satu dengan rekan kerja.

2. Umpan Balik Konstruktif
Umpan balik yang konstruktif tidak hanya memberikan kritik yang membangun, tetapi juga menawarkan solusi. Komunikasi yang sehat selalu mengedepankan pendekatan positif dalam memberikan umpan balik, menghindari kata-kata yang dapat memicu pertahanan diri atau konflik.

3. Transparansi dan Keterbukaan
Komunikasi yang sehat mendorong keterbukaan informasi. Ketika setiap orang dalam organisasi memiliki akses terhadap informasi yang relevan, risiko kesalahpahaman dan konflik berkurang. Manajemen idealnya bisa mengupayakan transparansi dalam kebijakan organisasi, perubahan prosedur, serta pengambilan keputusan penting. Komunikasi yang sehat mendorong keterbukaan informasi. Ketika setiap orang dalam organisasi memiliki akses terhadap informasi yang relevan, risiko kesalahpahaman dan konflik berkurang.

4. Mengelola Emosi dalam Komunikasi
Salah satu tantangan terbesar dalam interaksi kerja adalah kemampuan untuk mengelola emosi, terutama dalam situasi stres atau konflik. Komunikasi yang sehat mengharuskan individu mampu mengendalikan reaksi emosional mereka dan tetap berfokus pada penyelesaian masalah dengan cara yang profesional dan hormat.

Meskipun seringkali tidak mudah menerapkan prinsip ideal komunikasi, yang menggembirakan adalah adanya dampak positif komunikasi yang menyehatkan, antara lain

1. Peningkatan Produktivitas
Ketika komunikasi berjalan dengan lancar, waktu yang terbuang akibat kesalahpahaman dan konflik dapat diminimalkan, sehingga meningkatkan efisiensi kerja. Tim yang berkomunikasi dengan baik cenderung lebih cepat dalam menyelesaikan masalah, mendiskusikan proyek, dan mencapai tujuan organisasi.

2. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Positif
Komunikasi yang sehat menciptakan hubungan yang lebih baik di antara rekan kerja. Karyawan yang merasa didengar dan dihargai lebih mungkin untuk memiliki sikap positif terhadap pekerjaannya dan koleganya. Ini pada gilirannya menciptakan suasana kerja yang harmonis dan kolaboratif.

3. Mengurangi Konflik dan Stres
Komunikasi yang buruk sering kali menjadi sumber utama konflik di tempat kerja. Dengan membangun komunikasi yang sehat, potensi konflik dapat diminimalisir. Selain itu, karyawan yang terlibat dalam komunikasi yang terbuka dan saling mendukung lebih cenderung merasa tenang dan tidak terlalu stress.

Resolusi Konflik melalui Komunikasi
Dalam konteks konflik sosial, komunikasi berperan sebagai mekanisme untuk memulihkan keseimbangan yang terganggu. Ketika konflik muncul, baik itu dalam keluarga, lingkungan kerja, atau masyarakat, komunikasi yang efektif dapat menjadi jalan keluar untuk menemukan solusi yang diterima bersama. Menurut teori konflik konstruktif, komunikasi yang terbuka dan jujur memungkinkan pihak-pihak yang terlibat untuk memahami sudut pandang masing-masing dan mencapai kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak.

Perkembangan teknologi telah mengubah cara manusia berkomunikasi dan, pada akhirnya, berinteraksi sosial. Berbagai platform media sosial telah memungkinkan orang untuk berkomunikasi secara instan dan lintas batas geografis. Meskipun teknologi telah memperluas cakupan komunikasi sosial, hal ini juga menimbulkan tantangan baru, seperti munculnya  disinformasi yang dapat mengganggu keseimbangan dalam interaksi sosial. Dalam konteks ini, sikap bijak dalam penggunaan media digital menjadi penting untuk memastikan bahwa komunikasi tetap berfungsi sebagai alat yang menciptakan keseimbangan dalam interaksi sosial.

Dengan demikian dapat  dikatakan jika komunikasi adalah fondasi utama dalam menjaga keseimbangan interaksi sosial. Melalui komunikasi, individu dapat bertukar informasi, menyelesaikan konflik, dan membentuk norma serta nilai sosial yang menjadi dasar interaksi sosial yang stabil. Seiring dengan perkembangan teknologi, tantangan baru dalam komunikasi muncul, tetapi peran dasar komunikasi sebagai equilibrium dalam hubungan sosial tetap tidak berubah.

AYO BERSAMA MENUJU EQUILIBRIUM AGAR SEHAT DAN BAHAGIA !