Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya secara resmi menyelenggarakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada mahasiswa yang tengah berada di penghujung semester enam dan memasuki awal semester tujuh. Mengangkat tema UINSA Membangun Desa, KKN kali ini diharapkan mampu mensinergikan ilmu pengetahuan yang didapat selama kuliah untuk mengabdi kepada desa tempat KKN berlangsung nanti.
Kegiatan Kuliah Kerja Nyata ini berlangsung selama 40 hari, terhitung mulai 19 Juni sampai dengan 27 Juli. Untuk pemberangkatan KKN sendiri, dibagi menjadi dua kloter yaitu pada tanggal 19 Juni yang diisi oleh kelompok KKN Probolinggo dan Pasuruan, dan tanggal 20 Juni yang diisi oleh kelompok KKN Lumajang dan Banyuwangi. Topik yang diangkat pada KKN ini sangat beragam, meliputi berbagai permasalahan di setiap desa yang tentunya tidak sama dan sangat kompleks.
Kelompok KKN 97 yang bertempat di Desa Brabe, Kecamatan Maron, Probolinggo, mengangkat dua tema besar yaitu stunting dan kesehatan lingkungan sebagai proker. Anggota kelompok ini berjumlah 27 mahasiswa dari 9 fakultas yang berbeda dan program studi yang berbeda pula. Memasuki minggu keempat KKN, kelompok 97 mulai menggarap satu demi satu proker yang mereka ambil. Tak hanya itu, kelompok 97 juga aktif mengikuti segala kegiatan warga di Desa Brabe, mulai dari pengajian, sholawatan, haul, mengajar Madrasah Diniyah dan masih banyak lagi.
Pada minggu pertama dan kedua, kelompok 97 memfokuskan pada sosialisasi dengan warga setempat dengan mengunjungi perangkat desa, tokoh masyarakat setempat dan aktif menghadiri kegiatan warga. Selain itu, dilaksanakan juga observasi terkait masalah yang ada di Desa Brabe.
Memasuki minggu ketiga KKN, mahasiswa kelompok 97 mulai melaksanakan kegiatan proker mereka, mulai dari mengumpulkan kader-kader posyandu tiap dusun untuk membicarakan terkait acara edukasi stunting yang akan dilaksanakan. Kelompok 97 juga aktif mengikuti kegiatan posyandu secara berturut-turut di enam dusun selama sepekan, di antaranya Dusun Leduk, Klagin, Bringin, Batuan, Kemuning dan Dusun Krajan. Kegiatan posyandu tersebut juga menjadi sarana untuk lebih dekat dengan warga, terutama bisa secara langsung melihat kondisi bayi-bayi dan balita di Desa Brabe secara keseluruhan.
Proker Pencegahan Stunting oleh KKN Kelompok 97. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Pada minggu keempat, tepatnya 9 Juli 2024, kelompok 97 melaksanakan kegiatan Senam Ibu Hamil. Atas rekomendasi Bu Paulina, bidan di Puskesmas Pembantu (Pustu) Desa Brabe, kegiatan senam dipimpin sepenuhnya oleh mahasiswa KKN kelompok 97. Kegiatan senam ibu hamil ini dihadiri oleh delapan belas ibu hamil dan bertempat di Balai Desa Brabe. Untuk meramaikan kegiatan, mahasiswa kelompok 97 juga menyediakan beberapa doorprize. Penentuan penerima doorprize sendiri dilihat dari keaktifan ibu selama senam, yang menjawab pertanyaan dan ibu yang memberi pertanyaan.
Bu Ila, salah satu peserta kegiatan Senam Ibu Hamil mengakui menikmati acara tersebut, terlebih kali ini dipimpin oleh teman-teman mahasiswa KKN UINSA. Ia juga turut memberi apresiasi dan dukungan kepada mahasiswa KKN kelompok 97.
“Harapan saya, semoga adik-adik KKN ini lulus dengan nilai-nilai yang sangat memuaskan dan semoga diberi kelancaran pada saat KKN,” pungkas Bu Ila.
Senam Ibu Hamil ini termasuk salah satu upaya untuk mencegah stunting. Selain Senam Ibu Hamil, kelompok ini juga mengadakan edukasi dan literasi mengenai ASI, MPASI, dan Imunisasi juga melaksanakan kelas Calon Pengantin (Catin) sebagai bentuk kolaborasi dengan program bulanan Pustu Brabe.
Kegiatan ini turut menjadi bagian penting dari proker stunting, karena kesehatan ibu hamil juga menjadi faktor yang menentukan kesehatan bayi yang dikandung hingga melahirkan. Stunting tak lepas dari peran ibu. Anak yang sehat terlahir dari ibu yang sehat pula.
“Sebenarnya penyebab stunting itu bukan hanya sejak anak tersebut lahir, melainkan dari calon-calon ibu, bagaimana nutrisi yang didapat selama kehamilan, kondisi mood ibu dan usia sang Ibu ketika mengandung bayi”, tutur Bu Paulina.
Melejitnya angka stunting di Desa Brabe disebabkan oleh banyak faktor, yang faktor ini saling kait mengait satu sama lain dan kemudian menjadi lingkaran setan. Faktor tersebut dimulai dari kebiasaan masyarakat setempat yang menikahkan anak-anaknya pada usia yang masih terbilang sangat muda, misalnya 15 tahun, usia yang di mana seharusnya sang anak masih duduk di bangku sekolah.
Pada usia tersebut, kandungan wanita belum dikatakan kuat dan siap untuk mengandung. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor kesehatan anak menurun. Kemudian, faktor ekonomi dan kurangnya edukasi dan literasi terkait nutrisi yang tepat bagi ibu dan anak juga turut mendukung melejitnya angka stunting di desa tersebut.
Penulis: Arum Puspita
Editor: Khalimatu Nisa