Berita

Surabaya – Suasana berbeda menyelimuti kampus Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Gunung Anyar pada 19 September 2024. Pagi itu, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) mengadakan kegiatan guest lecture yang menghadirkan sosok ternama dalam dunia akademik internasional, Prof. Greg Fealy dari Australian National University (ANU), Canberra, Australia. Amphitheater kampus UINSA menjadi saksi antusiasme civitas akademika terhadap kehadiran pakar politik Islam tersebut.

Kegiatan ini dibuka dengan opening speech dari Dekan FISIP UINSA, Prof. Dr. H. Abd. Chalik, M.Ag. Dalam sambutannya, beliau menyambut dengan hangat kehadiran Prof. Greg Fealy dan menekankan relevansi topik yang dibahas dalam guest lecture ini dengan visi dan misi FISIP. Menurut beliau, tema moderasi beragama dan diplomasi agama Indonesia yang diangkat oleh Prof. Greg sangat penting untuk dipahami oleh mahasiswa yang terlibat dalam studi sosial dan politik, terutama dalam konteks global hari ini.

Selanjutnya, welcoming speech disampaikan oleh Rektor UINSA, Prof. H. Akh. Muzakki, M.Ag., Grad. Dip. SEA., M.Phil., Ph.D. Dalam sambutannya, beliau mengenang masa-masa ketika menempuh studi doktoral di ANU, di bawah bimbingan Prof. Greg Fealy. Rektor UINSA juga menekankan bahwa kegiatan ini merupakan sebuah pengalaman akademik yang berharga, karena menjadi kesempatan bagi mahasiswa FISIP UINSA untuk menimba ilmu langsung dari guru beliau.

Dalam sesi inti guest lecture, Prof. Greg Fealy menyampaikan presentasi bertajuk “Religious Moderation and Indonesia’s Religious Diplomacy” yang dipandu oleh moderator Ajeng Widya Prakasita, M.A. Paparannya mencakup konsep moderasi beragama sebagai ciri khas kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan peran aktif negara serta organisasi masyarakat sipil Islam, khususnya Nahdlatul Ulama (NU), dalam mendorong narasi moderasi beragama.

Prof. Greg juga membahas keterkaitan antara komitmen normatif terhadap moderasi beragama dengan kepentingan politik domestik dan internasional. Beliau menyoroti pentingnya dukungan NU dalam perjalanan politik Joko Widodo dan bagaimana moderasi beragama telah menjadi alat politik di Indonesia. Pemikirannya terinspirasi oleh Ethan Sagan tentang moderasi dalam sejarah Inggris, yang melihat moderasi sebagai instrumen untuk mendisiplinkan masyarakat dan memperkuat kontrol negara. Lebih lanjut, Prof. Greg menjelaskan bagaimana di Indonesia, moderasi beragama digunakan untuk membatasi kelompok-kelompok yang dianggap ekstrem atau radikal demi menjaga stabilitas negara.

Kegiatan ditutup dengan harapan bahwa kolaborasi akademik antara FISIP UINSA dan ANU dapat terus berlanjut, serta meningkatnya minat mahasiswa untuk mendalami kajian sosial-politik keagamaan. Guest lecture ini tidak hanya berhasil menyajikan sudut pandang baru tentang peran moderasi beragama dalam politik nasional dan internasional, tetapi juga memperkuat hubungan akademik antara Indonesia dan Australia dalam bidang studi Islam dan politik. (WD)