Sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, Komunitas Literat Muda (KLM) menggelar acara bedah buku bertajuk “Diskusi dan Bedah Buku Nasional: Buku Menalar Komunikasi Tuhan: Menggugat Argumentasi Abdolkarim Soroush tentang Fenomena Wahyu”. Acara ini berlangsung pada Sabtu (26/10) pukul 09.00 WIB – selesai di Milieu Space Surabaya. Acara dihadiri oleh dua narasumber, yakni Jamil Fuady, selaku penulis buku, dan Achmad Syariful Afif, selaku pembanding.
Acara mendapat respons yang luar biasa dari para peserta. Hal ini tampak dari semangat dan antusiasme yang mereka tunjukkan. Para peserta adalah orang-orang terpilih yang telah memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh panitia penyelenggara, mulai dari mengisi pre-test dan sebagainya.
Kegiatan diawali dengan sambutan dari Safira Azzah Riscilia, Ketua KLM. Ia mengucapkan terima kasih kepada para peserta yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk hadir dalam acara bedah buku. Ia juga menyampaikan permohonan maaf jika ada kekurangan pada acara tersebut. “Terima kasih kepada para peserta karena telah meluangkan waktunya untuk hadir dalam acara bedah buku ini. Mohon maaf apabila ada kekurangan dalam acara ini,” ujarnya.
Lanjut pada sambutan berikutnya, yakni sambutan oleh Wildah Nurul Islami, M.Th.I., Pembina KLM. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa kegiatan bedah buku kali ini istimewa. “Bedah buku kali ini adalah acara yang istimewa karena narasumbernya Mentor KLM sekaligus mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya yang baru saja menyelesaikan studinya,” jelasnya.
“Bedah buku ini sebetulnya bukan pertama kali, sebelumnya memang KLM sudah rutin mengadakan kegiatan semacam ini, baik itu yang dibedah buku ataupun artikel jurnal. Tapi kegiatan yang sebelum-sebelumnya hanya terlaksana secara sederhana, tidak sebesar ini,” imbuhnya.
Sesi penyampaian materi oleh narasumber.
(Sumber: dokumentasi pribadi)
Acara dilanjutkan dengan sesi penyampaian materi oleh Jamil Fuady, penulis buku “Menalar Komunikasi Tuhan”. Fuady menyampaikan bahwa bukunya tersebut adalah adopsi dari karya tesisnya saat di studi S-2.
Selanjutnya, ia mengatakan, “Ulama itu punya mazhab-mazhab tertentu berkenaan dengan fenomena wahyu. Setidaknya terbagi menjadi tiga, yakni Salafi-Kontemporer, Sunni-Kontemporer, dan Liberal-Kontemporer. Nah, kalau Abdolkarim Soroush ini termasuk yang Liberal-Kontemporer.” “Menjadi mahasiswa itu penting untuk selalu berpikir kritis dan komprehensif dengan banyak membaca dan aktif berdiskusi,” tambah dan tegas Fuady.
Pada sesi berikutnya, Achmad Syariful Afif memberikan presentasi pembanding. Diketahui bahwa individu yang dikenal sebagai “Mas Syarif” ini adalah mahasiswa Pascasarjana Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UINSA sekaligus Mentor KLM. Mas Syarif berbicara tentang isi dan pembahasan buku Jamil Fuady.
Ia menjelaskan bahwa ada tiga kategori aliran besar dalam Islam yang berbeda dalam cara mereka memahami wahyu. Salah satu dari tiga model pemahaman ini adalah Sunni, Muktazilah, dan Soroush. Sunni menganggap Al-Qur’an sebagai kalamullah, baik dari segi bahasa maupun artinya. Sementara Muktazilah berpendapat bahwa Al-Qur’an adalah makhluk, lafaznya berasal dari Nabi. Sedang Soroush berpendapat bahwa Nabi berpartisipasi secara aktif dalam verbalisasi Al-Qur’an.
Lalu, acara berlanjut dengan sesi tanya jawab yang sangat diminati oleh peserta, kemudian berakhir dengan closing statement dari Fuady. Ia mengucapkan terima kasih kepada KLM karena telah mengapresiasi karya tulisnya dengan mengadakan acara bedah buku nasional. Ia juga mengapresiasi upaya keras panitia acara, yang membeli sebanyak 70 eksemplar buku untuk dibagikan kepada para peserta secara cuma-cuma.
Penulis: Ahmad Fariza Abdullah
Editor: Khalimatu Nisa