Berita

PIMPIN SESI TESTIMONI, DIREKTUR DIKTIS AJAK PARA INTELEKTUAL MUSLIM ATASI MASALAH KESETARAAN KEMANUSIAAN

UINSA Newsroom, Rabu (03/05/2023); Gelaran kegiatan Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2023 hari kedua, dibuka dengan sesi testimony yang dipandu langsung Direktur Pendidikan Tinggi Islam (Diktis), Prof. Dr. Ahmad Zainul Hamdi, M.Ag. Sesi diskusi ini menghadirkan para tokoh adat, agama, dan atau masyarakat yang berasal dari kelompok minoritas, yang juga kerap menjadi korban diskriminasi. Di sisi lain, juga ada pengalaman keberagaman yang bisa dijalani dalam tata kehidupan yang harmonis.

Tokoh adat pertama yang menyampaikan testimoni adalah dari Tokoh Adat Sunda Wiwitan, dilanjutkan Tokoh Agama Kaharingan, Korban Bom Gereja Surabaya, serta Komunitas Tengger. Berbagai testimony dan apresiasi disampaikan para panelis. Bahkan, lagu perdamaian suku tengger sempat mengharukan suasana Gedung KH. Saifuddin Zuhri Sport Center UINSA Surabaya.

Islam cinta kedamaian//Kristen penuh kasih sayang//Khonghucu sabar pengertian//Hindu suka ketentraman//Budha sumber kebajikan// Mari kita hidup berdampingan. “Inilah Indonesia yang kita inginkan, Bhinneka tunggal ika tan hana dharma mangrwa,” ujar Mujiantoro, Tokoh Suku Tengger.

Sebagaimana disampaikan Prof. Inung-panggilan akrab Direktur Diktis, bahwa sesi testimonial ini dimaksudkan untuk memotret interaksi sosial masyarakat Indonesia secara nyata. Tidak hanya menampilkan keharmonisan hidup yang telah menjadi bagian utama dari identitas bangsa Indonesia di mata dunia tetapi juga menampilkan pengalaman pahit yang dirasakan oleh beberapa kelompok masyarakat dalam kesehariannya, baik sebagai mayoritas maupun minoritas di lingkungannya masing-masing.

“Pengalaman berharga tersebut kemudian menjadi bahan kajian penting dalam upaya bangsa Indonesia untuk terus memperbaiki diri agar mampu menjadi bangsa yang besar yaitu bangsa yang menjunjung tinggi kemanusiaan universal sebagai tema utama yang diusung oleh AICIS 2023 yaitu Fiqh untuk kemanusiaan universal,” ujar Prof. Inung.

Melalui momen AICIS 2023, Prof. Inung menegaskan apakah mungkin merekonstruksi dan merekontekstualisasikan satu kerangka baru yang tidak lagi meletakkan kelompok muslim sebagai center untuk mendefinisikan orang lain. “Karena kita semuanya adalah warga negara yang sama. Jaminannya bukan berada pada satu kelompok agama tertentu yang mayoritas. Tapi jaminan kesetaraan kita ada pada konstitusi. Apakah fiqh kita, Fiqh Islam bisa menjawab problem ini?” tegas Prof. Inung.

Itulah highlighted points yang ditegaskan Prof. Inung dalam kesempatan testimoni bersama para panelis. Momen AICIS 2023, diharapkan Prof. Inung, mampu menghasilkan pikiran-pikran yang hebat. Karya-karya yang mampu membangun peradaban kemanusiaan di masa depan. (All/Humas)