Berita

Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN Sunan Ampel Surabaya sukses menyelenggarakan kegiatan Research Discussion Forum (RDF) #35 dengan tema “Reimagining ESP Teaching in Vocational Schools: An Evaluation of Teachers’ Knowledge, Attitudes, and Practices”. Kegiatan ini menghadirkan Mochamad Imron Azami, S.Pd., M.Ed., dosen sekaligus Sekretaris Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Islam Malang (UNISMA) yang juga merupakan alumni ELED UINSA, sebagai narasumber utama.

Kegiatan RDF ke-35 ini dibuka secara resmi oleh Wakil Dekan Bidang Akademik dan kelembagaan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UINSA, Prof. Dr. Hj. Husniyatus Salamah Zainiyati, M.Ag. Dalam sambutannya, Prof. Husniyatus menyampaikan apresiasi tinggi atas inisiatif Prodi Pendidikan Bahasa Inggris yang secara konsisten mengadakan forum diskusi ilmiah yang tidak hanya memperkuat budaya akademik, namun juga memperluas wawasan para dosen dan mahasiswa dalam bidang kajian terkini. Ia menekankan pentingnya kemampuan mengadaptasi pengajaran Bahasa Inggris untuk kebutuhan spesifik dunia kerja, terutama di sekolah kejuruan, sebagai bentuk kontribusi nyata pendidikan tinggi terhadap kebutuhan masyarakat.

Acara yang dimoderatori oleh Rakhmawati, M.Pd., dan dipandu secara interaktif oleh Fahmy Imaniar, M.Pd., ini diikuti oleh sekitar 60 peserta yang terdiri dari mahasiswa, guru dan dosen dari berbagai universitas. Dalam pemaparannya, Mochamad Imron Azami mempresentasikan hasil penelitiannya terkait pemahaman, sikap, dan praktik para guru dalam mengajar English for Specific Purposes (ESP) di sekolah vokasi. Berdasarkan hasil survei terhadap 30 guru, Azami mengungkap bahwa sebanyak 96,7% responden mengetahui konsep ESP, dan seluruh responden (100%) mampu mendefinisikan ESP dengan tepat. Sebanyak 76,7% guru merasa memiliki pemahaman yang cukup terhadap ESP, dan 66,7% mengaku mampu merancang materi pembelajaran ESP yang sesuai dengan kebutuhan bidang tertentu. Dari aspek sikap, sebanyak 56,7% guru merasa percaya diri dalam mengajar ESP, sementara 63,3% menyatakan bahwa kurikulum di institusinya mendukung pengajaran ESP. Lebih dari 53% guru juga menilai bahwa ESP berkontribusi besar dalam mempersiapkan siswa menghadapi dunia kerja profesional. Sementara itu, dalam praktik di lapangan, sekitar 56,7% guru menggunakan materi autentik dalam pengajaran ESP, dan 50% menggunakan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan spesifik siswa. Namun, hanya 33,3% guru yang melakukan analisis kebutuhan sebelum mengajar ESP, dan 36,7% yang menjalin kolaborasi dengan praktisi industri, yang menurut Azami menjadi tantangan sekaligus peluang untuk ditingkatkan di masa depan.

Diskusi yang berlangsung selama kurang lebih satu setengah jam ini mendapat sambutan hangat dan antusiasme tinggi dari para peserta. Sesi tanya jawab berlangsung dinamis, mencerminkan ketertarikan mendalam terhadap topik yang diangkat. Ibu Nafi, guru dari MTsN 2 Sidoarjo, mengajukan pertanyaan mengenai langkah-langkah sistematis dalam melakukan needs analysis untuk perancangan materi ajar ESP. Sementara itu, Dr. Siti Asmiyah, M.TESOL, menyoroti urgensi pengajaran ESP dalam konteks pendidikan vokasi serta mempertanyakan perbedaan konseptual antara diagnostic test dan needs analysis.

Selain dari kalangan pendidik, partisipasi aktif juga datang dari mahasiswa. Salah satu mahasiswa mengungkapkan ketertarikannya untuk meneliti topik terkait ESP dan meminta saran mengenai pemilihan topik skripsi yang relevan dan aktual dalam bidang tersebut. Menambah kekayaan perspektif diskusi, Ibu Diah Misesani turut berbagi pengalaman praktik mengajar ESP yang penuh tantangan, namun sangat selaras dengan paparan narasumber mengenai realitas di lapangan.

Kegiatan Research Discussion Forum ini tidak hanya memperkuat budaya ilmiah di lingkungan akademik, tetapi juga membuka ruang dialog konstruktif antara dosen, mahasiswa, dan praktisi pendidikan. Forum ini direncanakan akan terus diselenggarakan secara berkala sebagai bagian dari komitmen Departemen Pendidikan Bahasa Inggris FTK UIN Sunan Ampel Surabaya dalam memperluas jejaring keilmuan, memperkaya wawasan pedagogis, serta mendorong pertukaran praktik baik dalam pengajaran, khususnya dalam konteks English for Specific Purposes (ESP). (RS)

.