Tuesday, 13 December 2022
Lanjutan bagian satu.
Tiba di Airport Malaysia kami berlima dijemput oleh para dosen Universiti Kebangsaan Malaysia, jurusan Quran Sunnah. Kami disambut oleh anak-anak Hima Prodi Quran Sunnah, lalu diajak makan siang bersama.
Setelah makan, kami diantar ke kolej masing-masing: laki-laki berada di Kolej Rahim Kajai sedangkan perempuan berada di Kolej Dato Onn. Kolej di sini sama seperti asrama yang berada di UIN Sunan Ampel Surabaya, meski gedung yang di sini lebih besar. Setiap gedung asrama memiliki nama-nama sendiri. Kolej di UKM ini ada yang satu kamar berisi satu orang, namun ada juga yang berisi dua orang. Kami memilih satu kamar untuk dua orang.
Kolej di lingkungan UKM ini berjumlah total 12 kolej. Masing-masing kolej memiliki fasilitas yang berbeda, tergantung budget yang kami miliki. Kami memilih di Kolej Ibu Zain, kolej ini fasilitasnya sangat memadai dan ber-AC. Tentu harga sewanya lumayan mahal. Satu bulan di Kolej Ibu Zain sekitar 2 juta, sedangkan kalau di Rahim Kajai dan Dato Onn yang kita tempati dalam satu semester sewanya hanya 3,5 juta. Meski hanya mendapatkan kipas angin, itu sudah kami rasa cukup karena udara di daerah UKM sudah cukup dingin.
Kami, mahasiswi student exchange UINSA, semua mendapatkan kamar yang berisi dua orang yang sama-sama dari UINSA, kecuali saya yang mendapatkan teman sekamar dari Malaysia. Awalnya ragu dan takut, khawatir terjadi kesalahpahaman dan perbedaan pendapat. Namun ternyata saya salah besar. Saya mulai mengetahui dan merasa bagaimana sifat dan kepribadian orang Malaysia setelah saya tinggal sekamar dan tinggal dengan mereka. Warga Malaysia, baik laki-laki maupun perempuan, saya lihat sangat sopan dan selalu bertutur kata dengan lembut. Mereka ramah dan baik. Ibadahnya sangat dijaga.
Saya menjumpai sosok yang sangat baik itu, salah satunya berada pada teman sekamar. Dia benar-benar baik dalam segala hal dan sangat membantu saya dalam hal apapun. Ilyana, teman sekamar saya itu, membantu saya dalam banyak hal: meminjamkan setrika, botol minum, membantu membelikan makanan, dan lain-lain. Saya sangat bersyukur bertemu dengannya. Dia baru tahun satu di UKM.
Ketika dia harus pulang untuk mengikuti pemilu di rumahnya, dia memberikaan kepercayaan kepada saya untuk menggunakan barang-barang yang saya butuhkan. Saya juga diperkenalkan dengan ibunya yang sangat baik dan masih muda.
Di Malaysia, ada kebijakan bahwa sebelum kuliah sarjana S1, seseorang harus kuliah diploma terlebih dahulu. Dan di perkuliahan diploma ini mereka bisa memilih berapa tahun akan melaksakan perkuliahan: bisa satu tahun, dua tahun, dan tiga tahun. Jadi, pada umur 20 tahun, mahasiswa seperti Ilyana masih berada di tahun satu di UKM. Mereka bisa memilih universitas yang berbeda ketika S1 dari universitas saat kuliah diploma. Gelar S1 di Malaysia disebut sebagai Sarjana Muda. Gelar S2 disebut Master, sedangkan S3 bergelar Ph.D ataupun Doktor.
Di Malaysia dosen disebut pensyuarah. Rata-rata pensyuarah yang mengajar saya di kelas memiliki gelar doktor sehingga kami semua disarankan untuk memanggil Prof. Sedangkan untuk pensyuarah yang memiliki jabatan di bawahnya, kami disarankan untuk memanggil ustadz ataupun ustadzah. Saya di kelas selalu menjadi paling muda, karena di UKM ini saya belajar bersama kelas ketiga, dan kelas ketiga di UKM ini sama seperti semester 5 di Indonesia.
Gambar ini bersama dengan teman-teman Hima Prodi Quran Sunnah UKM. Gambar ini diambil ketika kami berada di tempat makan dekat dengan airport bersama dengan para pensyuarah Prodi Quran Sunnah.
Gambar ini berada di ruang tunggu atau tempat reservasi Kolej Dato Onn. Gambar ini diambil ketika kami baru datang dari airport dan kami harus mengisi daftar kehadiran dulu sebelum mendapatkan kamar. Kami disambut oleh empat teman kami dari UINSA yang sudah datang lebih dulu di Malaysia.
*Mahasiswi Semester 5 Prodi Studi Agama-Agama FUF UINSA