Berita

Surabaya, 21 Februari 2025 – Dalam rangka membangun karakter dan kreativitas anak usia dini, TK Aisyiyah Bustanul Athfal (ABA) 50 Surabaya menyelenggarakan kegiatan menarik dan edukatif bertema “Bencana Alam” dengan subtopik “Pemadam Kebakaran”. Kegiatan ini merupakan bagian dari implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang bertujuan membentuk peserta didik yang beriman, berkebinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif.

Kegiatan ini dirancang Guru dan Mahasiswa FTK agar anak-anak tidak hanya belajar melalui teori, tetapi juga melalui pengalaman langsung dan aktivitas yang menyenangkan. Salah satu kegiatan yang sangat menarik perhatian anak-anak dan orang tua adalah pembuatan miniatur mobil pemadam kebakaran, kostum petugas pemadam, serta simulasi pemadaman api secara sederhana. Melalui pendekatan bermain sambil belajar ini, anak-anak diperkenalkan pada profesi pemadam kebakaran serta pentingnya nilai kebersamaan dalam menghadapi bencana.

Mahasiswa FTK UINSA ikut serta dalam mensukseskan kegiatan ini dengan cara membantu guru kelas dalam membimbing anak-anak selama proses pembuatan miniatur dan kostum. Kehadiran mereka memberikan dukungan tambahan yang sangat berarti, baik dalam aspek teknis maupun dalam membangun semangat anak-anak selama berkegiatan. Dengan penuh semangat, anak-anak mulai memotong, merekat, dan merangkai bahan-bahan tersebut menjadi bentuk yang menyerupai mobil pemadam lengkap dengan tangga, selang, dan sirine mainan. Kegiatan ini melatih kemampuan motorik halus, keterampilan koordinasi tangan-mata, serta mengasah imajinasi anak-anak dalam menciptakan sesuatu dari barang bekas. Selain itu, kegiatan ini juga mengajarkan pentingnya menjaga lingkungan melalui praktik reuse dan recycle, dengan memanfaatkan benda tak terpakai menjadi alat bermain edukatif. Guru dan pendamping tidak hanya memberi arahan teknis, tapi juga menyelipkan cerita-cerita inspiratif tentang keberanian para petugas pemadam kebakaran, sehingga anak-anak makin semangat menyelesaikan miniatur mereka.

Usai kegiatan di kelas, mahasiswa mengarahkan anak-anak menuju halaman sekolah untuk mengikuti simulasi memadamkan api. Kegiatan ini dirancang khusus agar tetap aman namun tetap memberikan gambaran nyata tentang tindakan penyelamatan saat terjadi kebakaran. Dalam simulasi ini, tidak digunakan api asli. Sebagai gantinya, mahasiswa membuat papan besar yang ditempeli gambar api, seolah-olah sedang membakar sebuah rumah. Anak-anak diminta memadamkan api tersebut menggunakan botol semprot berisi air. Untuk menambah efek dramatis, guru menyiapkan balon berisi potongan kertas yang diledakkan saat anak-anak mulai menyemprot air. Ledakan balon tersebut membuat anak-anak makin semangat dan merasa seperti sedang menjalankan misi penyelamatan sungguhan.

Sebelum praktik dimulai, guru mengenalkan profesi pemadam kebakaran, menjelaskan fungsi pakaian pelindung, alat-alat seperti selang dan tangga, serta menekankan pentingnya keselamatan diri dalam situasi darurat. Anak-anak diajak berdiskusi tentang bagaimana cara menyelamatkan diri dan membantu orang lain saat terjadi bencana. Seluruh kegiatan berlangsung tertib dan menyenangkan. Guru mengarahkan dengan sabar dan penuh semangat, memastikan semua anak mendapat kesempatan berpartisipasi dan memberi pesan kepada mahasiswa untuk membantu mengawasi anak dala kegiatan tersebut.

Seluruh rangkaian kegiatan dilaksanakan dengan harapan anak dapat bermain dan belajar , karena kegiatan ini juga sebagai bentuk menanamkan nilai-nilai Pancasila secara nyata. Dalam subtopik ini, nilai yang ditekankan adalah Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, yang diwujudkan melalui pembelajaran tentang gotong royong, empati, dan kepedulian terhadap sesama. Anak-anak belajar bahwa saat terjadi bencana, penting untuk saling membantu, tidak panik, dan memikirkan keselamatan bersama. Mereka juga belajar menghargai profesi petugas pemadam kebakaran sebagai pahlawan yang bekerja menyelamatkan orang lain dari bahaya. Melalui simulasi dan aktivitas kreatif ini, nilai-nilai luhur ditanamkan bukan dalam bentuk hafalan, tetapi melalui pengalaman nyata yang menyentuh emosi dan membentuk karakter.

Kepala TK ABA 50 Surabaya, Ibu Ulfi Choiriyah S.Pd menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen sekolah untuk memberikan pendidikan karakter yang menyenangkan dan bermakna bagi anak-anak. “Kami ingin anak-anak belajar dengan hati gembira, sambil mengenal dunia sekitar dan mengembangkan kepedulian sosial sejak dini,” ujarnya. Ia juga menambahkan ucapan terima kasih kepada Mahasiswa karena telah membantu melaksanakan program sekolah.