Artikel

Oleh : Adrifel Muhammad

Rusia dan Ukraina memiliki sejarah konflik yang begitu panjang. Konflik ini berakar di saat pasca runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991. Setelah era Uni Soviet runtuh, Ukraina menjadi negara merdeka yang terus menjadi wilayah perebutan pengaruh antara Barat dengan Rusia. Rusia memandang Ukraina sebagai bagian dari kawasan integral dari identitasnya, sementara Ukraina berusaha memperkuat kemandirian dengan mendekati Uni Eropa dan NATO. Permusuhan ini memuncak saat Revolusi Oranye pada tahun 2004 dan Euromaidan yang berlangsung selama satu tahun pada tahun 2013-2014, yang melengserkan Presiden pro-Rusia Viktor Yanukovych dan memunculkan kecaman keras dari Moskow.

Pada bulan Maret tahun 2014, Rusia menganeksasi Semenanjung Krimea melalui referendum yang dianggap ilegal oleh komunitas internasional. Pasukan Rusia yang tidak memakai atribut militer secara resmi mengambil alih infrastruktur strategis di Krimea. Lalu berlanjut dengan klaim dari Vladimir Putin yang menyatakan bahwasanya tindakannya sendiri bertujuan untuk melindungi etnis Rusia di wilayah tersebut. Ankesasi tersebut mengubah letak peta geopolitik di Eropa Timur yang menandakan awal dari dimulainya perang terbuka antara Rusia dan Ukraina.

Setelah Krimea, Kelompok pemberontak pro-Rusia di Donbas (Donesk dan Luhansk) mendeklarasikan kemerdekaan secara sepihak dengan dukungan finansial dan militer Rusia. Perang di Donbas sendiri telah menewaskan ribuan orang dan menciptakan garis depan yang statis. Upaya perdamaian sudah pernah dilakukan melalui Perjanjian Minsk II di tahun 2015 namun gagal akibat pelanggaran gencatan senjata dan implementasi kebijakan yang tidak jelas. Peristiwa di Donbas menjadi simbol perlawanan Ukraina sekaligus alat Rusia untuk melemahkan kedaulatan Kyiv.

Berlanjut ke waktu pada 24 Februaru 2022, Putin meluncurkan invasi skala penuh ke Ukraina dengan dalih demiliterisasi dan denazifikasi. Serangan ini memperlebar konflik ke seluruh wilayah Ukraina, termasuk ibukota Kyiv. Meskipun pasukan Rusia sempat mundur dari wilayah utara, pertempuran hebat terus terjadi di Donbas dan selatan Ukraina. Invasi ini menimbulkan krisis pengungsi terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II dengan lebih dari 7 juta orang mengungsi.

Invasi yang dilakukan oleh Rusia ke Ukraina memicu perubahan yang signifikan dalam kacamata politik dan ekonomi Eropa. Di bidang politik, integrasi Ukraina dengan Barat semakin dipercepat, sementara negara-negara Eropa Timur seperti Polandia dan negara-negara Baltik memperkuat kerja samanya dengan NATO sebagai respons atas ancaman Rusia. Bahkan, Finlandia dan Swedia yang selama ini berada di posisi yang netral memutuskan untuk bergabung dengan NATO atas antisipasinya dari pengaruh Rusia. Di sisi ekonomi, Uni Eropa memberlakukan sanksi ketat terhadap Rusia, termasuk embargo energi yang bukan hanya melumpuhkan perekonomian Moskow, tetapi juga memicu krisis global seperti lonjakan harga bahan bakar dan inflasi di banyak negara. Krisis ini juga menguak ketergantungan Eropa pada gas Rusia sebagai kelemahan strategis serta membuat Eropa mendorong percepatan transisi energi terbarukan untuk mengurangi kerentanan di masa mendatang.

Konflik yang terjadi antara Rusia dengan Ukraina meninggalkan sejumlah pertanyaan kritis yang tentunya akan menentukan masa depan Eropa. Pertama, nasib dari penduduk wilayah seperti Donbas dan Krimea masih menjadi misteri: akankah Rusia mempertahankan kuasa secara permanen, atau Ukraina dapat merebutnya kembali melalui perang ataupun diplomasi?. Kedua, upaya Ukraina untuk bergabung dengan NATO semakin aktif meskipun resiko peningkatan konflik dengan Rusia tetap tinggi. Ketiga, stabilitas keamanan dari Eropa mengalami pergeseran sudut pandang menjadi realisme yang mana negara-negara di kawasan ini bersiap-siap menghadapi ancaman jangka panjang, baik dari Rusia maupun ancaman dari ketegangan global yang lainnya dengan meningkatkan anggaran pertahanan. Kolaborasi faktor-faktor tersebut menciptakan ketidakpastian, akan tetapi juga menjadi kesempatan bagi Uni Eropa untuk merancang ulang strategi ekonomi dan keamanan di tengah dunia yang semakin multipolar.

Konflik Rusia-Ukraina bukan hanya sekedar perang teritorial, namun juga pertarungan sejarah, ideologi, dan pengaruh global. Dari Krimea menuju Donbas, setiap masa konflik memberikan jejak luka yang begitu dalam yang merekonstruksi ulang peta politik, ekonomi, dan keamanan Eropa. Resolusi damai masih jauh dari jangkauan, akan tetapi peristiwa ini menjadi pengingat betapa rapuhnya stabilitas keamanan internasional di abad ke-21 ini.

 

Sumber Referensi :

  1. Hillis, Faith. Children of Rus’: Right-Bank Ukraine and the Invention of a Russian Nation. Ithaca: Cornell University Press, 2013. [Membahas akar sejarah hubungan Rusia-Ukraina dan narasi identitas yang digunakan Putin].
  2. Kominek, Łukasz, Urszula Staśkiewicz, dan Mateusz Maciąg. “Russia-Ukraine. War? New War? Old War?” National Security Studies 26, no. 4 (2022): 11–20. https://doi.org/10.37055/sbn/152883. [Analisis polemologis tentang klasifikasi konflik sebagai “perang lama” atau “perang baru”].
  3. Nalepa, Monika. Diskusi dalam acara Graham School, University of Chicago, 4 Maret 2022. [Mengulas retorika sejarah Putin dan politik memori dalam invasi Ukraina]4.
  4. Shevchuk, Larysa, et al. “Legal Aspects of Postwar Reconstruction and Development of the State (Ukrainian Experience).” Cuestiones Políticas 41, no. 77 (2023): 126–143. https://doi.org/10.46398/cuestpol.4177.09. [Membahas strategi hukum dan reparasi pascaperang untuk Ukraina].
  5. Sonin, Konstantin. “Modern Imperialism and the Origins of the Russia-Ukraine War.” Becker Friedman Institute for Economics Working Paper No. 2024-115 (2024). https://ssrn.com/abstract=4957888. [Mengkaji peran imperialisme modern dan rezim otoriter Rusia dalam memicu invasi].
  6. Tchantouridze, Lasha. “The War In Ukraine.” Security Science Journal 3, no. 2 (2022): 89–100. https://doi.org/10.37458/ssj.3.2.5. [Analisis ancaman penggunaan senjata nuklir dan dampaknya pada tatanan global].
  7. Zamula, Iryna V., et al. “Impact Investment in Post-War Ukraine.” Academic Review 1, no. 60 (2024): 105–122. https://doi.org/10.32342/2074-5354-2024-1-60-8. [Studi tentang investasi berkelanjutan untuk pemulihan ekonomi Ukraina].
  8. Arco, Inés, et al. “One Year Since Russia Invaded Ukraine.” Notes Internacionals CIDOB, no. 285 (2023): 1–5. https://doi.org/10.24241/notesint.2023/285/en. [Tinjauan dampak geopolitik dan ekonomi satu tahun pascainvasi].
  9. Stepaniuk, Nataliia. “Lives Punctuated by War: Civilian Volunteers and Identity Formation Amidst the Donbas War in Ukraine.” Disertasi PhD, University of Ottawa, 2018. [Penelitian tentang mobilisasi sipil dan pembentukan identitas selama perang Donbas].
  10. United States, Federal Maritime Commission. Hawaiian Trade Study: An Economic Analysis. Washington, DC: Government Printing Office, 1978. [Contoh metodologi analisis ekonomi yang relevan untuk studi sanksi].
  11. “How Putin’s Invasion of Ukraine Connects to 19th-Century Russian Imperialism.” University of Chicago News, 2022. https://news.uchicago.edu/story/putin-invasion-ukraine-russian-empire-19th-century-imperialism-history. [Wawancara dengan sejarawan Faith Hillis tentang ideologi Putin].
  12. “Ukraine Conflict Research Guide.” The Chicago School of Professional Psychology Library, 2022. https://library.thechicagoschool.edu/blogs/system/Ukraine-Conflict-Research-Guide. [Panduan untuk sumber kredibel dan analisis psikologis konflik].

Penulis adalah Mahasiswa Aktif Program Studi Hubungan Internasional FISIP UINSA Surabaya.