Column

Oleh: Syarif Thayib
Dosen Sociopreneurship, Pemerhati LAZ

Sekali merengkuh dayung, dua – tiga pulau terlampaui. Pribahasa ini benar-benar penulis praktekkan ketika dapat kesempatan menghadiri undangan rapat koordinasi nasional (Rakornas) lembaga amil zakat (LAZ) di Hotel Bidakara Jakarta, 14-16 Oktober 2024.

Sebelum bertemu Amilin – Amilat se-Indonesia di acara tersebut, penulis terlebih dahulu memanfaatkan jarak dan waktu untuk singgah ke UIN Sultan Maulana Hasanuddin (SMH) Banten.

Perjalanan menuju Banten ditempuh dari Bandara Soekarno Hatta ke terminal Pakupatan kurang lebih satu jam dengan bus Damri, Senin pagi waktu setempat.

Dari terminal Pakupatan, penulis dijemput oleh Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Jaminan Produk Halal (P3JPH) mas Riski, dan Kepala Pusat Moderasi Beragama, kang Dede Permana untuk selanjutnya menikmati sarapan lesehan Ayam Bakar khas Cianjur.

Di sepanjang perjalanan menuju kampus, sambil berbincang ringan dengan kedua dosen muda itu, penulis terus komat-kamit dalam hati membaca “Alhamdulillah” karena Allah SWT menakdirkan penulis tinggal di Surabaya yang kotanya jauh lebih bersih, rapih, dan hijau. Termasuk suasana kenyamanan makam Sunan Ampel dibandingkan lingkungan makam SMH.

Ketika sampai di kampus, penulis terperanjat dengan luasnya kampus 2 UIN SMH di Jl. Syekh Nawawi Bantaniy yang dahulu menjadi cabang Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Penulis langsung diajak keliling gedung-gedung fakultas yang baru ditempati tahun 2017, dan berjarak 2 (dua) kilometer dari kantor Gubernuran Propinsi Banten.

Kampus ini benar-benar sukses menyulap hutan belantara seluas 49 hektar menjadi gedung-gedung baru nan artistik untuk perkuliahan, laboratorium, kantor Fakultas, Rektorat dan lain-lain.

Saking luasnya, mahasiswa, karyawan, atau dosen yang berkendara kaki pasti kepayahan, apalagi pas musim hujan. Untungnya, Go-Jek dan Go-Car sementara ini masih bebas keluar masuk kampus.

Penulis mendapat cukup banyak pelajaran berharga dari para dosen-dosen muda yang mengelola P3JPH. Betapa attitude atau akhlak benar-benar harus ditempatkan di atas ilmu dan profesionalitas.

Membagi Peluang

Setelah menembus kemacetan Jakarta dari Banten, mulailah penulis bertemu dan berdiskusi dengan Amilin dan Amilat dari LAZ Nasional, LAZ Propinsi, dan LAZ Kabupaten/Kota se-Indonesia menjelang acara pembukaan Rakornas LAZ.

Beberapa wajah dari mereka nampak tidak asing, karena di tahun-tahun sebelumnya, kami selalu berkumpul dalam acara yang sama.

Susunan acara benar-benar dikemas efektif dan “ciamik” oleh panitia demi mencapai output dan outcome Rakornas dengan tema: “Sinergi Pengelolaan Zakat untuk penanggulangan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan.”

Sambutan oleh Menteri Agama RI pada acara pembukaan benar-benar memukau peserta. Nyaris semua kata yang disampaikan Gus Men “daging” semuanya dan full data.

Antara lain adalah rencana capaian penghimpunan zakat secara nasional tahun ini baru mencapai 41 triliun, jauh dari potensi yang (sebenarnya) bisa dihimpun Baznas bersama LAZ sebesar 300 triliun rupiah.

Maka Kementerian Agama RI sebagai regulator pun menyempurnakan regulasi tentang LAZ melalui PMA (Peraturan Menteri Agama) Nomor 19 tahun 2024.

PMA tersebut benar-benar memberi kemudahan berdirinya banyak LAZ dengan prinsip Aman Syar’i, Aman Regulasi, dan Aman NKRI berbasis Ormas, komunitas, kantor BUMN, pesantren dll yang berbadan hukum.

Selain itu, Kemenag RI mendorong Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah dan UIN Sunan Kalijaga untuk memfasilitasi Prodi Pengkajian Islam dengan Konsentrasi Filantropi Islam, Kebencanaan, dan Pembangunan Berkelanjutan.

Menariknya, BAZNAS RI pun memberi full beasiswa pendidikan (gratis UKT, biaya test TOEFL dan IKLA di kampus, pembinaan academic writing dan lain-lain) untuk Amilin dan Amilat program Magister dan Doktor di atas.

Sayangnya, 60 quota beasiswa S2 – S3 yang disediakan pada tahun Akademik 2024-2025 sekarang, hanya terisi 60% saja. Kebanyakan pelamar sepertinya bukan dari lulusan PTKIN. Mereka sudah berguguran di seleksi administrasi awal, karena sebagian tidak memiliki transkrip nilai, tidak mendapat rekomendasi LAZ, tidak menyertakan draft proposal tesis, dan lain-lain.

Penulis dan semua peserta Rakornas yang hadir terlecut untuk mengajak mahasiswa dan/atau alumni PTKI-N menjadi bagian dari Amilin dan Amilat untuk bahu membahu melahirkan generasi Muzakki dari banyak bayi Mustahik, sehingga peran Baznas dan LAZ lebih dari sekedar mengurangi angka kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan. (Bersambung).