Column

PUASA MENUJU LEVEL MUTTAQIN;
Perspektif integrasi jiwa, raga, dan perbuatan

Oleh: Ahmad Fauzi, M.Pd.
Koordinator Pusat Integrasi keilmuan Lembaga Penjaminan Mutu UIN Sunan Ampel Surabaya

Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali yang kita kenal dengan Imam al-Ghazali, seorang teolog dan filsuf Islam, memiliki pandangan mendalam tentang puasa. Dalam uraiannya puasa dapat di tinjau dari berbagai aspek, mulai dari makna spiritual hingga manfaatnya bagi kesehatan jasmani dan rohani. Berdasarkan perspektif ini, arti Puasa dapat diuraikan dengan berbagai macam perspektif, yang tidak hanya memiliki nilai ritual keagamaan saja. Lebih dari itu, puasa sangat berkaitan erat dengan integrasi jiwa, raga, dan perbuatan yang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Dalam konteks inilah, hikmah terbesar dalam menjalankan puasa bisa kita kaji dalam tiga perspektif; 1) Perspektif Integrasi Jiwa: dengan berpuasa kita melatih kesabaran, kedisiplinan, dan pengendalian diri dengan cara mendekatkan diri kepada Allah SWT dalam rangka meningkatkan keimanan, dan ketaqwaan. Sehingga dengan berpuasa akan membantu menenangkan jiwa, mengurangi stres, dan meningkatkan fokus. 2) Perspektif Integrasi Raga: dengan berpuasa akan memberikan istirahat bagi sistem pencernaan serta dapat membuang racun dalam tubuh yang akan berdampak terhadap meningkatkan metabolisme, menurunkan berat badan, serta meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. Sehingga akan meningkatkan kualitas tidur dan meningkatkan energi, 3) Perspektif Integrasi Perbuatan: dengan berpuasa kita melatih kepekaan sosial dan empati terhadap orang lain yang kurang mampu, mendorong kemurahan hati dan kepedulian terhadap sesama. Sehingga akan berimplikasi pada perbuatan mulia dengan membantu mengendalikan hawa nafsu dan meningkatkan akhlak mulia.

Berdasarkan tiga dimensi inilah, makna puasa sejatinya adalah proses menuju pada integrasi integrasi jiwa, raga, dan perbuatan, dengan cara meningkatkan disiplin diri, kesehatan, keimanan, dan kepedulian terhadap sesama. Hikmah puasa yang sebenarnya bukan hanya menahan lapar dan dahaga. Lebih dari itu, berpuasa adalah latihan untuk menyatukan antara pikiran, dan perbuatan menuju manusia dengan level muttaqin.

Oleh karena itu, saat kita berpuasa kita dilatih untuk; 1) Menahan lapar dan dahaga melatih kesabaran dan pengendalian diri, yang merupakan aspek penting dari integrasi raga. 2) Menjalankan salat Tarawih dan membaca Al-Qur’an meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, yang merupakan aspek penting dari integrasi jiwa. 2) Memberikan zakat, sedekah membantu orang lain, dan meningkatkan kepedulian sosial, yang merupakan aspek penting dari integrasi perbuatan.

Ala kulli hal, Puasa sejatinya salah satu ibadah yang memiliki banyak manfaat, baik bagi kesehatan fisik maupun mental. Jika kita menjalankan puasa dengan penuh kesadaran dan keikhlasan, kita dapat mencapai integrasi jiwa, raga, dan perbuatan. Dan pada akhirnya akan muncul pribadi dengan level muttaqin yang mampu menciptakan keserasian hubungan antara dirinya dengan Allah, sesama manusia, dirinya sendiri, dan lingkungan sosialnya. Wallahu ‘alam.