Kuliah tamu bertajuk “Facing Fake News in Elections: the Home Front of Defending Democracy” digelar oleh Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya (FDK UINSA). Menggandeng pembicara dari Chinese Culture University, Taiwan, yakni Assoc. Professor. Huey-Rong Chen, kegiatan ini berlangsung pada Rabu (19/10/2022) di ruang sidang FDK. Para peserta berasal dari mahasiswa yang mengambil mata kuliah jurnalistik.
Acara ini dipandu oleh Fikry Zahria Emeraldien, M.A., sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi FDK UINSA. Sebagai dosen mata kuliah Pengantar Jurnalistik dan Jurnalistik dan Desain Media Cetak, Fikry berperan sebagai inisiator dan moderator acara ini. Guest lecture bertujuan untuk meningkatkan literasi kepada mahasiswa FDK UINSA agar memahami sekaligus mengantisipasi permasalahan disinformasi atau fake news di media sosial.
Assoc. Prof. Huey Rong-Chen mengatakan bahwa fake news berpeluang paling besar tersebar di media sosial. Banyak pihak di Taiwan telah kehilangan kredibilitasnya karena sering memberikan laporan berita atau informasi yang menyesatkan. Berita menyesatkan ini seringkali disebut fake news, atau ada pula scholar yang lebih senang menamainya “disinformasi”.
Perempuan yang pernah menjadi chairwoman Departemen Jurnalisme Chinese Culture University, Taiwan, ini, mengatakan bahwa fake news memiliki dua jenis. Pertama adalah cerita palsu yang sengaja dipublikasikan atau disebarkan untuk membuat orang mempercayai sesuatu yang tidak benar atau membuat banyak orang mengunjungi situs web. Ini adalah kebohongan yang disengaja yang dipublikasikan secara online.
“Stories that may have some truth to them, but they’re not completely accurate. This is because the people writing them – for example, journalists or bloggers – don’t check all of the facts before publishing the story, or they might exaggerate some of it,” terang Assoc. Prof. Chen dalam menjelaskan fake news jenis kedua.
Setelah itu, Assoc. Prof. Chen menyampaikan beberapa contoh persebaran berita palsu yang terjadi di Taiwan. Hal ini meresahkan karena banyak para pengguna media online yang mempercayainya. Terdapat hal mengejutkan yang disampaikannya, yaitu rupanya generasi muda berusia 20 hingga 29 tahun adalah orang yang paling mudah percaya terhadap “teori konspirasi” yang notabene merupakan disinformasi.
Guest lecture ini berakhir dengan sesi tanya jawab yang sangat hidup. Sekitar sepuluh orang melayangkan pertanyaan dan langsung dijawab oleh perempuan berkacamata ini. Tak lupa, dia memberikan berbagai teknik dalam menangkal berita palsu yang mana salah satunya mirip dengan slogan yang terkenal di Indonesia, yakni “saring before sharing”. Assoc. Prof. Chen kemudian bertolak ke Taiwan pada keesokan paginya, yaitu Kamis, 20 Oktober 2022.
Penulis: Silvia Alda
Editor: Fikry Emeraldien