Untuk waktu yang lama, seorang anak yang tinggal di daerah “kunung na’nung” di Bondowoso menjadi profesor. Dia adalah Abdul Chalik, lahir dari perjuangan panjang sebagai anak yatim sejak kelas 5 (lima) Sekolah Dasar (SD). Ayahnya meninggal dunia di usianya yang masih terbilang belia. Siapa sangka, hari ini, si anak bungsu dari 9 bersaudara itu dibabtis menjadi guru besar. Profesor bidang ilmu politik Islam. Gelar tertinggi di dunia akademik.

Abdul Chalik lahir 27 Juni 1973, 50 tahun lalu di Kampung Legung Desa Sulek Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso. Dahulu Sulek adalah wilayah pinggiran yang hanya dikelilingi sawah-sawah, sungai, bukit dan hutan-hutan. Abdul Chalik dilahirkan dalam keluarga beragama Islam dengan konidisi ekonomi yang sederhana. Ia merupakan anak kesembilan dari sembilan bersaudara.

Sebagaimana umumnya anak kampung, ia tak memiliki mimpi besar, kecuali menjadi tukang jahit dan sales rokok. Bahkan, tidak terbayang di dalam dirinya mimpi menjadi dosen, apalagi profesor. Bagi orang tuanya, cita-cita mulia anak-anaknya ialah bisa mengaji. Itulah sebabnya, tidak ada di antara saudaranya yang berhasil menyelesaikan sekolah dasar kecuali dirinya. Disamping juga sebab keterbatasan keluarga.

Namun berbeda dengan Abdul Chalik, ia memilih menempuh jalan panjang sebagai penggemar ilmu.
Petualangannya sebagai penggemar ilmu dimulai sejak belajar di bangku sekolah dasar. Sekolah yang ditempuhnya sekitar 1,5 jam dengan jalan kaki. Melewati sawah, sungai, bahkan tebing-tebing setiap hari. Kemudian ia melanjutkan pengembaraan ilmunya ke Pondok Pesantren Al-Falah Bondowoso. Di situlah ia belajar ilmu agama di Madrasah Tsanawiyah (MTs). Tak cukup puas dengan ilmu yang diperolehnya, ia kembali melanjutkan petualangannya mencari ilmu agama ke Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Situbondo. Meski hanya bersama seorang Ibu ia tetap melanjutkan sekolah.  Di sinilah cara pandangnya tentang masa depan berubah menjadi semakin luas, bahwa ilmu adalah salah satu jalan yang bisa merubah hidupnya.  

Bermula dari ajakan temannya yang bernama Razak, kemudian  ia kuliah di Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Di kampus inilah ia menempa hidupnya menjadi mahasiswa. menjalani kehidupan akademis, dengan membaca ratusan buku, berdiskusi dan menulis. Tentu sebagai mahasiswa, ia juga menjadi aktivis. Ia tercatat sebagai aktivis  organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Bahkan, ia pernah menjadi Sekretaris Umum Kordinator Cabang PMII Jawa Timur. Mashur namanya dikenal oleh kader-kader PMII sebagai senior yang konsisten dan produktif.

Abdul Chalik kemudian menjadi dosen di IAIN Sunan Ampel Surabaya. Tulisan-tulisannya dikenal banyak pembaca di dunia akademis. Karya-karyanya diterbitkan dalam banyak jurnal, buku  dan proseding. Ratusan pembaca telah menjadikan karyanya rujukan akademis. Itulah sebabnya Abdul Chalik menjadi dosen yang sangat produktif.

Tidak heran bila Abdul Chalik dikenal sebagai salah satu Dekan di UINSA yang produktif dan berhasil di bidang akademik. Torehan akademiknya bisa kita lihat melalui sejumlah karyanya seperti; The Half-Hearted Compromise within Indonesian Politics: The Dynamics of Political Coalition among Islamic Political Parties (1999-2019)(2022) , Exploring the formation of coalitions between islamist and secular parties in Indonesia local elections: figure, patronage and common enemy, (2021) Between Values and Power; Ideological Orientation of Santri-Based Parties in Indonesia, (2020),  Ideologi, Basis Massa dan Kedekatan Personal; Analisis Faktor Koalisi Partai Islam Indonesia 1999-2019, (2019,  Terjebak antara demokrasi dan kedaulatan negara: anomali pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia dan bayang-bayang neo-otoritarianisme, (2018), Ruang sosial perempuan, (2015), Pertarungan elite dalam politik lokal, (2017), Islam, Negara dan masa depan ideologi politik, (2017), Sintesis mistik dalam kepemimpinan politik Jawa, (2015), Elite Lokal Berbasis Pesantren Dalam Kontestasi Pemilihan Kepala Daerah Di Jawa Timur, (2015), Fundamentalisme dan masa depan ideologi politik Islam, (2014) dst. (bisa dilihat di Scholar (Abdul Chalik (ORCID:0000-0002-2064-2612),Scopus ID:57200654988)
  
saya ini adalah anak yatim, sejak kelas 5 SD ditinggal bapak dan saya anak terakhir dari 9 bersaudara, kakak saya tidak ada yang tamatan sekolah dasar, kecuali saya, dan saya berhasil menjadi profesor”

(tulisan ini dirangkum dari https://www.jawapos.com/features/012571923/cerita-anak-desa-raih-gelar-guru-besar-bidang-politik-islam-ketiga-se-indonesia dan https://cakrawalamuslim.com/2023/08/09/cerita-bocah-ndeso-yang-kini-jadi-guru-besar/
 
Editor ; umam