Surabaya – Program Studi Hubungan Internasional (Prodi HI) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya kembali mengadakan kunjungan ke Komando Armada Republik Indonesia (Koarmada II), Semampir, Surabaya, pada Senin, 28 Oktober 2024. Kegiatan tersebut melibatkan 100 mahasiswa Prodi HI semester 5, seorang dosen, dan dua tenaga kependidikan (tendik).
Dalam kunjungan ke Koarmada II, mahasiswa berangkat menggunakan dua unit bus pada pukul 08.30 dari UINSA Gunung Anyar. Rombongan tiba di Koarmada II pukul 09.15 dan mengurus administrasi untuk pemeriksaan keamanan. Seluruh peserta, baik mahasiswa, dosen, maupun tendik pendamping, membeli pin sebagai tiket masuk ke lokasi. Bapak Totok dan Bapak Zein menjadi pemandu kegiatan kunjungan tersebut.
Tujuan pertama dalam kunjungan ke Koarmada II adalah Monumen Jalesveva Jayamahe. Monumen yang dibangun pada tahun 1990–1997 dengan tinggi bangunan 60,6 meter ini merupakan simbol kesiapsiagaan Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut dalam menghadapi berbagai situasi. Patung tersebut menggambarkan seorang perwira TNI Angkatan Laut yang mengenakan Seragam Dinas Upacara lengkap dengan pedang kehormatannya, memandang ke arah laut seolah menantang ombak. Monumen ini merepresentasikan optimisme generasi muda bangsa menuju pencapaian cita-cita Indonesia. Saat berkunjung ke monumen tersebut, mahasiswa mengikuti pemaparan materi oleh Bapak Totok, Letkol Mochtar Manji Lapola, dan Bapak Zein.
Kunjungan mahasiswa ke Koarmada II juga dimaksudkan untuk memperluas wawasan kebangsaan dan meneladani nilai-nilai tentara. Dari pemaparan Bapak Totok, mahasiswa mendapatkan penjelasan bahwa seorang tentara harus menjadi pemberani, disiplin, dan bertanggung jawab. Keberanian tidak hanya dibutuhkan di medan perang, tetapi juga dalam berbagai konteks sehari-hari, seperti sekadar berani berbicara di depan umum. Jika belum menguasai suatu keterampilan, maka perlu terus berlatih hingga mampu. Takut untuk belajar bukanlah pilihan, karena kesulitan dapat ditanyakan dan diatasi. Sementara itu, disiplin dalam menghargai waktu juga tidak kalah penting, karena kebiasaan terlambat dapat berkembang menjadi karakter buruk yang sulit dibenahi. Bagi mahasiswa yang ingin direkrut menjadi karyawan setelah lulus, disiplin adalah hal esensial yang perlu diasah dan dibiasakan. Tanggung jawab juga menjadi nilai utama tentara yang patut diteladani, karena bagi seorang tentara, tugas adalah kehormatan. Selain penjelasan mengenai nilai-nilai tentara tersebut, Bapak Totok juga menyampaikan informasi menarik bahwa meski Koarmada II merupakan markas Angkatan Laut, kapal perang juga dapat berfungsi sebagai markas terapung.
Berikutnya, Letkol Mochtar Manji Lapola menjelaskan pentingnya berbagai pembinaan. Pertama, pembinaan mental rohani. Salat lima waktu jangan ditinggalkan sebagai dasar dari kedisiplinan. Kedua, pembinaan ideologi Pancasila sebagai pemersatu bangsa. Ketiga, pembinaan nilai kejuangan. Letkol Mochtar sempat menjadi anggota Menwa di masa kuliah yang bertugas mengamankan kampus. Kemudian beliau berkebun untuk menunjang biaya kuliah, dan akhirnya bergabung dalam Angkatan Laut. Keempat, pembinaan mental psikologis supaya tetap semangat dan disiplin dalam melaksanakan tugas.
Selanjutnya, Bapak Zein menjelaskan tentang pentingnya memahami batas geografis negara kita. Dalam sejarahnya, Patih Gajah Mada pernah mendeklarasikan Sumpah Palapa yang bertekad menyatukan kepulauan di Nusantara. Sebelumnya, di antara pulau terdapat lautan internasional yang membahayakan keamanan nasional. Kemudian, sejak Deklarasi Djuanda 1957 dan UNCLOS 1982, Indonesia diakui secara internasional sebagai negara kepulauan yang memiliki laut teritorial 12 mil, landas kontinen yaitu dasar laut diukur dari pantai terluar sejauh air surut, dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) 200 mil dari tepi pantai. Selain itu, Indonesia memiliki 17.000 pulau yang mengharuskan adanya Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI), yaitu jalur laut khusus yang disepakati secara internasional sebagai akses lintas laut untuk perairan Indonesia. ALKI terdiri dari beberapa jalur utama yang memudahkan navigasi internasional, termasuk ALKI I (di antara Sumatera dan Kalimantan), ALKI II (di antara Kalimantan, Sulawesi, dan Bali), serta ALKI III (di antara Maluku dan Papua)
Kunjungan diakhiri dengan berfoto bersama di Kapal Republik Indonesia (KRI) Surabaya, yang merupakan salah satu kapal perang terbesar di Koarmada II, Surabaya. Awak kapal menjelaskan bahwa Indonesia telah mengirimkan kapal perang dalam pasukan perdamaian PBB, di antaranya misi di Lebanon. Di kompleks Koarmada II, terdapat juga PT Penataran Angkatan Laut (PT PAL) yang merupakan BUMN yang memproduksi kapal dan Gong Kyai Tentrem sebagai simbol perdamaian. Kegiatan berakhir pukul 16.00, dan mahasiswa kembali ke kampus UINSA Gunung Anyar. (NL/WD)