@Studi Agama Agama
Monday, 13 June 2022
Pada Jumat (10/6), mahasiwa prodi Studi Agama-Agama peserta mata kuliah Agama-Agama Lokal melakukan kunjungan ke Paguyuban Sumarah. Salah satu pengurus senior Paguyuban Sumarah, Didik, menjelaskan bahwa Sumarah memiliki arti berserah diri atau pasrah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan kata lain, Sumarah mengandung sikap batiniah yang pasrah total kepada Allah. Paguyuban Sumarah tidak mempunyai kitab suci sebagai pedoman melainkan buku wewarah yang ditulis oleh pendirinya.
Sumarah didirikan oleh Raden Ngabehi Soekino Hartono yang pada mulanya tertarik sekali dengan ilmu kebatinan. Ia pernah mempelajari beberapa ilmu kebatinan di antaranya tapa, meditasi atau olah spiritual, Sapta Darma, dan juga Kejawen. Pada tahun 1935, di tengah perjuangan kemerdekaan Indonesia ia bertapa dan mendapatkan wahyu melalui apa yang disebut Hakiki berupa tuntunan Sumarah.
Paguyuban ini tidak menyebut diri sebagai agama dan menerima semua orang yang ingin belajar tentang Sumarah dari berbagai latar belakang. Ritual inti dalam Sumarah adalah sujud yang dilakukan untuk melatih kepekaan batin dalam diri serta penyerahan secara total melalui perasaan maupun pikiran. (Rif’atus Sholihah – Mahasiswa Prodi Studi Agama-Agama)