Ilmu Kelautan
Wednesday, 3 August 2022
PELATIHAN BATIK ECOPRINT DARI VEGETASI PESISIR, PANTAI PERMATA PILANG, PROBOLINGGO
Pantai Permata Pilang, Kota Probolinggo, Jawa Timur pada Selasa (26/07/22) pagi hingga sore disibukkan dengan pelatihan Ecoprint Batik. Sebanyak 50 perempuan mengikuti pelatihan di pantai yang terbentuk akibat erupsi Gunung Bromo tahun 2010 tersebut. Mereka terdiri dari pemerintah daerah, LPM, PKK, RT/RW, POKDARWIS, dan organisasi kepemudaan Karang Taruna.
Acara yang dilaksanakan di antara pepohonan pinus ini digagas oleh Prodi Sarjana Ilmu Kelautan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya bekerjasama dengan Jurusan Kimia Universitas Negeri Malang (UM). Kedua Perguruan Tinggi Negeri (PTN) ini bekerjasama dengan Pemerintah Kota Probolinggo.
Mengusung tema Pelatihan Batik Ecoprint Dari Vegetasi Pantai Sebagai Alternatif Cindermata Khas dan Unik Pantai Permata, berlangsung selama satu hari penuh. Dibimbing langsung oleh dosen-dosen yang ahli di bidangnya dari kedua PTN tersebut, dibantu oleh sejumlah mahasiswa. Turut hadir tim dari Dispopar kota Probolinggo, Camat Kademangan dan Lurah setempat.
Ketua Prodi Sarjana Ilmu Kelautan UINSA, Andik Dwi Muttaqin, mengatakan, pelatihan yang diadakan adalah membatik dengan metode ecoprint, dengan media yang digunakan selain bahan dasar kain juga vegetasi di kawasan Pantai Permata, Kelurahan Pilang, Kecamatan Kademangan.
Diharapkan setelah pelatihan, apa yang didapat akan berlanjut ke tataran kegiatan usaha. Peserta pelatihan bersama warga sekitar dapat merintis usaha Batik Ecoprint yang dapat dijadikan oleh-oleh khas wisata pantai permata pilang.
“Kami yakin bisa, karena pantai Permata memiliki ciri khas tersendiri,” jelas dosen Ilmu Kelautan UIN Sunan Ampel Surabaya ini.
Hal senada juga disampaikan Dr. Oktavia Sulistina dari Universitas Negeri Malang. Menurutnya, Ecoprint adalah teknik mencetak pola dari bagian tanaman seperti daun, ranting kecil dan bagian tanaman lainnya pada kain.
“Bagian tanaman, sebagai motif atau bentuk batik,” jelasnya.
Dosen kimia UM ini menuturkan, banyak bagian tumbuhan yang bisa dimanfaatkan untuk pola atau bentuk batik tersebut. Dapat berupa daun antara lain Alor dan pooweran laut, pacar laut, beringin laut, lindur pronate, avicenia alba dan cemara laut.
“Di Pantai Permata banyak yang bisa dijadikan motif. Misalnya daun bakau atau mangrove, sampai rumput disekitar pantai pun bisa,” ujarnya.
Oktavia yakin peserta pelatihan bisa menghasilkan batik ecoprint. Alasannya, karena mudah dibuat dan bahan yang digunakan sebagai pola banyak tersedia.
Mereka siap membantu jika peserta mengalami kesulitan di kemudian hari. “Kami siap membantu dan mendampingi untuk terus maju,” pungkasnya.
Sementara itu, Sekretaris Pokdarwis Desa Bangkit, Ibu Sulastri berkomitmen untuk menindaklanjuti pelatihan dengan uji coba hingga benar-benar berhasil.
“Nah bahan-bahannya di sini melimpah. Kita manfaatkan. Kita sudah punya semuanya, tinggal bimbingan dari para senior,” pungkasnya di sela-sela pelatihan di Pantai Permata.
“Itu rencananya. Kami akan membuat usaha batik ecoprint khas Pantai Permata. Kami mohon doa dan dukungan dari masyarakat dan pemerintah,” ujarnya.
Sulastri yakin rencananya akan terwujud. Pasalnya, selain ditunjang dengan bahan yang melimpah untuk membuat pola yang tersedia di Pantai Permata, beberapa peserta pelatihan sudah bisa menjahit, bahkan membatik, sehingga memungkinkan untuk dapat terus berkembang menjadi usaha bersama dalam tingkat Kelurahan.
Berikut merupakan dokumentasi kegiatan Pelatihan Batik Ecoprint di Pantai Permata Pilang : https://www.youtube.com/watch?v=kHPCx87KFe4