Berita

Pada Kamis, 21 November 2025, sebuah acara penting digelar di Gedung FTK Lantai 4, UIN Sunan Ampel Surabaya, bertajuk Pendidikan Politik bagi Pemilih Pemula dengan tema “Kawal Demokrasi; Tolak Politik Uang.” Acara ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada pemilih pemula tentang pentingnya menjaga integritas dalam pemilu, serta upaya menanggulangi praktek politik uang yang merusak demokrasi.

Acara dimulai dengan sambutan dari Muhammad Nuril Huda, Ketua Jurusan Pendidikan Islam FTK UIN Sunan Ampel, yang mewakili Dekanat FTK, dan dilanjutkan dengan sambutan dari Danar, perwakilan dari kemitraan. Keduanya menegaskan pentingnya peran pendidikan politik dalam membentuk pemilih yang cerdas dan berintegritas, terlebih di era yang semakin terpengaruh oleh praktik politik yang tidak sehat.

Sebagai acara puncak, para pembicara ahli memberikan paparan yang sangat berbobot. Novli Bernado Thyssen, Ketua Bawaslu Surabaya, membahas tentang “Potret Politik Uang dalam Pemilu”, memaparkan bagaimana politik uang dapat merusak sistem demokrasi, menciptakan ketidakadilan, dan mencederai prinsip-prinsip pemilihan yang jujur. Beliau juga menekankan pentingnya pengawasan yang ketat dan keterlibatan masyarakat dalam upaya pencegahan.

Dr. Muhammad Fahmi, Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam FTK UIN Sunan Ampel Surabaya, mengangkat tema “Politik Uang dalam Perspektif Islam”. Dalam pemaparannya, Dr. Fahmi menguraikan bagaimana praktik politik uang bertentangan dengan ajaran Islam yang mengedepankan kejujuran dan keadilan. Beliau juga mengajak para mahasiswa dan pemilih pemula untuk menghindari politik uang sebagai bagian dari tanggung jawab moral dan sosial.

Rikza Syahrial Kurniawan, seorang alumni TOT Pemilih Berintegritas, memberikan pandangannya mengenai “Peran Pemuda dalam Mengatasi Politik Uang”. Rikza menekankan bahwa pemuda memiliki posisi strategis dalam perubahan sosial dan politik, sehingga mereka harus aktif dalam menyuarakan penolakan terhadap politik uang, baik melalui media sosial maupun dalam kegiatan masyarakat.

Acara yang dipandu oleh M. Asrori Ibrahim, Alumni TOT Pemilih Berintegritas, berjalan dengan penuh antusiasme dari para peserta yang terdiri dari mahasiswa lintas kampus. Diskusi yang sangat dinamis memberikan kesempatan bagi peserta untuk bertanya langsung kepada narasumber, memperkaya pemahaman mereka mengenai dampak negatif politik uang serta solusi yang dapat diambil.

Acara ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam membentuk pemilih yang lebih kritis, cerdas, dan berintegritas, serta menjadi gerakan kolektif dalam menciptakan pemilu yang bersih dari praktik politik uang.

Pendidikan politik bagi pemilih pemula, seperti yang diselenggarakan pada 21 November 2025 di UIN Sunan Ampel Surabaya, sangatlah penting di tengah realitas politik Indonesia yang masih dibayangi oleh praktik politik uang. Tema “Kawal Demokrasi; Tolak Politik Uang” menjadi seruan yang relevan dan krusial dalam menciptakan pemilu yang lebih bersih, transparan, dan akuntabel. Dalam dunia yang semakin terhubung dan terinformasi, pemilih pemula merupakan kelompok yang rentan terhadap manipulasi politik, termasuk politik uang.

Oleh karena itu, membekali mereka dengan pemahaman yang mendalam tentang demokrasi yang sehat dan berintegritas menjadi langkah preventif yang tak ternilai. Novli Bernado Thyssen, dalam sesinya, mengingatkan kita semua bahwa pengawasan bukan hanya tugas lembaga negara, tetapi juga tanggung jawab setiap warga negara, terutama mereka yang baru pertama kali memberikan suaranya dalam pemilu.

Dr. Muhammad Fahmi memperkenalkan perspektif yang sangat penting dengan menghubungkan praktik politik uang dengan nilai-nilai Islam. Sebagai dosen yang ahli dalam bidang pendidikan Islam, Fahmi menekankan bahwa uang tidak boleh menjadi alat untuk mengontrol pilihan politik seseorang, karena itu akan mencederai prinsip-prinsip keadilan yang diajarkan dalam agama. Ini adalah pengingat bagi kita bahwa pemilu seharusnya tidak hanya diukur dari aspek teknis, tetapi juga dari moralitas politik yang menjunjung tinggi kejujuran dan keadilan. Sebagai pemuda yang tengah membentuk identitas politik, Rikza Syahrial Kurniawan menyatakan dengan tegas bahwa peran pemuda sangat vital dalam menjaga demokrasi dari ancaman politik uang. Pemuda memiliki akses luas terhadap teknologi dan media sosial yang dapat digunakan untuk menyebarkan informasi yang tepat dan memperjuangkan perubahan. Mereka bukan hanya penerima, tetapi juga agen perubahan yang memiliki potensi untuk mendorong kesadaran dan partisipasi aktif dalam politik yang bersih.

Pentingnya pendidikan politik yang berkelanjutan harus dijadikan agenda utama oleh pemerintah, lembaga pendidikan, dan seluruh elemen masyarakat. Pendidikan politik tidak hanya tentang memberikan pengetahuan dasar tentang sistem politik, tetapi juga tentang menanamkan sikap dan nilai-nilai demokratis yang dapat membentuk karakter pemilih yang cerdas dan bertanggung jawab. Melalui pendekatan ini, kita berharap dapat melahirkan generasi pemilih yang tidak hanya cerdas dalam memilih, tetapi juga berintegritas dalam menjaga martabat demokrasi, begitu kata Prova Imam Musthofa, Ketua Panitia Acara ini.

Dengan adanya acara seperti ini, kita dapat optimis bahwa masa depan demokrasi Indonesia akan lebih cerah, tanpa praktik politik uang yang merusak kualitas pemilu dan kehidupan politik kita secara keseluruhan. Pemilu adalah tentang memilih yang terbaik untuk masa depan bangsa, bukan tentang memenangkan sesuatu dengan cara yang salah.