Dalam uraiannya dikatakan, jika dianggap sebagai wadah kreatif untuk berdialog mengenai budaya, pertemuan antara individu di kampus UINSA seharusnya bertujuan meningkatkan rasa komunitas (sense of community) dan kualitas individu sebagai anggota budaya kampus. Martin Buber, seorang filsuf Jerman, pernah mengajukan pertanyaan penting, yaitu bagaimana kita menilai apakah pertemuan kita berhasil dalam menguatkan hubungan dengan sesama manusia dan memperluas pandangan pribadi kita. Jawaban Buber adalah ketika pertemuan tersebut mampu memperkuat hubungan antar individu dan memperluas sudut pandang individu (view point). Pertemuan harus melampaui tujuan individu dan meningkatkan rasa komunitas sebagai warga kampus UINSA. Dari pertanyaan dan jawaban ini, Buber mengembangkan teori dialog.
Dalam teorinya, Buber menciptakan istilah baru dalam bahasa Jerman untuk membedakan pertemuan menjadi dua kategori. Pertemuan sehari-hari yang bersifat biasa ia sebut “vergegnung.” Sementara pertemuan yang melibatkan seluruh diri kita, dimana kita sepenuhnya terlibat secara emosional dan intelektual, ia sebut “begegnung.” Pertanyaannya adalah, apakah pertemuan di kampus selama ini hanya pertemuan biasa atau pertemuan yang melibatkan seluruh diri kita? Jawabannya tergantung pada bagaimana kualitas kehidupan kita berkembang dari hari ke hari.
Buber meyakini bahwa hakikat kemanusiaan adalah kemampuan untuk menciptakan situasi “begegnung,” yaitu saat kita berdialog dengan orang lain dalam suasana yang memungkinkan kita untuk berubah melalui proses pertemuan tersebut. Jika kita ingin kampus menjadi tempat dialog “begegnung,” maka penampilan fisik saja tidak cukup. Kampus harus menjadi wadah dialog yang mendorong partisipasi aktif sehingga mampu menciptakan pengalaman yang indah.
Dari sudut agama, manusia diperintahkan untuk saling ta’aruf. Dalam konteks sosial dan budaya, ta’aruf adalah alat yang penting untuk membangun hubungan, memahami orang lain, dan mempromosikan toleransi serta persatuan. Ia memungkinkan individu untuk melampaui perbedaan dan memperdalam pengertian mereka tentang dunia yang lebih luas.
Ta’aruf dapat mencakup proses pengenalan budaya, tradisi, dan nilai-nilai yang berlaku dalam suatu komunitas atau masyarakat.
Intisari Kultum Duhur oleh: Dr. Moh. Isfironi, MHI di Masjid Raya Ulul Albab Kampus Ahmad Yani pada hari Kamis, 9 November 2023.