Berita

Selasa (29/11) Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan Ampel (UINSA) mengadakan workshop bertemakan “Penguatan Keterampilan Seni Musik Dakwah” di Auditorium UINSA. Acara diikuti oleh lebih dari 100 mahasiswa dari berbagai program studi di FDK UINSA. Workshop mendatangkan narasumber praktisi seni musik sekaligus juga alumni dari FDK yakni Rio Ramadhan, S.Sos. dan Iftitah Arliza H.M, S.I.Kom.

Melalui sambutannya, Dr. H. Abdullah Satar, S.Ag, M.Fil.I selaku Wakil Dekan III FDK UINSA memberikan apresiasi terselenggaranya acara ini. Menurutnya, musik merupakan keindahan dan menjadi sebuah kebutuhan manusia sebagai bentuk untuk merangsang psikomotorik yang ada di dalam otak.

“Bahkan Allah menceritakan sebuah sejarah lewat Kalamullah yang di dalam Al-Qur’an pun itu bersajak” tuturnya. Wakil Dekan III FDK tersebut juga menambahkan bahwa, musik dapat menjadi media dakwah bagi manusia dalam beriman kepada Allah SWT. Hal ini juga dibuktikan dengan kisah dari sunan Bonang yang berdakwah melalui gamelan.

Ariza Qurrata A’yun, M.Med.Kom selaku dosen penanggung jawab kegiatan ini berharap bahwa acara ini dapat meningkatkan softskill mahasiswa khususnya dalam bidang seni musik dakwah, sesuai dengan tema acara yang diusung. Dengan mendatangkan narasumber yang merupakan praktisi di bidang seni musik, diharapkan mahasiswa dapat menyerap banyak ilmu dari praktisi. Acara diawali dengan penampilan dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Qosidah Syifaul Qulub Fakultas Dakwah (Qosfada) dan Komunitas Angklung Kolintang.

Cak Rio, sapaan dari Rio Ramadhan, S.Sos., memberikan penjelasan mengenai seni banjari atau hadrah dalam berdakwah sebagai cara para walisongo menyiarkan agama Islam melalui seni musik. Dengan begitu seni berdakwah melalui musik ini dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat. Tak hanya memberikan materi, Rio yang masih aktif menjadi pelatih UKM Qosfada ini mencontohkan berbagai lantunan sholawat kepada mahasiswa lalu ditirukan bersama-sama. Ia pun menjelaskan macam-macam alat musik yang digunakan dalam banjari serta teknik suara yang perlu diperhatikan oleh vokalis banjari.

Berbeda pemaparan materi dengan Rio, Iftitah Arliza menjelaskan mengenai kesenian musik tradisional. Arliza merupakan alumni prodi Ilmu Komunikasi sekaligus pelatih dari Komunitas Angklung Kolintang FDK. Ia memaparkan bahwa pemuda-pemudi jaman sekarang harus lebih aware dan bangga dengan kesenian tradisional yang ada di Indonesia.

Menurutnya, seni musik tradisional perlu dilestarikan bersama terutama oleh generasi muda saat ini agar Indonesia tidak kehilangan jati dirinya. Pada sesi tersebut, ia pun memperlihatkan beberapa contoh karya anak bangsa melalui video, salah satunya kreativitas dalam memadupadankan alat musik tradisional dengan musik modern.

“Karya-karya padupadan alat musik tradisional dengan moderin ini membuktikan bahwa generasi muda dapat menciptakan sebuah mahakarya yang memperlihatkan ciri khas Indonesia,“ tambahnya.

Pada akhir sesi, acara menjadi lebih menarik karena Arliza memberikan kesempatan pada peserta untuk mencoba alat musik angklung dan kolintang yang terpajang di depan panggung. Peserta dipilih secara acak dan dilatih secara langsung dalam waktu yang singkat sekaligus mempraktikkannya membentuk alunan musik yang seirama.

Acara ini ditutup dengan penampilan apik UKM Musik Red Band dan Teater SUA yang mengusung konsep out of the boxpenuh makna. (Syf, Arz)