
Surabaya, 5 Mei 2025. Tiba-tiba saja kuda hitam perkasa melompat memercikkan debu ke udara, seolah menerjang kepala deretan hadirin yang duduk bersila. Itulah video berdurasi 30 detik yang diputar pada acara PTSB (Pendalaman Terapi Salat Bahagia) angkatan 185 yang diselenggarakan oleh Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya pada hari Senin, 5 Mei 2025. Kegiatan ini diikuti oleh jajaran Rektorat, dosen dengan tugas tambahan, serta tenaga kependidikan sebagai bentuk ikhtiar bersama dalam meningkatkan kualitas spiritual dan kebahagiaan batin melalui pendekatan salat yang mendalam dan reflektif.
“Pada saat kompetisi antar kampus semakin ketat, bapak ibu harus melompat, tidak cukup hanya berlari,“ teriak Ali Aziz, trainer PTSB yang juga guru besar di kampus ini di depan peserta yang memadati aula lantai 9 Tower KH. Teungku Ismail Ya’kub UINSA. Video itu ditayangkan tepat setelah tilawah Al Qur’an oleh Syekh Abdurrahman As-Sudais, imam terfavorit di Makkah, dikumandangkan. Al Qur’an Surat Al ‘Adiyat yang digemakan itu berisi sumpah Allah tentang percikan api di kaki kuda yang bersiap memasuki medan musuh di waktu subuh. “Tapi, jangan melompat dan berlari terus. Capek, pasti, bahkan bisa jatuh pingsan. Maka, tengah malam sunyi, bersujudlah dengan khusyuk, dan berpasrahlah yang total kepada Allah, seperti patung batu yang tak bergerak, pasrah sepenuhnya kepada pemiliknya,” tambah trainer yang dua tahun lagi purna tugas itu.

Guru besar yang sering bersepeda ke kampus itu mengajak peserta untuk menjadi pribadi yang tangguh, produktif, dan penuh semangat dalam menjalani aktivitas duniawi di siang hari, layaknya kuda yang kuat dan pantang menyerah. Lalu, ketika di tengah malam, mereka diajak tunduk seperti patung yang diam dalam hening dan pasrah, pasrah, dan menyerah dalam salat yang khusyuk.
“Inilah PTSB terlengkap yang diselenggarakan di kampus,” kata ayah 7 anak dan 12 cucu itu sambil melepas sepatu “tantara”nya untuk salat asar berjamaah di Masjid Ulul Albab. Acara itu diikuti 250 orang. Rektor, semua wakil rektor, para dekan dan wakil dekan, ketua jurusan, ketua prodi, ketua lembaga, dan semua tenaga kependidikan yang hadir siang mengikutinya dengan serius. Menurut keterangan rektorat, sebenarnya pesertanya lebih dari 250 orang, tapi terkendala daya tampung aula.

Menjelang akhir PTSB, trainer menjabarkan renungan makna salawat Nabi pada posisi tasyahud dengan detail. Antara lain, “Wahai Allah, melalui salawat Nabi pada tasyahud ini, jadikan aku sabar, tidak mudah marah, sopan, selalu menghargai orang, cerdas, jujur, bersemangat, dan amanah seperti Nabi. Demikian juga untuk pasangan hidup dan semua anakku.” Juga renungan, “Wahai Allah, jadikan aku sering berziarah ke tempat kelahiran Nabi di Makkah dan makam Nabi di Madinah. Berilah aku rizki yang banyak sehingga bisa memberangkatkan semua guru ngaji se-Indonesia untuk ziarah ke Makkah dan Madinah.” Beberapa peserta amat “ngeh,” tersentuh dengan breakdown salawat itu. “Ini training berkelas. Saya tertarik penjabaran Prof Ali tentang zoom in kebaikan orang dan zoom out kekurangan orang selama berdiri salat tadi,” kata dekan FUF, Prof. Dr. Abdul Kadir Riyadi, MA melalui WA.
“Amat besar apresiasi saya untuk pak Rektor yang menginisiasi acara ini, sekaligus apresiasi kepada warga kampus yang memiliki karya sekecil apa pun,” kata trainer yang mantan dekan FDK itu dengan tampak lelah tapi sumringah ketika keluar dari masjid bersama Prof. Dr. Saiful Jazil, Kepala Ma’had Al-Jami’ah UINSA. (Dikirim oleh Bahtiyar Rifa’I, Koordinator Ma’had Putra, Senin 5 Mei 2025)
