Berita

Senin, 07 Oktober 2024, Himpunan Mahasiswa Prodi Pemikiran Politik Islam (HMP PPI) UIN Sunan Ampel Surabaya mengadakan acara talk show yang bertemakan ‘Politik Rahmatan Lil ‘Alamin : Menggali Ajaran Nabi Muhammad SAW dalam Konteks Perubahan Sosial dan Politik’. Kegiatan ini bertujuan untuk menggali relevansi nilai-nilai politik yang diterapkan oleh Nabi Muhammad SAW dapat diimplementasikan dalam konteks sosial dan politik saat ini. Acara ini berlangsung dengan meriah dan berhasil memicu pemikiran kritis Mahasiswa.

Acara dibuka dengan penampilan Shalawat Al-Banjari dan sekaligus pembacaan Mahalul Qiyam yang dipandu oleh Mahasiswa PPI. Pembacaan shalawat dilakukan dalam rangka Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 1446 H / 2024 M dan sebagai bentuk penghormatan dan cinta kepada Nabi Muhammad SAW.

Pada acara talkshow ini HMP PPI mengundang dua narasumber yang sama-sama berlatar belakang seorang CO-Founder Youtube. Hodari, S.Sos., M.Ip adalah seorang youtuber yang aktif menyampaikan aspirasi politiknya melalui Channel youtubenya yaitu  “Hodari Podcast Rakyat”, yang sudah memiliki seratus tiga puluh dua  ribu subscriber. Sementara Firmansyah, S.Ag., M.Ag yang juga aktif menyampaikan perspektif pemikirannya pada channel youtubenya yaitu “Firman Panipahan”, melalui pemikiran kritis yang disampaikan berhasil memicu terjadinya kontradiktif.

Hasil pemaparan materi presentasi berhasil memicu pemikiran kritis mahasiswa yang mulai aktif menanyakan terkait, Politik Identitas, Polarisasi, Money Politic dan relevansi penerapan prinsip-prinsip politik Nabi Muhammad SAW pada era modern sekarang. “Dalam Dunia Politik tidak ada lawan, karena semuanya memiliki kepentingan-kepentingan yang berkaitan, lalu apakah nabi pernah suudzon? ”, “Bagaimana cara mengatasi Money Politic jika kita mendapatkan tekanan dari keluarga sendiri”, “Bagaimana caranya agar kita tidak terjerat lingkaran setan dalam Politik pragmatisnya,” Ujar Mahasiswa.

Hodari menyampaikan bahwa jangan alergi untuk masuk dalam partai politik, karena partai politik dapat menjadi fasilitator untuk menyebarkan dakwah. “Politik tidak selamanya kotor, politik itu justru mengajarkan kita terkait ruang lingkup kebijakan-kebijakan yang berdampak. Soal regulasi, regulasi itu merupakan dakwah dalam agama kalau regulasinya baik, mensejahterakan rakyat. Begitu juga sebaliknya,” Ujarnya. Firman melengkapi bahwa Nabi tidak pernah suudzon, karena orang su’udzon itu adalah orang yang belum selesai dengan dirinya sendiri, sedangkan Nabi sudah selesai dengan urusannya sendiri.

Anas Fakhruddin, selaku Kepala Program Studi PPI menambahkan bahwa media sosial memiliki pengaruh yang kuat untuk membentuk persepsi publik, terutama dalam bidang sosial dan politik. “Harapan kedepannya akan lebih banyak lagi hadir influencer-influencer politik dari Prodi Pemikiran Politik Islam,” Ujarnya.

Program Studi PPI berkomitmen untuk mengembangkan dan menerapkan nilai-nilai ajaran Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam konteks sosial dan politik. Demokrasi dapat terwujud jika politik yang diterapkan sesuai dengan ajaran yang Nabi Muhammad SAW contohkan, Kunci terwujudnya Indonesia Emas adalah terbentuknya demokrasi atas dasar idealisme. (Alda)