UINSA Newsroom, Rabu (14/12/2022); Pelatihan Jurnalistik Hari kedua, Rabu, 14 Desember 2022, diisi dengan paparan dari dua narasumber. Sesi pertama diisi Zainal Ibad, S.Sos., M.I.Kom., Wakil Pemimpin Redaksi Harian Bhirawa. Dilanjutkan sesi kedua, bersama Fiqih Arfani, S.I.Kom., Jurnalis Foto Media Antara.com.
Dalam sesi pertama, Ibad berbagi pengetahun terkait teknik, ‘Menulis Rilis untuk Media Massa.’ Ibad menjelaskan, bahwa peran kehumasan yakni branding universitas menjadi tugas bersama. Terutama di era persaingan global yang semakin ketat, lanjut Ibad, pemimpin tidak cukup harus berkinerja baik. Tapi juga harus tampak berkinerja baik.
Disinilah peran kehumasan yang harus dimanfaatkan untuk dapat menciptakan brand image positif perguruan tinggi. “Jelek tidaknya fakultas atau kampus, itu tergantung tim komunikasinya, humasnya,” ujar Alumni Sarjana Ilmu Komunikasi IAIN SA Angkatan 2007 tersebut.
Wakil Sekretaris Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Jawa Timur ini juga menegaskan, bahwa dalam setiap momen bisa menghasilkan empat hal. Yakni pemberitaan, video, foto, maupun infografis. Empat hal tersebut dapat dibagikan secara luas melalui kanal media sosial yang beragam. antara lain WA Grup, Instagram, Facebook, TikTok, dan lain-lain. “Media sosial ini tanpa ada batas. Di pelosok pun bisa melihat hasil karya bapak/ibu semua,” ujar Ibad.
Dalam kesempatan ini, Ibad juga membagikan pengetahuan tentang jenis-jenis tulisan yang ada di Surat Kabar. Mulai dari Produk Jurnalistik berupa berita; Nonjurnalistik seperti artikel dan Iklan; hingga Foto Jurnalistik.
Rumus klasik penulisan berita 5W+1H (What, Who, Where, When, Why, How), masih menjadi pegangan dasar jurnalis untuk menciptakan produk jurnalistik. “Jika bapak ibu ingin membuat rilis, tekankan ini. Jangan sampai rilis yang bapak ibu buat seperti sambutan atau seperti karya ilmiah,” peringat Ibad.
Selain teknik dasar menulis, Ibad juga menjelaskan terkait pemakaian bahasa dalam pers yang harus ringkas, jelas, populer dan komunikatif. Karena pembaca yang dihadapi sangat heterogen. Sehingga produk jurnalistik yang dihasilkan harus mampu dipahami orang awam, tapi juga tidak berkesan membodohi yang berpendidikan.
Tidak hanya menyimak paparan, para peserta secara aktif juga diberikan tugas mandiri menulis berita. Selanjutnya hasil tulisan tersebut diulas langsung untuk diberikan saran dan masukan agar lebih bernilai jurnalistik.
Sesi kedua, usai istirahat para peserta diajak mengenal bagaimana teknik pengambilan gambar yang baik untuk media massa. Fiqih Arfani, narasumber sesi kedua menjelaskan, bahwa karya foto terbagi menjadi dua jenis, yakni foto jurnalistik dan seni. Foto Jurnalistik, menurut Fiqih, menekankan pada aspek peristiwa. Sehingga selain bagus, foto yang dihasilkan harus mampu ‘bercerita’ tentang apa yang ditulis.
Jurnalis foto antara.com ini menjelaskan, agar foto terlihat indah perlu memperhatikan kompoisi. Dijelaskan Fiqih, bahwa Komposisi merupakan kesatuan yang harmonis dari elemen-elemen pendukung foto dengan meletakkan komposisi tepat pada tempatnya sehingga pas untuk dilihat.
Lima aturan komposisi foto yang harus diingat, menurut Fiqih, antara lain Point of Interest, Aturan sepertiga, leading, framing, dan symmetrical. “Ingat, foto untuk website, horizontal harga pas,” tegas Fiqih kepada para peserta.
Paparan sesi kedua hari kedua juga diisi dengan praktek pengambilan foto. Dilanjutkan dengan review bersama narasumber. Ditutup pemberian souvenir bagi para peserta terpilih dengan hasil tugas mandiri terbaik. (All/Humas)