UINSA Newsroom, Jumat (7/10/2022); Selepas proses finalisasi kurikulum pelatihan BLKK (Balai Latihan Kerja Komunitas) yang digagas UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya bersama Kementerian Ketenagakerjaan RI, kini tim sedang merancang modul pelatihan dan pendampingan BLKK Inkubator Kewirausahaan. Acara yang dibuka Dr. Phil. Khoirun Niam, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) UINSA ini dihelat di Hotel Mercure Surabaya Jl. A. Yani No. 71 Margorejo Wonocolo Surabaya pada Rabu-Jumat, 5-7 Oktober 2022.
Dr. Niam mewanti-wanti kepada tim penulis modul, bahwa modul pelatihan itu berbeda dengan bahan ajar yang lain. Modul ini merupakan bahan ajar yang bersifat operasional. Menurut Dr. Niam, modul juga harus memenuhi sifat-sifat esensial modul. Tim penulis modul pun sudah dibekali template dan apa saja yang harus ada dalam modul pelatihan tersebut. “Saya ingin memberikan stressing pada penulisan modul ini. Ada hal-hal yang perlu diperhatikan. Modul tidak bisa dilepaskan dari tujuan untuk apa sebenarnya modul tersebut disusun,” ujar Dr. Niam.
Lebih lanjut dijelaskan, bahwa modul diadakan agar tujuan sebuah pelatihan dan pendampingan tercapai secara efektif dan efisien. Sebagaimana tertera dalam desain besar BLKK menjadi inkubator wirausaha. “Karena cakupannya yang luas, maka perlu dibagi menjadi berbagai macam topik materi yang disitu harus ada, dipelajari, difahami oleh instruktur, dan sasaran dari peserta pelatihan ini,” terang Ketua LP2M UINSA.
Hal penting yang perlu diingat pula, lanjut Dr. Niam, bahwa dalam modul pelatihan harus ada instrumen yang jelas dan tegas. Seperti halnya teknik dan metode yang dipilih. Instrumen juga sangat penting agar isi modul sampai di pengguna dengan instrumen alat apa saja yang diperlukan. Hal tersebut menjadi tanggungjawab tim penulis modul penelitian.
“Terdapat beberapa instrumen yang perlu diperhatikan, antara lain lembar kerja. Modul yang aplikatif harus menghadirkan lembar kerja. Selain lembar kerja, juga harus ada evaluasi. Hal ini diperlukan dalam rangkaian proses transfer of knowledge,” jelas Dr. Niam. Selain itu, menurutnya, dalam modul harus ada evaluasi. Sejauh manakah materi itu dikuasai peserta pelatihan dan pendampingan.
Ketua LP2M pun mengucapkan terimakasih pada tim penulis yang bersedia menyelesaikan tugas mulia negara ini untuk merealisasikan target-target dari tim manajemen UINSA dan Kemnaker. “Semoga kerja-kerja maksimal yang dihasilkan dari tangan dingin para penulis bermanfaat untuk BLKK dan para wirausahawan Indonesia,” ujar Dr. Niam mengapresiasi.
Achmad Room Fitrianto, S.E, M.EI, MA, Ph.D., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, sebagai panitia melaporkan bahwa kegiatan ini merupakan proses panjang yang sudah dimulai dari tahun lalu. Di tahun sebelumnya, Tim UINSA sudah menyusun Roadmap Pengembangan BLK Komunitas menjadi inkubator kewirausahaan.
“Kita sudah merancang berbagai ragam kompetensi. Kita juga sudah melakukan seleksi untuk 100 BLK tahun ini. Diharapkan siap menjadi inkubator pada tahun 2023 dengan modul dan tools yang telah disediakan,” ujarnya.
Kriteria modul pun sudah didesain dan disepakati bersama. “Disini kita nanti membagi 125 BLK menjadi tiga kluster BLKK, yakni BLKK Binaan, BLKK Berdaya, dan BLKK Mandiri. Mereka adalah entitas bisnis dan sebagai aktor dalam pengembangan kewirausahaan,” terang Achmad Room.
Selanjutnya, dalam kesempatan ini, Prof. Dr. Rubaidi, M.Ag. PIC Tim Kerja UINSA memaparkan, bahwa modul pelatihan dan pendampingan BLKK ini disusun dengan sangat serius dan penuh ketelitian. Capaian-capaian kompetensi didesain dengan sangat rigid dan lengkap untuk setiap mata ajar pelatihan. Hal ini diharapkan BLKK bisa benar-benar menjadi inkubator kewirausahaan yang mampu memproduksi para wirausahawan yang handal. Dengan teliti, Prof. Rubaidi mencermati capaian kompetensi, tujuan, metode, alur pelatihan, lembar kerja, hingga materi modul pelatihan BLKK Inkubator Kewiraausahaan ini bersama tim UINSA dan Kemnaker.
Kegiatan yang berlangsung selama 3 hari ini semakin komplit dan sempurna dengan hadirnya tim UINSA Surabaya, Direktorat Bina Standardisasi Kompetensi dan Program Pelatihan, Direktorat Bina Instruktur dan Tenaga Pelatihan, dan Balai Besar Perluasan Kesempatan Kerja Bandung Barat Kementerian Ketenagakerjaan. “Semoga buah tangan berupa modul ini menjadi ladang investasi bagi perkembangan dunia wirausaha Indonesia,” harapnya. (elha-adr)