
UINSA Newsroom, Selasa (10/06/2025); Tiga dosen dan satu mahasiswi dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya turut ambil bagian sebagai presenter dalam Persidangan Antarabangsa Mazhab Syafi’i dengan tema “Mazhab Syafi’i Dalam Era Digital: Relevan dan Cabaran.” Seminar internasional ini diselenggarakan Pusat Penyelidikan Mazhab Syafi’i Universiti Islam Sultan Sharif Ali (UNISSA) Brunei Darussalam bekerjasama dengan berbagai perguruan tinggi Islam, termasuk UIN Sunan Ampel Surabaya. Persidangan (seminar) prestisius ini berlangsung selama dua hari, 3–4 Juni 2025, di International Convention Centre (ICC), Berakas, Brunei Darussalam dan menghadirkan pemikir-pemikir Islam dari berbagai negara.
Seminar internasional ini dibuka secara resmi oleh Pengiran Muda Mahkota Pengiran Muda Haji Al-Muhtadee Billah. Seminar ini dihadiri sejumlah mufti, rektor, cendekiawan muslim, dosen, serta mahasiswa dari berbagai negara, khususnya Asia Tenggara. Dalam acara ini, UINSA mengirimkan empat delegasi akademisi terdiri dari tiga dosen dan satu mahasiswi yang tampil membawakan makalah ilmiah dengan berbagai topik kontemporer yang berkaitan dengan Mazhab Syafi’i dan dinamika modern.
Prof. Dr. H. A. Yasid, M.A., LL.M., yang merupakan salah satu guru besar di UINSA, hadir sebagai salah satu pembicara utama perwakilan dari Indonesia. Ia menyampaikan materinya pada hari pertama persidangan, 3 Juni 2025. Dalam paparan yang berjudul “Makanah al-Mazhab al-Shafi’i fi al-Asr al-Raqmiy,” Prof. Yasid membahas peran strategis Mazhab Syafi’i di era digital.

Ia menyoroti bagaimana metode ijtihad dan kaidah Fiqh Syafi’iyyah dapat menjadi rujukan dalam menjawab tantangan-tantangan hukum Islam yang muncul dalam kehidupan modern berbasis teknologi. Dalam orasinya, Prof. Yasid juga menekankan pentingnya digitalisasi khazanah fiqh klasik untuk memperluas akses umat Islam terhadap sumber otoritatif Mazhab Syafi’i. Ia pun menyerukan integrasi antara pengembangan teknologi informasi dengan pemikiran hukum Islam guna menjawab kebutuhan zaman secara adaptif tanpa mengorbankan otentisitas mazhab.
Sementara itu, Dr. Hj. Suqiyah Musafa’ah, M.Ag., yang merupakan Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UINSA, pada hari kedua, 4 Juni 2025, tampil dalam sesi panel yang berlangsung di ruang Dewan Musyawarah, ICC. Ia menyampaikan makalah berjudul “The Shafi’i School and Islamic Economic Law: A Fiqh Approach to Answering Modern Business Challenges.”
Dr. Suqiyah mengangkat terkait tantangan ekonomi global yang kian kompleks dan bagaimana pendekatan fiqh Mazhab Syafi’i mampu memberikan solusi hukum yang rasional dan aplikatif dalam bidang ekonomi dan bisnis kontemporer. Ia menyoroti pentingnya fatwa dan produk hukum berbasis mazhab Syafi’i yang responsif terhadap realitas dunia usaha modern.

Selanjutnya, Prof. Dr. Nur Lailatul Musyafa’ah, Lc., M.Ag., Ketua Rumah Publikasi UINSA, menyampaikan makalahnya pada sesi panel di ruang Dewan Muzakarah, ICC, berjudul “Integrating Shafi’i School and Medical Science in Reforming Menstrual Fiqh.” Makalah ini membahas pentingnya pendekatan interdisipliner antara fiqh Mazhab Syafi’i dan ilmu kedokteran modern, khususnya dalam isu-isu fiqh haid.
Prof. Nur Lailatul menawarkan pembaruan perspektif dengan menggabungkan data medis untuk memahami karakteristik biologis perempuan dan implikasinya terhadap hukum menstruasi dalam mazhab Syafi’i. Paparan Prof. Nur Lailatul membuka ruang diskusi baru mengenai bagaimana hukum Islam dalam madzhab Syafi’i dapat lebih kontekstual dan solutif, khususnya dalam isu-isu fiqh perempuan di antaranya masalah menstruasi.
Nurul Hikmah, Mahasiswi Program Studi Studi Islam Pascasarjana UINSA, turut tampil sebagai presenter dalam salah satu sesi panel. Dalam makalahnya yang berjudul “Revitalization of Production Waqf in the Perspective of the Mazhab Shafi’i: Sustainable Economic Solution in the Modern Era,” Nurul membahas potensi besar wakaf produktif sebagai solusi ekonomi berkelanjutan berbasis nilai-nilai mazhab Syafi’i.

Ia menekankan pentingnya reaktualisasi konsep wakaf dalam bentuk aset produktif seperti lahan pertanian, properti, atau instrumen bisnis syariah yang dikelola secara profesional. Dengan rujukan pada pandangan-pandangan ulama mazhab Syafi’i, Nurul mengusulkan kerangka operasional wakaf yang akuntabel dan berdampak ekonomi luas. Presentasi Nurul Hikmah menunjukkan, bahwa mahasiswa pascasarjana UINSA, mampu berpartisipasi aktif dalam forum akademik internasional dengan gagasan-gagasan segar dan solutif.
Keterlibatan empat delegasi UINSA dalam forum ilmiah internasional ini menjadi bukti nyata komitmen kampus dalam mendukung pengembangan keilmuan berbasis Mazhab Syafi’i dan memperkuat posisi akademik UINSA di kancah internasional. Selain sebagai ajang pertukaran ilmu, partisipasi ini juga menjadi media strategis untuk mempererat jaringan kerja sama antara UINSA dan institusi pendidikan Islam global.
Persidangan Antarabangsa Mazhab Syafi’i di Brunei ini menjadi momentum penting untuk menegaskan relevansi mazhab Syafi’i dalam menjawab berbagai persoalan kontemporer. Sekaligus memperkuat peran ilmuwan muslim dalam membangun peradaban Islam yang berlandaskan ilmu, etika, dan kolaborasi lintas negara. (*)