Pada 14 Juni 2025, langit di Terengganu, Malaysia, pada pukul 18.00 masih tampak cerah menyambut kedatangan mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya yang akan melaksanakan Student Mobility Program di Universiti Sultan Zainal Abidin (UniSZA). Langit cerah tersebut menjadi salah satu culture shock moment bagi para mahasiswa yang ke depannya harus beradaptasi dengan perbedaan waktu antara Indonesia dan Malaysia.
Dari 25 peserta yang berpartisipasi pada Student Mobility Program ini, delapan peserta di antaranya merupakan perwakilan Fakultas Ushuluddin & Filsafat: Rizka Azkia dari prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Isyfi Hayati dan Muhammad Sulaiman Hasyim dari prodi Ilmu Hadis, Moh. Balyan Rofiqi dari prodi Aqidah & Filsafat Islam, Azzahra Laily Adindawati dan Siti Hurin Injazilah dari prodi Tasawuf dan Psikoterapi, M. Hengki Fernando dari prodi Pemikiran Politik Islam, serta Dendy Wahyu Subekti dari prodi Studi Agama-Agama. Sesampainya di UniSZA, para peserta diarahkan menuju asrama UniSZA untuk beristirahat dan menyiapkan diri sebelum kegiatan esok hari dimulai.
Tepat pada 08.30 di tanggal 15 Juni 2025, para peserta mengikuti rangkaian acara penerimaan mahasiswa yang secara resmi dibuka oleh Dekan Fakulti Kontemporeri Islam, Prof. Dr. Engku Ahmad Zaki bin Engku Alwi, dan dilanjutkan dengan penjelasan rangkaian kegiatan Student Mobility Program yang disampaikan oleh Prof. Madya Dr. Nadhirah binti Nordin, selaku Wakil Dekan Akademik dan Siswazah. Pembukaan ini ditandai dengan penerimaan cinderamata dari UniSZA kepada setiap peserta Student Mobility Program. Dalam pembukaan tersebut, peserta mulai beradaptasi dengan perbedaan bahasa dan banyak mempelajari kosakata baru bersama para dosen serta mahasiswa UniSZA.

Kunjungan Perpustakaan Al Wathiqu Billah UniSZa. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Dilanjutkan pada pukul 11.00 waktu Malaysia, para peserta melakukan kunjungan/lawatan kampus bersama beberapa mahasiswa UniSZA, atau yang lebih akrab dengan sapaan ‘buddies UniSZA’. Salah satu hal yang menarik adalah kunjungan ke perpustakaan UniSZA. Pada perpustakaan tersebut, terdapat galeri mini yang menunjukkan karya-karya dari A. Samad Said, salah satu penulis dan penyair yang masyhur di Malaysia. Pada pukul 14.00, peserta melanjutkan lawatan ke kedai keropok lekor, yang menjadi salah satu ikon kuliner di Terengganu, Malaysia. Pada kedai tersebut, para peserta tidak hanya mencicipi keropok lekor, namun ditunjukkan proses produksi di dalam pabrik mulai dari bahan mentah hingga pengemasan produk. Kunjungan ini menjadi salah satu hal yang memeperkaya khazanah ilmu para peserta terkait kuliner di Malaysia yang masih satu rumpun dengan Indonesia.
Tidak hanya kunjungan kuliner, peserta juga mengunjungi Pasar Payang dan Pantai Teluk Ketapang. Dari kedua destinasi tersebut, peserta banyak mempelajari budaya baru, seperti beberapa kedai yang masih menerapkan akad jual beli ala Imam Syafi’i, hingga adaptasi terhadap perbedaan waktu salat antara Indonesia dan Malaysia. (Tim Student Mobility)