Berita

Seolah sudah menjadi tradisi di kalangan mahasiswa Prodi Sejarah Peradaban Islam FAH UIN Sunan Ampel Surabaya, mengadakan kegiatan kajian jelang berbuka puasa ketika Ramadan tiba. Kemarin, Rabu 12 Maret 2025, aktivitas tersebut kembali dihelat oleh HIMAPRODI SPI. Tema yang diangkat kali ini “Transformasi Padusan Sebelum Ramadhan di Era Modern: Masihkah Relavan?” Adapun narasumber yang membagikan ilmunya adalah Dr. Muhammad Khodafi, M.Si. Diskusi dimoderasi oleh Aghist Aulady Maghfiroh.

Padusan sendiri berasal dari bahasa Jawa yaitu adus atau mandi. Padusan ini merupakan tradisi mandi dengan tujuan membersihkan diri dari segala dosa hadas dan lainnya sebelum memasuki bulan Ramadhan. Dalam sejarahnya, Padusan dilaksanakan pada bulan ke-8 kalender Jawa atau bulan Ruwah. Biasanya, padusan dilakukan di tempat yang khusus. Misalnya di Kediri ada Sumber Maron sebagai tempat pemandian yang dianggap sakral atau dihormati. Tradisi padusan yang dipraktikkan oleh sebagian umat Islam di Indonesia jika ditilik memiliki keserupaan dengan kebiasaan orang Hindu yang berendam di sungai Gangga untuk menyucikan diri. Padusan bisa dilihat sebagai bentuk akulturasi budaya Jawa yang bercampur dangan nilai-nilai agama Islam. 

Ketika sesi diskusi, muncul beberapa pertanyaan kritis dari peserta. Di antaranya menyoal tentang siapakah yang telah berperan mengislamkan tradisi padusan. Pemateri menjawab jika secara spesifik tidak ada yang mengetahui. Tetapi ada yang berpendapat bahwa para ulama atau penyebar agama Islam yang datang ke nusantara yang kuat diduga melakukannya. 

Selanjutnya ditanyakan tentang relevansi padusan saat ini, khususnya bagi kaum milenial dan gen-z yang cenderung menyukai hal-hal yang bersifat instan. Respon terkait menyebutkan bahwa padusan masihlah sangat relavan. Meskipun makna material, sosial, maupun spiritualnya tampaknya sudah mengalami pergeseran. Tetapi hal tersebut tetap harus disikapi secara arif. Pendewasaan seseorang, termasuk dalam praktik tradisi, bisa merupakan proses yang membutuhkan waktu.

Kegiatan NgabubuREAD yang dipandu oleh Muhammad Sulthoni dan dibuka dengan serangkaian sambutan dari ketua panitia Adinda Mufaiqoh, ketua HIMAPRODI SPI Aulia Bagas Satria, dan Kaprodi SPI Dr. Nyong ETIS, M.Fil.I. tersebut akhirnya diakhiri dengan ritual buka bersama dengan iringan doa dipimpin oleh Dr. Imam Ibnu Hajar, M.Ag. Beberapa dosen yang turut hadir, yaitu Dwi Susanto, M.A., I’in Nur Zulaili, M.A., dan Mochammad Nginwanun Likullil Mahamid, M.Hum. mengemukakan jika kegiatan semacam ini perlu terus dilakukan. Tidak saja menjadi ajang silaturahim yang menguatkan semangat kekeluargaan, sekaligus juga wadah pengembangan wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa tentang sejarah dan budaya di Indonesia.