Setelah beberapa pekan sempat tertunda, Diskusi Reboan akhirnya kembali digelar hari ini, Rabu 16 Juli 2025, bertempat di ruang meeting lantai 2, Gedung Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Sunan Ampel Surabaya, Riverside Campus, Jl. Dr. Ir. H. Soekarno No. 682, Gunung Anyar, Surabaya, Jawa Timur, 60294.

Diskusi Reboan merupakan forum ilmiah dosen Fakultas Adab dan Humaniora (FAHUM). Sesuai namanya, forum ini diselenggarakan secara mingguan, yakni setiap hari Rabu. Penanggung jawab forum ini adalah Kepala Laboratorium FAHUM, Himmatul Khoiroh, S.Ag., M.Pd.
Peserta forum ini bersifat lintas program studi, yaitu para dosen dari seluruh program studi di lingkungan FAHUM, mulai dari prodi Bahasa dan Sastra Arab (BSA), Sejarah Peradaban Islam (SPI), Sastra Inggris (Sasing), hingga Sastra Indonesia (Sasindo), yang berkumpul membahas satu tema. Pemateri diambil dari dosen FAHUM secara bergantian.
Kali ini, yang bertindak sebagai pemateri adalah Mochammad Nginwanun Likullil Mahamid, M.Hum., dosen prodi SPI. Ia membawakan materi interseksi antara sufisme, sejarah, dan kajian naskah yang dikemas dalam judul “Dari Ibn ‘Arabi ke Tanah Keraton: Wahdatul Wujud dalam Sejarah Intelektual Islam Jawa.” Lewat judul tersebut, Mas Inwa, panggilan akrab pemateri, berupaya mengeksplorasi konsep Wahdatul Wujud sebagaimana tergambar dalam naskah-naskah keraton Jawa, khususnya Serat Menak dan Serat Wedhatama.



Diakui oleh Mas Inwa, materi tersebut disarikan dari artikel akademiknya yang terbit di Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 22, No. 1 Tahun 2024, dengan judul “Exploring Wahdatul Wujud in Javanese Palace Manuscripts: A Comparative Study of Serat Menak and Serat Wedhatama.” Jurnal Lektur Keagamaan, yang diterbitkan oleh Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan dan Manajemen Organisasi, Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Republik Indonesia, merupakan jurnal terakreditasi SINTA 2, yang baru-baru ini telah terindeks Scopus.
Seperti biasa, diskusi di forum ini berlangsung menarik. Forum ini menampilkan kekayaan perspektif ilmu-ilmu keadaban; satu disiplin ilmu dilihat dari sudut pandang disiplin ilmu lainnya. Meski pembahasannya lebih dominan pada kajian naskah dan sejarah, materi yang disampaikan Mas Inwa mendapat tanggapan dari berbagai perspektif keilmuan lain, seperti sufisme, linguistik, sosiologi, antropologi, selain dari disiplin sejarah sendiri.
Tanggapan-tanggapan tersebut datang, di antaranya, dari Prof. Dr. Mas’an Hamid, M.Pd. yang menyoroti aspek kebahasaan dan kesusastraan istilah “wahdatul wujud”; Haris Sofiyudin, M.Fil.I, Dr. Nasaruddin, M.Ed., dan Dr. Imam Ibnu Hajar, M.Ag. yang mengklarifikasi aspek tasawuf dan praktiknya; Ahmad Syaikhu, M.A. yang mempertanyakan corak Islam Jawa; Dr. Muhammad Khodafi, M.Si. yang mempertanyakan relevansi Agama Kapitayan dalam materi yang dibahas; Prof. Dr. Imam Ghazali Said, M.A. (Guru Besar Sejarah Pemikiran Islam Klasik), Prof. Dr. Achmad Zuhdi DH, M.Fil.I. (Guru Besar Sejarah Intelektual Islam Klasik), Dr. Ahmad Nur Fuad, M.A., dan Juma’, M.Hum. yang menyoroti aspek kesejarahan.



Melihat jalannya diskusi, tidak berlebihan kiranya untuk menyebut betapa Diskusi Reboan, sedikit atau banyak, merefleksikan semangat integrated twin towers UINSA sebagai wujud sintesis keilmuan antara keilmuan Islam dan lainnya dalam dialog lintas disiplin yang membuka tafsir baru terhadap khazanah intelektual Islam.
Acara diskusi yang dimoderatori oleh Haukil Hannan, M.Ag. (dosen prodi SPI) ini dimulai pada pukul 09.00 WIB dan berakhir pada 10.30 WIB dengan jumlah peserta tidak kurang dari 28 orang. Meskipun materi yang dibahas terbilang ‘berat,’ diskusi berjalan dalam suasa kekeluargaan yang hangat; canda dan tawa selalu menemukan caranya sendiri untuk tumpah-ruah di sela-sela pembahasan. (HKL)